"Are you okay?" tanya Alena yang membuyarkan lamunan Olivia.
"Ya, aku baik-baik saja."
"Bersiaplah, sebentar lagi kita akan sampai."
Olivia lalu mengangguk, sambil menghembuskan napas panjangnya. "Selamat datang hidup baru, selamat tinggal masa lalu, saatnya memulai hidup tanpa belenggu masa lalu," batin Olivia.
Setengah jam kemudian, mereka sampai di Bandara Sidney. Saat mereka keluar dari pintu kedatangan luar negeri, tampak seorang pria bule dengan postur tubuh tinggi dan atletis bermanik mata biru berjalan menghampiri Alena dan Olivia.
"Your husband?" tanya Olivia, Alena lalu mengangguk sambil tersenyum.
"Honey!" kata Alena sambil mengecup bibir suaminya. Pria bule itu pun memeluk Alena dengan begitu erat, kerinduan begitu terpancar di wajah keduanya.
"Daddy, you forget me?" tanya Jason sambil mendengus kesal. Pria bule itu tersenyum kemudian memeluk Jason dan mengusap kepalanya. Dia lalu memandang ke arah Olivia, lalu beralih pada Alena.
"Your friend?"
"No, she is my family, Olivia."
"Oh, hello Olive, I'm Mark. Senang bertemu denganmu."
"Anda bisa berbahasa Indonesia?"
"Tentu. Hahahaha, saya pernah bekerja selama dua tahun di Indonesia, Olive."
"Hei, come on go home! I'm so tired! teriak Jason. Mereka pun tertawa mendengar dengusan kesal Jason.
Setengah jam kemudian, mereka sudah sampai di apartemen milik Alena di pinggiran kota Sydney, komplek Crown Ashfield yang terletak sekitar 10 km dari bandara Sydney.
"Tempat yang bagus Alena," kata Olivia setelah masuk ke apartemen milik Alena. "Ya, di sini cukup tenang dan nyaman. Aku suka ketenangan Olive, itu kamarmu, beristirahatlah. Besok kamu sudah mulai bisa bekerja di klinikku."
"Terima kasih, aku sudah merepotkanmu, Alena."
"Kau tidak pernah merepotkanku Olive, bahkan aku yang menyuruhmu untuk ikut bersamaku. Aku sangat mengerti kondisimu, tentu tidak mudah tinggal bersama orang yang kita cintai tapi dia sudah menjadi milik orang lain." Dada Olivia pun terasa begitu sesak mendengar perkataan Alena, tetapi dia mencoba untuk tersenyum. Memang terkadang kita harus berpura-pura untuk membahagiakan orang lain, begitu pikir Olivia, karena dia tak ingin Alena mencemaskannya.
"Ya, aku tahu pasti sangat sulit Alena, aku bahkan tak tahu bagaimana cara menata hatiku."
"Karena itulah aku mengajakmu kemari. Kau juga harus menyembunyikan kehamilanmu sampai saat itu tiba Olive. Kenan pasti akan menyesal telah memilih Calista dan lepas dari tanggung jawab setelah apa yang dia lakukan padamu."
Mata Olivia mulai berembun, butiran bening mulai menetes di pipinya. Alena lalu memeluknya. "Aku yakin kau kuat Olive, ada aku di sini, aku akan membantu menjadikan dirimu menjadi wanita hebat. Kamu gadis yang pintar, kamu tidak layak untuk disia-siakan dan hanya meratapi ketidakberuntungan dalam hidupmu."
"Terimakasih Alena, kamu adalah penyelamatku."
"Aku hanya perantara Olive, berterima kasihlah pada Tuhan. Sekarang hapus air matamu, beristirahatlah, kita sambut esok hari yang akan menjadi kehidupan baru bagimu."
Olivia mengangguk dan mencoba tersenyum, kemudian masuk ke dalam kamarnya. Dia lalu menghampiri jendela kamar dan menatap langit Crown Ashfield.
"Kalau aku bisa memilih, mungkin aku memilih untuk tidak jatuh cinta kalau rasanya sesakit ini. Cinta ini begitu menyakitkan karena cinta ini hanya ada kamu dan dia, tanpa ada aku. Sakit itu aku, dan rasa cinta yang ada di hatiku."
***
Nafsu yang menggelora merasuki dua insan yang memadu kasih di dalam kamar sebuah hotel di kota Barcelona . Ciuman panas terlontar saling berbalasan di antara keduanya, sang wanita begitu bern*fsu mel*mat bi*ir kekasihnya saat buah d*da yang besar dan tubuh eloknya dige*ayangi dengan lembut.
Di atas sebuah ranjang, tubuh polos wanita itu duduk di atas kekasihnya, tangan wanita itu memegang erat pundak dan leher serta sesekali menjambak rambut laki-laki yang ada di depannya saat dia mengh*sap dan mel*mat bu*h dada yang ada di depan wajahnya.
Gerakan pinggulnya begitu lincah yang memainkan setiap hentakan, sang laki-laki pun sekuat tenaga menyeimbangkan gerakan wanita tersebut. Beberapa saat kemudian keduanya tampak begitu kelelahan setelah menikmati puncak kenikmatan yang membuat keduanya mengeluarkan e*rangan dan de*ahan yang memenuhi setiap sudut kamar.
"Kau selalu luar biasa Calista."
"Itu karenamu Ramon, aku begitu mencintaimu." jawab Calista sambil mendekat ke arah Ramon dan kembali mel*mat bibir kekasihnya.
"Apa Kenan tidak curiga sayang?"
"Tidak, Kenan tak pernah mencurigaiku, dia begitu percaya padaku jika aku sangat mencintainya. Lagipula aku juga tak pernah berbohong padanya, aku disini memang sedang bekerja Ramon. Hahahaha."
"Hahahaha, stupid." kata Ramon lalu mendekat pada Calista, dan mulai mencu*bu setiap bagian tubuhnya kembali.
***
"Calista, aku rindu kamu, cepat pulang sayang." kata Kenan sambil asyik memandang fotonya bersama Calista saat mereka sedang bulan madu di Paris beberapa bulan yang lalu.
"Kenan." sebuah suara tiba-tiba mengagetkan Kenan.
"Iya Ma."
"Kenan, apa tidak sebaiknya kamu menyuruh Calista berhenti bekerja? Bukankah dia sudah mendapat nafkah yang cukup darimu? Sudah saatnya Calista berhenti dari pekerjaannya dan lebih memikirkan kehidupan rumah tangganya Kenan. Kalian sudah hampir satu tahun menikah dan sepertinya belum ada tanda-tanda kehamilan pada diri Calista. Mungkin dia terlalu lelah Nak, kalian harus memikirkan program hamil secepatnya."
"Maaf Ma, Kenan dan Calista belum ingin memiliki seorang anak. Calista masih terikat beberapa kontrak dengan produk kecantikan, dia masih harus menjaga bentuk tubuhnya."
"Tapi mama sudah semakin tua Kenan, Mama juga ingin memiliki seorang cucu."
"Ma, pernikahan Kenan kan belum ada satu tahun. Kami masih ingin menikmati kebersamaan ini, lagipula Calista melakoni pekerjaan sebagai fotomodel itu hanya sekedar hobi. Bagi Calista, menjadi model merupakan bagian hidupnya. Kenan tidak mau mengekang Calista Ma."
"Tapi dia adalah istrimu Kenan. Sudah menjadi kewajiban Calista untuk berbakti padamu dengan menjadi istri yang baik."
"Jadi menurut Mama, Calista bukan istri yang baik?"
"Bukan begitu maksud Mama Kenan..."
"Cukup Ma, suatu saat nanti Kenan juga akan memberi Mama keturunan." kata Kenan sambil meninggalkan ibunya yang menatap Kenan dengan tatapan kosong.
'Kenapa sekarang kamu berani membentak Mama Nak.' gumam wanita tua itu.
***
"Ea ea ea." suara tangis bayi terdengar nyaring menggema di ruang persalinan. Rasa sakit yang begitu dahsyat serta rasa lelah seakan semua telah sirna saat Olivia melihat seorang bayi mungil yang kini sedang dibersihkan oleh beberapa orang perawat yang turut membantu persalinannya. Alena lalu mendekat ke arah Olivia yang masih terbaring lemah setelah lelah berjuang melahirkan bayi itu.
"Olive, Olivia, kamu hebat sayang."
Olivia hanya tersenyum, wajahnya terlihat begitu cantik berseri meski dipenuhi oleh peluh dak keringat yang membasahi wajahnya.
"Sebentar, akan kupanggilkan Mark."
"Bagaimana boleh kan Olivia?"
"Tentu."
Mark lalu masuk ke ruang persalinan, Alena lalu menggendong bayi Olivia dan Mark membungkukkan tubuhnya mendekat pada bayi itu lalu mengumandangkan adzan di telinganya. Air mata Olivia menetes melihat pemandangan yang ada di depannya. 'Andai itu kamu Kenan.' gumam Olivia.
Alena lalu berjalan mendekat pada ranjang Olivia dan menidurkannya bayi itu di samping tubuhnya. "Ini putera kecilmu Olive, dia akan menjadi sepupu yang baik untuk Jason." kata Alena sambil tersenyum.
"Kenan." kata Olivia saat melihat wajah bayi itu.
"Ya dia sangat mirip dengan Kenan." jawab Alena.
'Kenan, tahukah kamu anakmu sudah lahir? Dia putramu Kenan.' gumam Olivia diiringi air mata yang mengalir membasahi wajahnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 300 Episodes
Comments
Pia Palinrungi
yg sabar nathan akan memyesal kalau tahu kebusukan calista...
2022-05-20
0
dhapz H
ternyata calista perempuan yg sdh rusak
2022-03-27
0
ㅤㅤㅤ ㅤ✰͜͡v᭄ᵗⁱⁿₜₐʰᵢᵗᵃᵐ𝐀⃝🥀ʰᶦᵃᵗ`
mau enak nya aja si kenan
2022-03-03
1