Kenan lalu berbalik dan masuk ke dalam kamar Calista. Di dalam kamarnya, tampak Calista masih duduk di atas kursi roda miliknya. Kenan lalu kembali berjalan keluar untuk memanggil Mirna.
"Tolong bantu Nyonya Calista untuk tidur di ranjang!" kata Kenan padaMirna.
"Baik Tuan," jawab Mirna, dia lalu memapah tubuh Calista. 'Kurang ajar,' batin Calista saat merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.
"Terimavkasih Mirna, sekarang kau boleh pergi."
"Iya Tuan," jawab Mirna, lalu keluar dari kamar mereka. Olivia pun begitu terkejut melihat Mirna yang keluar dari kamar Calista. "Ada apa Mirna? Apakah sesuatu terjadi pada Calista?" tanya Olivia.
"Oh tidak, tidak ada apa-apa dengan Nyonya Calista, tadi Tuan Kenan menyuruh saya memindahkan Nyonya Calista dari kursi roda ke atas tempat tidur," jawab Mirna.
DEGGG
Jantung Olivia seakan berhenti mendengar perkataan Mirna. 'Kenan, mengapa kau melakukan semua itu pada Calista?' kata Olivia dalam hati.
Sedangkan di dalam kamar, Kenan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Dia lalu mamalingkan tubuhnya membelakangi Calista, sontak membuat Calista begitu marah melihat perlakuan Kenan padanya.
"Kenan. Apa kau sudah tidak menganggapku lagi sebagai istrimu?" tanya Calista.
Tapi Kenan hanya diam mendengar panggilan Calista, dia hanya memejamkan matanya sambil pura-pura tertidur. 'Sial, dasar laki-laki brengsek!' batin Calista.
Olivia masuk ke dalam kamar lalu mengambil ponselnya dan mengetikkan sebuah pesan pada Kenan. Namun tak ada balasan dari Kenan hingga akhirnya dia pun tertidur sambil memeluk ponselnya.
***
"Papaaaa, Mommmmyyyyy!" kata Vansh sambil berteriak masuk ke dalam rumah saat Olivia dan keluarganya tengah menikmati sarapan.
"Papa?" kata Calista sambil melihat ke arah Kenan.
"Kenapa Calista, kau keberatan?" tanya Gisa.
"Emhh Mama."
"Aku yang sudah menyuruh Vansh memanggil Kenan dengan sebutan Papa. Tidak apa-apa kan Pak Herman?"
"Oh tentu Bu Gisa, saya senang Kenan bisa mengangap Vansh seperti anaknya sendiri."
"Tentu Pa, Vansh adalah anak saya," kata Kenan.
"Apa maksudmu Kenan?" tanya Calista.
"Ya, aku sudah mengurus dokumen kelahiran Vansh, dan dalam dokumen itu aku meminta untuk mencantumkanku sebagai ayahnya, jadi Vansh adalah anakku."
"Terima kasih, Kenan," jawab Herman.
"Tentu Pa, sebentar lagi Vansh akan masuk ke sekolah, tentu membutuhkan dokumen kelahiran untuk mengurus semua itu."
"Bagus sekali pola pikirmu Kenan, terimakasih banyak karena sudah memikirkan masa depan Vansh."
"Tentu, karena aku sangat menyayangi Vansh."
Olivia yang mendengar perkataan Kenan pun begitu terkejut, Kenan memang telah berubah, dan dia menyadari kesalahannya, tetapi sayangnya semua sudah terlambat. 'Jadi kau sudah berfikir sejauh itu Kenan?' batin Olivia.
Calista pun semakin marah mendengar kata-kata Kenan. Dia lalu menatap tajam ke arah suaminya, apalagi melihat Vansh yang tampak begitu akrab dengan Olivia dan Kenan.
"Wah kalian bertiga seperti keluarga yang sangat harmonis!" kata Gisa sambil tersenyum dan melirik ke arah Calista yang tampak begitu marah melihat keakraban mereka.
'Dasar wanita brengsek,' batin Calista.
"Ma, Kenan berangkat ke kantor dulu ya."
"Iya Kenan, hati-hati, eh kamu berangkat dengan Olivia kan?"
Olivia dan Kenan tampak canggung mendengar kata-kata dari Gisa. "Olive naik taksi saja Tante."
"Kamu gimana sih Olive, kalian kam satu kantor, masa kamu mau naik taksi?" kata Gisa.
"Kenan, kamu dan Olivia berangkat bersama ya," kata Gisa sambil tersenyum ke arah Kenan.
"Iya Ma. Ayo Olive kita berangkat."
Olivia yang tak bisa mengelak lalu berjalan di belakang Kenan dan menaiki mobilnya. "Kenan apa kau tidak membaca pesanku semalam?" kata Olivia membuka percakapan dengan Kenan di dalam mobil.
"Tidak."
"Kenapa kau memperlakukan Calista seperti itu?"
"Seperti apa?"
"Kenapa kau menyuruh Mba Mirna untuk memindahkan tubuh Calista ke atas ranjang?"
"Bukankah itu adalah tugas Mba Mirna untuk merawat Calista."
"Tapi kau suaminya Kenan."
"Aku bukan suaminya, aku bahkan sudah menalaknya, aku hanya laki-laki yang dipaksa untuk tidak menceraikannya, Olivia! Ingat itu!" Olivia hanya diam mendengar kata-kata Kenan, dia lalu turun dari dalam mobil dan bergegas masuk ke dalam ruangannya.
***
Gisa masih di dalam rumah keluarga Herman, dia sedikit berbasa-basi pada Calista yang kini duduk di sampingnya.
"Calista, mama minta maaf karena selama kau ada di rumah sakit mama tidak menjengukmu."
"Tidak apa-apa Ma, sudah ada banyak yang menjagaku. Terimakasih karena telah mengirimkan Mba Mirna yang khusus untuk merawatku." kata Calista sambil tersenyum.
"Ya, tapi kau juga harus berterima kasih pada Olivia, sebelum kedatangan Mirna dia yang begitu telaten merawatmu. Kau sungguh beruntung memiliki adik seperti dirinya."
"Apa tidak bisa Mama membicarakan hal lain selain Olivia?"
"Memangnya mama harus bicara apa Calista? Oh iya mama kan belum mengatakan alasan mama untuk tidak menjengukmu."
"Apa alasan mama?"
"Tentu saja mama merawat Vansh, Calista. Vansh adalah cucu kesayangan mama, hidup mama seakan lebih berarti sejak ada kehadiran Vansh dan Olivia."
"Kenapa mama sekarang begitu menyayangi Olivia?"
"Karena Olivia telah membawa Vansh dalam kehidupannya mama. Bukankah kau tahu jika mama sangat menginginkan kehadiran seorang cucu, tapi kau tak pernah mau mencoba memahami perasaan mama. Kau selalu sibuk dengan kehidupanmu dan duniamu sendiri Calista. Coba tanyakan pada dirimu, apakah kau pernah menjadi istri yang baik untuk Kenan? Pernahkah kau melayani Kenan dan memperlakukan dia selayaknya suami? Tidak pernah kan? Selama ini bahkan Kenan selalu mengalah meskipun dia tertekan memiliki istri sepertimu? Kau seharusnya bisa menyadari semua kesalahanmu, kau harusnya sadar penyebab Kenan menceraikanmu karena sikapmu sendiri Calista!!"
"Cukup Ma! Cukup!!!" kata Calista sambil pergi meninggalkan Gisa menggunakan kursi rodanya.
"Mau kemana kamu Calista? Mama belum selesai berbicara padamu."
"Aku butuh istirahat, Ma," jawab Calista lalu masuk ke dalam kamarnya.
"Kamu memang tidak pernah bisa menyadari kesalahmu Calista."
Herman yang mendengar percakapan mereka di balik tembok memejamkan matanya sambil menangis. "Maafkan Papa Kenan sudah memaksamu untuk tidak menceraikan Calista."
Calista yang begitu marah mendengar kata-kata Gisa masuk ke dalam kamar sambil membanting barang-barang miliknya.
"Kurang ajarrrr, wanita sialan itu begitu berani menghinaku!!!" kata Calista dengan nafas yang tersengal serta air mata yang mengalir di pipinya.
Dia lalu mengambil ponsel miliknya, kemudian menghubungi nomer Ramon, namun ternyata nomer Ramon sudah tidak aktif.
"Dasar laki-laki brengesek!!! Berani-beraninya kau meninggalkan aku di saat aku seperti ini! Lihat saja akan kubalas kau saat aku sudah sembuh nanti!!" teriak Calista.
***
Pulang kerja, Kenan tampak mengejar Olivia yang sudah ada di depannya, namun langkah Olivia sudah begitu cepat hingga akhirnya dia masuk ke dalam mobil seseorang. Kemudian mobil itu berjalan tepat di depan Kenan, dan laki-laki itu pun sudah terlambat mengejar Olivia.
"Leo? Dasar brengsek, aku terlambat!!!" kata Kenan sambil melihat mobil itu bergerak pergi meninggalkan kantornya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 300 Episodes
Comments
Pia Palinrungi
next...disini aq nggak suka olivia kayak perempuan murahan
2022-05-20
1
Anisatul Azizah
alu bingung mereka itu tinggal dirumah siapa sih? kl dirumah ortu Olive, kenapa Gista selalu ada.. kl dirumah Gista, bukannya Olive masih ounya rumah ortu sendiri??
2022-02-02
1
Hery Yufrizal
yoi
2022-01-15
3