Siapa Gadis Itu ?

...MANCHESTER...

Manchester, tidak ada yang bisa menggambarkan bagaimana kota ini bisa membuat Luigi berdebar. Tidak ada kenangan di sini, tidak ada kisah di sini selain masa liburan musim panas yang Luigi lewatkan beberapa tahun ke belakang, bila menyusul sang Ayah yang pindah tugas di kota yang dinamis, dengan perkembangan penduduk dan teknologi yang maju pesat.

Manchester dikenal sebagai salah satu kiblat sepak bola dunia. Wajar saja, kota di bagian utara Inggris ini merupakan markas dari dua klub besar Liga Inggris, yaitu Manchester United dan Manchester City.

Persaingan sengit keduanya membuat derby Manchester menjadi salah satu pertandingan sepak bola yang paling ditunggu. Bahkan tiket pertandingan keduanya di Liga Inggris selalu sold out dari jauh-jauh hari.

Di sebuah hunian eksekutif yang merupakan kawasan elit di Manchester, pagi itu Luigi tiba di kediaman orang tuanya. Di antar Scott sang kakak, Luigi juga datang bersama agen yang melayani jasa pindah rumah. Dari mulai mengemasi barang barang, mengantar ke tempat tujuan hingga menurunkan dan merapikan kembali ke tempat hunian baru.

Luigi tersenyum dan menengadahkan kepalanya melihat langit kota Manchester yang begitu cerah, dengan membawa satu kardus yang berisi barang barang pribadinya. Angin berhembus sepoi sepoi meniupkan rambutnya yang tergerai hingga meriap riap menutupi sebagian wajahnya.

Mata abu abunya liar beredar memandangi hunian yang berderet tertata rapi dan bersih. Udara disekitarnya terlihat sehat. Banyak pepohonan yang rimbun dan menaungi trotoar jalanan. Rumah rumah di hunian elit ini, terkesan lebih luas, ketat, dan memiliki kesan ‘tertutup’.

Hal ini bisa terlihat dari pemilihan batu bata merah yang kerap menjadi material utama dalam pembuatan dinding. 

Rata – rata rumah dihunian elit itu memiliki tembok tebal yang memang dirancang sesuai dengan iklimnya yang dingin, sehingga rumah akan senantiasa terasa lebih hangat. Hunian elit itu juga tidak terlalu banyak menggunakan ukiran sebagai elemen dekoratifnya. Misterius, klasik, namun tetap menawan adalah deskripsi yang tepat untuk hunian elit di Manchester ini.

"Lui, apa kau mau selamanya di pinggir jalan? Kau mau menjadi patung?" ejek Scott sang Kakak saat mengunci pintu mobilnya yang terparkir di jalanan.

"Ya kutuk saja aku!" kata Luigi mendahului langkah kakaknya, Scott tersenyum melihat adik bungsunya yang telah meraih gelar sarjana Arkheologi.

Disambut Ibunya, Luigi memasuki rumah yang terasa nyaman dan hangat. Ia langsung menuju kamar yang telah disiapkan untuknya yaitu di lantai dua. Beberapa orang dari agen yang melayani pindah rumah, terlihat mondar mandir membawa barang barang Luigi ke kamarnya dan sebagian di gudang. Lorainne dengan cerewetnya mengatur letak barang yang berada di kamar Luigi dan Luigi membiarkan Ibunya mengatur ruangan kamarnya karena percuma bila dibantah.

"Apa Daddy akan pulang malam, Mom?" tanya Luigi sambil meletakkan kardus di meja yang berada di dekat jendela yang menghadap ke arah jalanan.

"Sepertinya begitu, ada rapat penting dan kata Daddy kita tidak perlu menunggunya makan malam-- Kursi itu tolong di letakkan di sudut sana!" kata Lorainne berbicara kepada dua orang yang sedang membawa kursi, setelah menjawab pertanyaan Luigi.

"Lui ada telepon untukmu! Dari perusahaan K.V di line (jalur) nomor dua!" kata Scott berteriak dari bawah, Luigi membulatkan matanya. Ia berlarian menuju ruang kerja Ayahnya yang berada di lantai yang sama dengan kamarnya. Luigi menyambar gagang telepon lalu menekan tombol dua sebagai jalur komunikasi yang di arahkan dari lantai satu.

Lima hari kemudian pasca Luigi bertemu Steiner, Scott membawanya ke Manchester dan hari ini tepatnya Luigi menerima panggilan wawancara. Luigi tidak menyangka panggilan wawancara secepat ini, padahal baru lima hari yang lalu Luigi mengirimkan data pribadinya, dan ini sesuatu di luar dugaannya. Butuh waktu sekitar satu sampai dua bulan untuk wawancara, bila mengirimkan surat lamaran dan data diri kepada perusahaan raksasa sekelas K.V yang notabene menjadi incaran lulusan terbaik di Inggris.

"Baiklah, Terima kasih. Aku akan datang besok" ujar Luigi menutup teleponnya. Luigi kemudian bersorak menjerit dan berlarian kearah lantai bawah.

"Scoootttiiieeee!" jerit Luigi memanggil kakaknya yang telah merentangkan tangannya kearahnya dengan menggenggam gagang telepon.

"Ya aku tahu kau akan wawancara di K.V" kata Scott sambil menggoyangkan gagang telepon ditangannya lalu meletakkannya. Scott mencuri dengar percakapan Luigi dari lantai satu dengan seseorang yang akan mewawancarainya dari pihak KV.

"Kau mendengar percakapanku! Dasar Penguping!" Luigipun berhamburan melompat kepelukan sang kakak dan Scott menggendong adik kecilnya itu, lebih tepatnya adik yang selalu di anggapnya terlambat dewasa karena seluruh keluarga Santana selalu memanjakannya.

"Semoga kau diterima Lui, ingat kau harus bersikap dewasa dan kau harus menghilangkan sifat ke kanak kanakanmu. Karena kau bukan anak kecil lagi. Tumbuhlah Lui!" kata Scott mengeratkan pelukannya dan mencium pipi Luigi.

Scott dan Luigi memiliki kedekatan khusus, Scott adalah Kakak tertua yang paling dekat dengan Lui. Berbeda dengan Kakak keduanya yaitu Callister yang selalu saja bertengkar dengannya.

"Aaaa Kakakku kau menyebalkan! Cepatlah kau memiliki kekasih! Berhenti menjagaku! Scott, terima kasih! Kau adalah satu satunya orang di dunia ini yang bisa memahamiku dan percaya kepadaku!" kata Luigi dengan mencubit kedua pipi Scott dengan gemas lalu melingkarkan tangannya di leher Scott dan mendekapnya erat.

Scott adalah orang yang tidak menentang Luigi, perasaan Scott lebih lembut daripada Callister, hanya Scott yang ber-empati dan bersimpati pada kisah Luigi yang dianggap ilusi oleh semua orang. Ia lebih memilih memahami Luigi dengan kisah ilusinya karena bagaimanapun semua orang yang menentang Luigi tidak bisa menjelaskan bagaimana sebuah kalung berada di genggaman tangannya dan kini selalu ia pakai kemanapun.

"Turunn! Kau bertambah berat saja!" Luigi pun menjewer kedua telinga Scott dengan gemas, lalu mencium pipi Scott seiring langkah kaki Lorainne menuruni anak tangga.

"Lui, Sweetheart-- kau dipanggil untuk melakukan wawancara?" tanya Lorainne.

"Benar, Mom!-- Luigi turun dari gendongan Scott dan berlarian kearah sang Ibu yang menuruni tangga dengan keranjang pakaian kotor lalu Luigi memeluk Ibunya --Mom, aku akan melakukan wawancara, bisakah Mommy memilihkan baju untukku?"

"Lui, perasaan Mommy tidak enak. Sebaiknya kau lupakan wawancaramu, Ibu tidak suka kau bekerja karena obsesi gilamu pada laki laki ilusimu yang bernama Steiner itu" kata Lorainne membuat dada Luigi nyeri, ia pun lelah menjelaskan pada Ibunya yang tidak pernah bisa memahami dirinya.

"Cck, ayolah Mom. Aku tidak berilusi! Sampai kapan Mommy akan mempercayaiku?-- Scott, berikan pengertian pada Mommy!" kata Luigi berkata dua arah, ia pun berjalan kearah lemari pendingin dan mengambil satu kaleng soft drink.

"Kau pikir Scott percaya padamu? Dia hanya berpura pura percaya padamu karena Scott tidak ingin membuatmu kecewa" ujar Lorainne sambil meletakkan keranjang pakaian kotor di dekat tempat cucian.

"Scott?" Luigi menuntut penjelasan dengan sorot mata Luigi yang begitu tajam kearah Scott.

"Mom! Itu tidak benar! Hissh!" sanggah Scott dengan mendengus kesal.

"Jadi kau hanya berpura pura?" tanya Luigi dengan mata berkaca kaca, ia meletakkan sekaleng soft drink di meja dan Luigi berlari kearah halaman belakang rumahnya.

"Lui!" panggil Scott.

"Aku kecewa padamu Scott!" kata Luigi sebelum menghilang dari balik pintu belakang. Scott menghela nafas panjang dan berjalan kearah meja menyambar satu kaleng soft drink milik Luigi yang tidak jadi di minumnya.

"Momm? Mengapa Mommy tega sekali padanya! setidaknya dukunglah Lui dan ingatlah kita hampir kehilangannya di Yunani, Mom!" kata Scott sambil berjalan kearah pintu belakang untuk mencari Luigi.

"Hmmpht-- Mommy tidak bisa percaya begitu saja karena itu semua mustahil!" Lorainne kembali bersikeras dengan opininya.

"Aku tidak meminta Mommy untuk percaya tapi setidaknya dukung Lui, Mom! Dia membutuhkan kita! Dia butuh dukungan kita-- Apa Mommy bisa menjelaskan kalung itu bila itu mustahil? Jangan mengacaukannya Mom! Lihat Mommy membuat adikku sedih dan kecewa!" Scott pun berlalu dengan berlarian menuju arah belakang rumah menyusul Luigi yang telah menghilang dari balik pintu. Lorainne terdiam dengan menghela nafas panjang, ia pun tidak bisa menjelaskan kalung yang di prediksikan bernilai milyaran itu.

-

-

-

Luigi berjalan dengan langkah gontai sesekali ia menyeka pipinya. Di halaman belakang rumah terdapat pagar yang terbuat dari bebatuan yang tidak lagi berwujud karena pagar itu ditumbuhi tanaman yang menempel di seluruh dinding pagar.

Ada pintu kecil terbuat dari jeruji besi, yang menghubungkan halaman belakang itu dengan sebuah taman dan di seberang taman adalah sebuah jalan raya. Banyak orang yang tinggal di hunian elite itu menggunakan taman itu untuk menghabiskan waktunya. Seperti Luigi yang duduk menghadap ke arah jalan dengan pandangan nanar, ia memegangi liontinnya dengan perasaan berkecamuk. Hati dan jiwanya memanggil nama Steiner yang selalu menghilang dan meninggalkannya.

...*...

Di sebuah mobil mewah,

(yang melintas)

"Kau menghindariku dan selalu saja menghindariku! Ada apa denganmu, Stein?"

"Aku tidak tahu, Carrie! Aku hanya sibuk! Mengertilah!" kata Steiner dengan lantang kepada tunangannya yang duduk disampingnya. Steiner menyempatkan waktunya menjemput Carrie dan akan mengantarnya ke tempat kerjanya pagi itu.

"Kau sempat makan siang dengan Esme! Kau sempat membalas pesannya! Tapi mengapa kau tidak bisa membalas satu pesanpun dariku!" kata Carrie mengarahkan pandangannya ke arah kemudi dimana Steiner berada. Steiner terbiasa membawa mobil sendiri kemanapun, bagi Steiner sopir membuatnya tidak leluasa. Ia hanya menggunakan sopir di saat tertentu saja.

"Kita satu gedung Carrie! Dan Esme itu bekerja di perusahaanku! Aku membicarakan pekerjaan tidak kurang dan tidak lebih! Aku tahu menjaga perasaanmu! Aku tidak tahu belakangan ini perasaanku tidak enak dan tidak tenang! Pengalihan perusahaan ini sangat menyita pikiranku!" ujar Steiner membalas pandangan Carrie namun dengan kesal karena kecemburuan Carrie yang tidak beralasan.

"Sejak kapan kau merasa seperti itu?" tanya Carrie menurunkan volume suaranya dengan menghela nafas panjang.

"Entahlah-- sekitar tiga bulan belakangan ini aku selalu cemas! Dan aku tidak tahu apa sebabnya! Aku harap kau mengerti Carrie!"

Tiga bulan? Tiga bulan yang lalu? Itu saat aku ke Paris meluncurkan produk. Batin Carrie.

"Lalu bagaimana dengan pertunangan kita? Apa kau sudah memikirkannya?" pertanyaan Carrie justru membuat Steiner semakin naik pitam hingga matanya memerah menatap sinis kearah Carrie.

"Aku tidak tahu! Di saat seperti ini hanya itu yang kau pikirkan? Pekerjaanku banyak Carrie! Aku harus beradaptasi! Berhentilah memikirkan pertunangan dan berhenti menuntutku! Kau bisa pergi dari hidupku bila kau tidak bisa mengerti apa yang aku hadapi!" Steiner memukul setirnya dan menginjak rem dengan sangat dalam saat tiba di lampu merah.

Ia mendengus kesal dan memalingkan wajahnya kearah samping dan itu adalah taman dimana Luigi duduk. Steiner menghindari pandangan tatapan Carrie yang hanya akan membuatnya semakin kesal.

Dan disana, mata Steiner tak berkedip melihat seorang gadis berwajah lembut, bermata bulat keabu abuan dengan rambut coklat seperti madu yang terurai menari di tiup angin dan seolah memanggilnya.

Siapa gadis itu..

Namun seketika pandangan Steiner gelap karena tanpa dia sadari kakinya menginjak pedal gas hingga mobil itu perlahan melaju disaat lampu lalu lintas masih berwarna merah.

"Steinerr apa yang kau lakukan! Steinerrr!!" pekik Carrie dengan kerasnya. Dan Steiner terlambat menyadarinya ketika mobil lain menyongsong dari arah samping dan menghantam mobilnya seketika. Kecelakaan itu tak terelakan lagi.

BOOM!!

-

-

-

like yg mucho2 ya

Terpopuler

Comments

Kar Genjreng

Kar Genjreng

mucho mucho mucho daddy si.... Steiner kecelakaan dong ya Thor... 😭😭😭😭😭 bagaimana dengan Luigi.... apa ada yang percaya... selain scott Kaka nya.... Bombay deh... petene endi Thor...

2022-02-20

0

Wanno

Wanno

gue suka gaya loe Lui.. wkkwkw

2022-02-11

0

Wanno

Wanno

Scott jodohkan sama Esme thorrr

2022-02-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!