Kau Datang ?!

...CHAMBRIGE...

Tiga Bulan Kemudian

Setelah menjalani pengobatan selama satu bulan lamanya, Luigi bisa menjalani aktifitasnya kembali. Menyelesaikan kuliahnya dan menyusul kedua orangtuanya dimana sang Ayah, di pindah tugaskan dari St. Albans-- asal kota Luigi-- dan menetap sementara di Manchester.

Pesta kelulusan telah di gelar dan Luigi telah meraih gelar Sarjananya Strata dua (S2) jurusan Arkheologi. Kurikulum perkuliahan di Inggris memudahkan mahasiswa untuk menempuh pendidikan lebih cepat. Jenjang pendidikan Sarjana Strata satu (S1) bisa ditempuh dalam waktu 3 tahun dan S2 hanya dalam waktu 1 tahun saja. Meskipun demikian, lamanya waktu pendidikan juga dipengaruhi jurusan yang dipilih dan kemampuan akademik mahasiswa.

Tentu saja Universitas Oxford dan Universitas Cambridge harus memiliki acara wisuda yang paling elegan. Sebagaimana status mereka sebagai universitas top dunia. Mahasiswanya harus memakai subfusc tradisional atau pakaian tradisional yang dipakai khusus untuk wisuda dan cape bulu-berbaris, cape mode berarti sejenis blus model poncho atau blus berlengan kelelawar. Lebih mudahnya, cape sering digambarkan sebagai jaket yang akrab dikenakan oleh tokoh detektif terkenal. Sementara wisudanya itu sendiri diadakan dalam bahasa Latin.

Setelah ceremony yang menyatakan lulus dalam bahasa Latin, semua mahasiswa berkeliling dan diarak ke jalan. Biasanya arak arakan itu akan menjadi tontonan oleh warga sekitar. Ada yang meneriak kata 'Selamat', 'God bless you', atau berteriak kata 'Sukses'. Sepertinya seluruh kota Chambrige mendoakan mereka semua.

Luigi duduk bersila di rerumputan, di bawah sebuah pohon rindang di kampusnya. Luigi melepaskan pakaian wisudanya lalu melipatnya kemudian ia meletakkan di pangkuannya sebagai tumpuan. Ia mengeluarkan buku hariannya yang terselip pulpen di dalamnya. Berulang kali ia menghela nafas panjang, kemudian Luigi menulis,

Apa kau tahu bagaimana rasanya merindu? Kau dimana, mengapa kau tidak pernah muncul, sekalipun dalam mimpiku. Steiner, aku lulus. Aku mencapai gelarku. Kau tahu? Aku bahkan belajar sambil memikirkanmu.. Terkadang aku ingin menyerah karena rindu.. Tapi aku selalu memegang janjimu. Perkataanmu di lembah Parnassus begitu mengikatku. Aku akan kuat dan aku akan bertahan.. Perpisahan kita sangat melukaiku, Stein.. Aku mengingat wajahmu, kesedihanmu.. Aku tidak bisa berpaling darimu.. Steiner, dimanakah kau berada.. Aku telah mengatakan dimana tempat tinggalku di Chambrige, tapi kau tidak pernah datang..

"Lui?" Luigi menoleh dan spontan menutup buku catatan hariannya saat seseorang memanggil namanya.

"Mark?"

"Kau tidak ikut parade arak arakan?" tanya Mark sambil menghempaskan seluruh tubuhnya di rerumputan dengan posisi telentang dan menggunakan kedua tangannya menjadi bantal, ia menumpuk kaki satu dengan yang lainnya dan memandangi wajah Luigi dari bawah. Luigi memasukkan buku hariannya ke dalam tasnya lalu mengambil ponselnya.

"Tidak, aku lelah. Dari kemarin aku packing tidak ada habisnya" keluh Luigi dengan meregangkan otot lehernya.

"Kau akan ke Machester, Lui?" Mark memalingkan wajahnya menatap lurus keatas, menatap dedauan yang berderak perlahan dan menaungi mereka.

"Iya, aku akan menyusul Ayah dan Ibuku lalu mencari pekerjaan disana" Luigi pun merebahkan tubuhnya dengan beralas kostum wisuda di kepalanya.

"Manchester-- gumam Mark dengan menghela nafas dalam --aku mengisi sebuah lowongan pekerjaan disana, di galeri Museum tapi aku tidak tahu diterima atau tidak. Dewan Kota membutuhkan beberapa ahli arkheologi. Kau tidak mau mencobanya? Siapa tau kita bisa bekerja bersama dan bertemu lagi, Lui" kata Mark menoleh kearah Luigi.

"Daddy-ku juga menyarankan begitu. Tapi aku belum memikirkannya" ujar Luigi sambil tiduran memainkan ponselnya.

"Ada pabrik pembuat kosmetik terbesar, baru baru ini sedang melebarkan sayapnya untuk membuat parfum di Manchester, mereka buka lowongan pekerjaan besar besaran. Aku dengar dari Kakakku disana. Beberapa brand kosmetik ternama di buat di pabrik itu. Tapi sayang sekali, kita adalah sarjana arkheologi, kita tidak akan masuk kualifikasi. Wawancara besar besaran akan di adakan minggu depan" tutur Mark, membuat Luigi menoleh kearahnya dan menunjukkan ketertarikkannya.

"Parfum? Itu kesenanganku. Itu keahlianku. Perusahaan apa, Mark?" tanya Luigi bersiap dengan ponselnya ke menu Google dan masuk ke kolom pencarian.

"K.V. cari saja di Google, pabrik terbesar di Eropa Utara yang memproduksi seluruh kosmetik kenamaan. Jika kau punya modal, kau punya ramuan, kau bisa menyerahkan ramuanmu dan mereka akan memproduksinya untukmu. Kau bisa menyerahkan desain dan contoh kemasan lalu produkmu siap meluncur di pasaran. Nah baru baru ini, K.V melebarkan sayapnya. Mereka membuka lowongan besar bes---

"K.V adalah Kingdom Volkgaard?!" kicauan Mark panjang kali lebar di potong Luigi tiba tiba. Luigi sampai bangun dan duduk dengan membulatkan matanya. Ia masuk ke situs perusahaan K.V dan berbagai berita terkait bermunculan.

"Lui, kau mengejutkanku!" ujar Mark ikut bangun dan mencondongkan wajahnya kearah ponsel Luigi.

"Javier Volkgaard Menunjuk Pewaris Baru" gumam Mark membaca headline sebuah berita, seiring jemari Luigi menekan portal berita. Dan sebuah foto terpampang di halaman depan. Bola mata Luigi seketika membesar, mulutnya terbuka melihat Steiner yang begitu tampan dan dingin terlihat di ponselnya. Luigi berdebar melihatnya. Hatinya yang penuh kerinduan bersorak seketika.

"Ste..ee..iinner! Steiner Volkgaard! Baru baru ini dia menjadi pewaris! Ini persis dengan apa yang ia katakan kepadaku. Pantas saja dia tidak pernah muncul, itu karena dia pasti sangat sibuk. Steiner, pasti sangat stres, wajahnya begitu dingin, dia seperti terkena beban berat. Ohh, Steiner yang malang-- Kapan berita ini di rilis?"

Mark menunjuk sebuah tanggal yang berada di bawah judul berita dengan menduga duga sikap Luigi yang mendadak bersemangat, karena beberapa bulan ke belakang, Luigi terlihat murung, "Lihat sepertinya tiga bulan yang lalu-- Lui, apa kau mengenalnya?" tanya Mark dengan gusar.

"Itu artinya aku masih di rumah sakit. Mungkin dia mencariku-- Mark! Apa kau ingat ceritaku? Laki laki ini! Yang menolongku di lembah Parnassus! Dia adalah Kekasihku!" kata Luigi mematikan layar ponselnya dan memasukkan ke dalam tas ranselnya, ia mengemasi barang barangnya yang bergeletakan di rerumputan, lalu Luigi mengenakan tas ransel itu di punggungnya.

"Oh God Lui! Sampai kapan kau percaya pada kami semua kalau kau tidak di tolong siapapun! Lui kau hanya 7 jam menghilang dan satu bulan di rumah sakit! Kau tidak disana selama satu bulan! Luigi berhentilah mengejar Ilusimu!" Luigi terdiam ia mengenakan sepatunya yang sebelumnya ia lepaskan, setelah mengikatnya ia bangkit berdiri.

"Dan sampai kapan ada orang yang mempercayaiku! Kalian tidak bisa menjelaskan kalung yang aku pakai! Aku akan mengirimkan lamaranku kesana! Aku akan kembali ke apartemenku! Mark-- terima kasih informasinya!" kata Luigi sambil menepuk bahu Mark yang masih duduk di rerumputan. Luigi pun secepatnya berlari.

"Lui! Kau Sarjana Arkheologi! Mereka akan mencoretmu seketika!" teriak Mark memperlihatkan kekecewaannya, lalu Luigi memutar tubuhnya kearah Mark yang masih duduk di bawah pohon, kemudian Luigi memperlambat larinya dan berjalan mundur. Luigi rasanya ingin terbang bila ia punya sayap.

"Mark! Kita adalah lulusan Chambrige! Lulusan Oxford dan Chambrige adalah lulusan yang diperhitungan di seluruh dunia! Mark mari kita coba! Kalung ini akan menuntunku, kemana kakiku akan melangkah-- Mark! Kau harus percaya bahwa ada Keajaiban di luar akal manusia yang terkadang sulit dijelaskan oleh Nalar Manusia. Bahkan Keajaiban itu sendiri sulit dijelaskan! Aku akan berusaha Mark! Aku akan mencobanya! Aku akan menemui Kekasihku!"

Sudah pasti Luigi bercerita tentang apa yang ia alami kepada para sahabatnya dan tidak ada satupun yang percaya kepadanya, karena cerita Luigi tidak masuk akal. Namun melihat Luigi memperlihatkan kalung itu, semua sahabatnya pun tidak akan bisa menjawabnya. Dan secepat kilat Luigi berlarian meninggalkan kampusnya, menuju Apartemennnya yang seluruh penghuninya adalah para pelajar dari Chambrige.

Sampai kapan kau mengerti, bahwa aku menyukaimu Lui. Mark.

-

-

-

Sesampainya di Apartemen Luigi menyalakan pendingin ruangan. Ia membuka laptopnya lalu menyalakannya. Sementara menunggu, Luigi meletakkan tasnya, mengikat rambutnya dan mengganti pakaiannya dengan pakaian yang nyaman. Ia telah mengemasi barang barangnya karena ia harus mengucapkan selamat tinggal pada Apartemen juga kampusnya yang selama empat tahun ini menjadi bagian dari kisahnya.

Setelah mencuci wajahnya ia menuju ke lemari pendingin, ia mengambil satu kaleng soft drink lalu membuka dan meneguknya, saat ingin menutup pintu lemari pendingin, matanya melihat sebuah bejana kaca yang berisi bunga yang tersembunyi di balik kaleng soft drink yang telah ia minum. Luigi meletakkan bejana kaca itu di dalam lemari pendingin setelah ia pulang dari rumah sakit.

Luigi tersenyum melihatnya, racikan yang akan dijadikan riset parfumnya, ternyata masih awet dan segar, padahal sudah berusia tiga bulan sejak kecelakaan menimpa dirinya di lembah Parnassus, Yunani. Luigi berpikir itu adalah karena bubuk Mozeka yang berasal dari Mesir yang di belinya di Yunani. Bubuk yang di percaya untuk mengawetkan mumi itu, ternyata ampuh untuk mengawetkan dua bunga yang berada di dalam bejana kaca.

"Mengapa ingatanku begitu buruk. Kau, bunga passion flower dan lotus biru-- hampir saja aku meninggalkanmu" gumam Luigi lalu ia mengeluarkan botol itu lalu ia berjalan menuju kearah meja laptopnya. Ia meletakkan bejana kaca itu disamping laptopnya lalu ia meneguk soft drinknya lalu duduk. Setelah meletakkan kaleng softdrinknya Luigi mulai bekerja.

Luigipun mengerjakan tujuannya, bekerja di Perusahaan K.V dan ia ingin selalu berada di dekat Steiner. Ia sangat bahagia, ia sangat berdebar, memasukkan data dirinya secara online di situs K.V yang tertera di layar laptopnya. Hampir dua jam Luigi duduk di depan laptop hingga ia menghabiskan tiga kaleng softdrink dengan beberapa cemilan keripik yang bolak balik ia ambil dari lemari pendingin.

Hingga, ia menyelesaikan pengajuan lamarannya secara online lalu mengirimnya via email. Luigi meregangkan ototnya, ia menggeliat di kursi dengan menyandarkan tubuhnya. Musik masih menggema lembut menemaninya, ia memijat pangkal hidungnya. Setelah meneguk kembali minuman kalengnya ia mematikan laptopnya. Ia butuh aroma terapi dan matanya kembali tertuju pada bejana kaca yang berisi bunga passion flower dan lotus biru.

Luigi meraih bejana itu dan ia membukanya, aroma menenangkan menyeruak, Luigi menghirupnya dalam dalam setelah rasa penatnya menghilang ia menutup dan meletakkan kembali ke meja. Luigi tersenyum ingatannya kembali pada kenangannya di Lembah Parnassus. Ia meraba liontin yang selalu mendarat didadanya, liontin milik Steiner yang diberikan padanya, agar Luigi menjaganya. Kalung yang menguatkan Luigi dan membuat Luigi bertahan pada cinta dan janji Steiner.

Luigi menghela nafas panjang, ia memijat pelipisnya yang tiba tiba pusing, pandangan matanya mulai kabur, semua yang dilihatnya terasa beterbangan, bangkit berdiri dan berjalan kearah ranjang namun belum sampai di tempat tujuannya, Luigi tumbang!

Bel pintu apartemennya, membuat Luigi membuka matanya, ia mengedarkan pandangannya, ia masih di ruangannya, di depan meja laptop yang masih menyala, musik masih terdengar lembut, beberapa kaleng minuman masih disana dan bejana kaca itu masih di posisi semula. Suara bel pintu yang ditekan berulang ulang mengusiknya, Luigi bangkit berdiri, dari lantai dimana ia terjatuh. Lalu berjalan kearah pintu. Rasa pusingnya tiba tiba menghilang.

Dari lubang pintu yang sejajar dengan pandangannya ia melihat siapa yang datang ke apartemennya, jantungnya berdegup kencang, matanya membulat dan dengan secepat kilat ia membuka pintu dan memekik,

"Steineeerr! Kaau dataaang?!"

"Apa kau merindukan, rudal balistikku?"

Luigi tertawa, lalu menangis dan berhamburan memeluk Steiner yang menggendongnya bak koala yang menggemaskan. Steinerpun membawa Luigi masuk, lalu menendang perlahan pintu apartemen itu karena tangannya terlalu sibuk menopang tubuh Luigi dalam gendongannya. Steiner sangat sibuk membalas ciuman panas yang meluapkan kerinduan diantara mereka.

Lui, aku merindukanmu.. Sangat merindukanmu.. Mengapa kau baru memanggilku? Apa kau belum menyadari siapa aku?

Steiner, aku merindukanmu.. Mengapa baru datang..

-

-

-

Biarkan misteroongg ini menjadi milikku, Bossqyuuu... *sambil ngondek 🤣🤣🤣🤣🤣

Tugasku membuat misterong ini menggetarkan ranjang apartemen Lui dan tugas kalian jempolin like, komen, sukrebb, ngopiin akuh 🤣🤣

sekalipun ak ga bales komen, tunjukkan keberadaanmu bukan makhluk astral, walaupun cumaa aahhhhhh.. agar aku tau kalian nyata 🤣🤣

-

-

-

Terpopuler

Comments

G°°Rumai§ha°°🌵

G°°Rumai§ha°°🌵

Mungkinkah steiner cuma ilusi, mosok tiap abis nyium bunga dalam bejana baru bisa ketemu ama steiner, mikir tenan 🤔

2022-10-12

0

Mey

Mey

mungkin epek dari serbuk sari ke dua bunga racikan itu maka halusinasi lui tercipta

2022-06-15

0

Epha Epho

Epha Epho

aaaahhhh

2022-06-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!