Siang itu Steiner membawa Luigi ke tempat yang menakjubkan. Steiner berusaha mengalihkan perhatian Luigi dengan berbagai cara, agar ia tidak ke pesisir sungai yang tumbuh pohon besar disana, tempat Luigi terjatuh disana.
Melewati hutan yang begitu teduh, layaknya berada di dalam sebuah batu zamrud, Steiner menggendong Luigi dibelakang punggungnya. Luigi melingkarkan tangannya di leher Steiner dan dagunya mendarat manis di pundak Steiner, laki laki misterius yang merawatnya.
"Stein, ini indah sekali. Aku tidak akan melupakan keindahan ini. Stein, kita akan tetap bertemu setelah kita kembali ke London kan?"
"Tentu saja Lui, kita akan bertemu. Kita akan bersama. Selamanya, Lui" Steiner memiringkan wajahnya saat menjawab pertanyaan Luigi, dan senyum yang menawan itu membuat Luigi tidak bisa menahan dirinya. Luigi mengecup pipi Steiner lalu menyembunyikan wajahnya pundak pria itu.
"Jangan memancingku Lui. Kita akan sampai. Jangan menahanku bila aku menginginkanmu lebih" Luigi hanya tertawa kecil saat mendengar perkataan Steiner, ada debaran aneh menyelinap dihatinya. Luigi menelan salivanya.
Steiner terus berjalan, melewati eksotiknya hutan belantara, di lembah Parnassus. Sementara Luigi terus berpikir, mengapa Steiner begitu kuat menggendongnya tanpa henti, tidak pernah satu kali pun Steiner mengeluh bahkan berkeringat. Tapi, mungkin saja karena cuacanya sangat dingin di lembah itu, pikir Luigi.
"Luigi lihatlah! Kita sampai di kolam itu! Air disana sangat hangat Lui, itu sangat baik untuk terapi tubuhmu" Steiner menurunkan Luigi dari gendongannya dan menunjuk ke sebuah kolam kecil dengan aliran air terjun dari atas bukit. Luigi terpesona hingga ternganga, matanya yang indah seolah menjerit melihat pemandangan itu.
Steinerpun berlarian ke bawah sambil melucuti semua pakaian yang membalut tubuhnya dan Steiner memekik sekeras kerasnya hingga suaranya menggema bersahut sahutan.
"Ayooo Luigiii! Ayo.. Kita terbang ke surgaaa!"
Luigi tercekat melihat tubuh polos Steiner yang terjun ke kolam kemudian, Luigi menggigit bibirnya, ia berjalan perlahan menuruni kolam dengan mere*mmas ujung kemeja Steiner yang dipinjamkannya dan ia memakainya. Steiner menyelam dan suasana kolam itu menjadi tenang.
"Steiner! Kau dimana!" Luigipun membuka kancing kemejanya satu persatu, hawa dingin menerpa lembut tubuhnya. Luigi menanggalkan kemeja kedodoran milik Steiner, lalu ia melepas underwearnya dengan perasaan malu malu Luigi memasuki air kolam yang begitu hangat. Luigi terus berjalan ke tengah hingga air kolam di lembah pegunungan Parnassus itu mencapai sebatas pinggangnya.
"Steiner kau dimana! Stein--
Luigi terdiam seketika, saat Steiner muncul dari dalam kolam. Wajah dan tubuhnya berkilau, membuat Luigi berdebar dan ia secara reflek menyilangkan kedua tangannya untuk menutupi dadanya.
Steiner tersenyum kemudian dan berjalan kearah Luigi perlahan lahan. Luigi mundur perlahan lahan dengan debaran jantungnya yang tak beraturan. Hingga tubuhnya mencapai bebatuan di kolam air hangat.
"Lui, kau tahu ? Dibawah sana ada sumber air panas dan dari atas sana air dingin mengalir dari pegunungan dan memenuhi kolam ini, hingga kolam ini menjadi hangat Lui. Seperti kau dan aku" bisik Steiner di depan wajah Luigi karena Steiner telah sampai dihadapan Luigi yang masih menyilangkan tangan di dadanya.
"Kau.. Kau dan aku?" tanya Luigi dengan gugup.
Namun Steiner justru mencium kening Luigi, dibawah sana di kehangatan air kolam yang terbentuk oleh alam, kaki mereka saling bergesek satu sama lain dan menciptakan sebuah naluri kewanitaan Luigi yang bergejolak. Rasa yang membuat pijakannya makin gamang, gelenyar yang berkejaran meluas menjalari tubuhnya.
"Iya Lui-- Steiner membelai pipi Luigi dan menyelipkan sulur rambutnya yang menjuntai menutupi sebagian dadanya lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Luigi --kau dan aku. Aku yang begitu dingin dan kau adalah sumber panas yang siap menghangatkanku" nafas Luigi tertahan mendengarnya bahkan rasanya Luigi kesulitan bernafas.
Di kolam hangat itu, dibawah irama aliran air terjun yang berpencar, namun menuju satu kolam air hangat dan menciptakan uap yang siap membumbung tinggi di sekitar mereka. Suasana menjadi romantis siang itu, matahari yang begitu terik namun kolam itu sangat teduh karena di payungi pohon di sekitarnya.
"Ehm. Stein-- Luigi kembali tercekat, ia terdiam saat Steiner meraup air kolam dengan kedua telapak tangannya lalu diguyurkan di tubuh Luigi yang masih sebagian mengering.
"Lui. Aku akan kembali. Aku akan mencoba kreatif seperti dirimu" kata Steiner sambil mencium bibir Luigi dan berlalu.
"Stein?" Luigi memanggil Steiner namun dengan cepat Luigi memalingkan wajahnya, saat melihat tubuh telanjang Steiner keluar dari kolam. Nafas Luigi tersengal kemudian.
Kenapa dia berbuat dan bertingkah sesuka hatinya tanpa rasa malu.. Hmmpht, aku rasanya mau pingsan. Sexy sekali tubuhnya.. Hmmpht..
"Tunggu Lui! Rendam saja tubuhmu!" seru Steiner menghilang di semak semak dan membuyarkan segala lamunannya yang diam diam mengagumi Steiner yang tidak mengenakan sehelai benanggpun.
Suasana menjadi tenang dan Luigi memutuskan untuk menyelam untuk melatih kakinya. Air begitu hangat dan jernih, saat ia menyelam hingga ke tengah, air di sekitarnya memanas, Luigi melihat gua disana, namun aliran air panas menghalanginya, kini Luigi tahu dari mana sumber air panas itu berasal. Dan Luigi memutuskan kembali menepi.
Steiner tak kunjung datang, hatinya mulai resah. Ia seakan sendirian di lembah Parnassus itu. Tidak ada seorangpun, semua menjadi hening. Luigi mulai resah ia kemudian keluar dari kolam itu dan duduk di bebatuan yang dialasi kemejanya.
"Steiner!!"
"Steinerr!! Kau dimana!"
"Steiner!!"
Tidak ada jawaban selain suaranya sendiri yang memantul dan menggema bersahutan. Luigi mulai takut.
"Steiner!! Aku mohon! Jangan tinggalkan aku!"
"Steeeeiinneerr!!"
"Siapa yang akan meninggalkanmu" tiba tiba bisikan dari belakang membuat Luigi terkejut dan beberapa detik kemudian Luigi merasa tenang. Steiner membawa buah buahan liar yang tumbuh di lembah itu dan sesuatu ramuan yang berwarna hitam dan beralaskan dedaunan yang bersirip lebar.
"Steiner, kau lama sekali" reflek lagi dan lagi, Luigi menyilangkan tangannya di dadanya dan menekuk kedua kakinya hingga menutupi perutnya, rasanya Luigi ingin kembali menceburkan dirinya ke kolam, untuk menyembunyikan area terllarang, miliknya. Steiner yang berada dibelakang Luigi tertawa kecil.
Steiner kemudian duduk di samping Luigi yang memalingkan wajahnya, Steiner mengangkat satu kaki hingga mencapai dadanya agar menutupi pangkal pahanya yang membuat Luigi merasa malu.
"Ini lulur tubuh Lui. Ini lumpur seperti lumpur yang berada di Laut Mati yang banyak digunakan untuk kecantikan. Ini bagus untuk tubuhmu yang memar dan kau memiliki banyak bekas luka karena kau terjatuh" Perlahan Luigi menoleh kearah Steiner yang membalurkan ramuan lulur yang dibuat Steiner ke punggung Luigi secara perlahan.
Lumpur Laut Mati
Tidak hanya berguna sebagai serum terbaik yang kaya akan antioksidan dan asam salisilat, masker lumpur dari Laut Mati juga kaya akan mineral dengan konsentrasi tinggi. Lebih dari 21 mineral baik untuk kulit seperti, kalsium, magnesium, potassium, sulfat, hingga bromida. Kandungan mineral tersebut terbukti mampu menyehatkan dan meremajakan kulit.
Sebuah studi dari terapi spa menemukan, mineral dari Laut Mati terbukti dapat membantu mengatasi penyakit kulit seperti psioriasis hingga radang sendi. Mengingat Laut Mati adalah laut dengan titik terendah, dengan kualitas air garam dan lumpur hitam yang kaya mineral, serta dengan mudah terserap ke dalam kulit.
Lumpur Laut mati juga terbukti mampu menjaga kelembapan kulit, serta menstimulasi aliran darah dan oksigen ke dalam sel kulit. Kulit akan terhidrasi dengan baik serta memperoleh energi dengan kandungan mineral alami yang juga mampu mencerahkan wajah.
"Ini wangi sekali sekali. Kau membuatnya?" tanya Luigi dan Steiner tersenyum.
"Ada daun cendana disana, ada bunga Lavender liar tapi aku selain bunganya aku juga menggunakan daunnya, ada bunga rosemary, ada buah berry liar dan bunga krisan yang aku tumbuk menjadi satu" Luigi melirik buah beri liar yang Steiner bawa bersama buah buahan yang lain, buah berry berwarna kemerahan, mirip strawberry tapi ini sangat langka karena bentuknya bulat dan menonjolkan bintik bintik di setiap pori pori buah berry itu.
"Apa kau mau menyuapiku? Tanganku kotor Lui" Dengan wajah yang memerah merona bak buah berry, Luigi meraih buah itu dan secara otomatis tangan Luigi yang menyilang itu terurai. Luigi mengambil berry itu dan diarahkan ke mulut Steiner.
Dengan cepat Steiner mengoleskan lulur buatannya ke dada Luigi dan membalurkan perlahan ke buah dadanya. Luigi membelalakkan matanya seketika, dengan tangan mengulurkan buah berry.
"Steinnn"
"Iya Lui?" Steiner justru tersenyum, lalu memiringkan kepalanya kemudian melahap berry di jemari Luigi. Namun nafas Luigi seakan terhenti karena Steiner melahap berry itu beserta jemarinya. Steiner, mengul*lummnya lembut, lidahnya menyesapp jemari lentik dengan pesonanya, matanya seakan membuat Luigi terpenjara dan tak bisa lari kemanapun.
"Stein" Luigi serasa dicekik, saat tangan Steiner dengan kelembutan membalurkan lulur yang dibuat Steiner itu merayapi buah dadanya dan menuruni perutnya. Luigi seakan dihempaskan ke sebuah ruang hampa udara yang tak ada oksigen disana. Luigi tak berdaya, untuk sekian detik, Luigi benar benar tidak bisa bernafas!
-
-
-
Bila kamu menyukai Novel ini, Jangan Lupa Dukungan Vote, Like, Komen, Koin, Poin dan Rate bintangku yaa Reader Tersayang.
Biar aku semangat nulis lagu disela - sela waktu jadwal kuliahku yang padat. Terima kasih Reader tersayang 😘😘🥰🥰💕💐
-
-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Diii
ikutan ga bisa nafas nih
2022-06-29
0
Ibra Kekey
ikutan tegang nih yg bawah🤦♀️🤦♀️
2022-06-10
0
Aruna arfiana
masih misteri ceritanya nih
2022-04-30
0