Aku Percaya Kau Nyata

"Ini aneh, tubuhnya mengalami penyembuhan diri dengan cepat. Sel sel tubuhnya meregenerasi dan kekebalan tubuhnya meningkat. Ini keajaiban" kata seseorang Dokter.

"Dia bisa selamat di bukit yang curam" ujar Dokter yang lainnya.

Atas permintaan keluarga, Luigi di terbangkan ke rumah sakit Cambrige di London. Hanya 15 menit dari Delphi menuju Athens International Airport. Selama hampir lima jam perjalanan dari Yunani ke London, Luigi tidak sadarkan diri.

Disambut keharuan oleh Loraine Santana dan Foster Carlland, kedua orangtua Luigi serta kedua Kakak laki lakinya, Scott Santana Foster anak pertama dan Callister Santana Foster anak kedua. Isak tangis Loraine, memenuhi ruangan perawatan saat itu. Hampir sepuluh jam sejak tiba dari Yunani, Luigi belum menunjukkan tingkat kesadarannya.

"Kata Dokter, Putriku selalu memanggil nama Steiner. Ini aneh sekali. Daddy, menghubungi temannya yang masih di Yunani. Lui tidak memiliki teman bernama Steiner" ujar Foster, Ayah Luigi yang meninggalkan pekerjaannya di Manchester dan datang ke Chambrige, kota dimana Luigi menuntut ilmu.

"Aku sudah memeriksa seluruh sosial media Lui, dan tidak ada satupun temannya yang bernama Steiner. Apa teman barunya di Yunani? Mengapa Lui selalu memanggil nama Steiner. Dan mengapa Lui tidak bangun juga!" kata Callister, kakak kedua Luigi, ia kesal dan mengacak rambutnya.

"Mungkin masih berada dibawah pengaruh obat. Bila dalam dua jam Luigi tidak bangun, kami akan datang kembali. Dan kalau Luigi bangun, cepat beritahu kami" kata salah satu Dokter yang memeriksa Luigi. Kedua Dokter yang menangani Luigipun akhirnya pergi.

"Hahhmm... Putriku bangunlah. Mengapa ini bisa terjadi? Mommy telah melarangmu pergi karena Mommy punya firasat buruk" Lorainne membelai rambut Luigi, sesekali ia menciumnya. Hingga pintu kembali diketuk dan seseorang wanita dengan seragam perawat, memasuki ruangan membawa beberapa kantong plastik seperti plastik laundry.

"Ini barang barang Putri anda yang dititipkan petugas Damkar di Resepsionis rumah sakit" ujar perawat itu. Scott, kakak pertama Luigi menerimanya karena ia berada paling dekat dengan pintu. Scott menerimanya dan mengucapkan terima kasih sebelum perawat itu pergi. Lorainne bangkit berdiri dan menghampiri kedua anak laki lakinya dan suaminya berada. Merekapun memeriksanya.

"Sepertinya tidak ada yang hilang" ujar Scott mengeluarkan isi kantong itu.

"Tas, sepatu dan baju Luigi-- Apa ini?" Foster meraih satu plastik bening yang berada di dalam kantong itu. Lorraine menyambarnya kemudian.

"Ini kalung? Kalung siapa ini?" tanya Lorraine mengerutkan alisnya.

"Aku dan petugas yang tergabung dalam misi penyelamatan Luigi, saat menemukannya, tangan Luigi menggenggam kalung itu, tubuh Luigi ditemukan di bibir sungai dan setengah tubuhnya, kaki dan tangannya masuk ke dalam sungai. Dan itu bukan sungai yang dangkal itu sungai yang dalam, Mom" jawab Callister, kakak kedua Luigi.

Saat Luigi dinyatakan mengalami kecelakaan dan hilang di lembah Parnassus, Callister adalah perwakilan dari keluarga Foster yang terbang dari St Albans-- kota asal keluarga Luigi sebelum Ayahnya bertugas di Manchester --menuju kota Delphi, Yunani.

Lorainne, bangkit berdiri menuju jendela kamar perawatan dan membuka tirainya. Pagi di Cambrige-- sebuah kota dimana Luigi menuntut ilmu dan akan menyelesaikan gelar sarjana jurusan Arkheologi --cuacanya sangat terik di musim panas. Matahari seperti satu jengkal diatas kepala, istilah orang orang Britania Raya. Lorainne mengangkat liontin batu ruby berbentuk hati itu sejajar dengan dahinya, ia meneropong dibawah cahaya matahari dengan matanya untuk melihat keaslian dari liontin itu dan bentuk pahatan batu ruby itu. Mata Lorainne menyipit dan memperhatikannya dengan seksama.

"Diamond's Cut! Rubi ini benar benar berbentuk Heart (hati). Aku pikir hanya emas pengikatnya yang berbentuk hati! Batu rubi ini di potong dan dipahat dengan gaya seperti memotong berlian! Dan gaya potongan berlian dengan kualitas excellent. Rubi ini dipotong dengan Arrows Style, Anak panahnya sangat rapat. Dan batu berlian yang mengelilingi juga berkualitas Excellent! Batu rubi dan berliannya ini, Excellent Cut" Lorraine berdecak kagum.

Sebagai wanita pecinta berlian, pengetahuan Lorainne tidak diragukan lagi. Ia bisa melihat berlian itu asli atau tidak hanya dengan meliriknya saja. Lorainne akan merogoh koceknya dalam dalam demi berlian yang ia sukai. Berlian bagi Lorainne, seperti melihat cinta pada pandangan pertama, jika sudah suka dengan berbagai cara Lorainne harus memilikinya.

[ *Diamond's Cut dikenal dengan istilah asahan atau potongan berlian.

*Arrows adalah tipe pemotongan berlian berkualitas tinggi dengan tingkatan Excellent ]

Dan memang benar, berlian yang terbaik dari semua potongan berlian adalah Excellent Cut. Berlian jenis ini dipotong dengan proporsi sempurna dan tepat. Pantulan cahayanya maksimal. Berlian ini bisa menunjukkan sisi kecantikan berlian itu sendiri dengan baik. Berlian dengan potongan inilah yang dihargai mahal dan kerap dijual dalam bentuk loose atau butiran. Keindahan Excellent Cut membuat banyak orang mengkoleksinya.

"Yes Mom! Kaulah ahlinya" kata Scott menggelengkan kepalanya. Foster pura pura tidak mendengar bila Lorainne berkicau tentang berlian. Karena bila ditanggapi, selain menguras isi dompetnya, Lorainne akan berkicau sepanjang hari.

"Ini sangat mahal! Bagaimana Luigi mendapatkannya!" tanpa Lorraine sadari batu rubi itu membiaskan warna kemerahan dan mengenai mata Luigi yang terpejam. Bias sinarnya mengganggu tidurnya hampir selama 10 jam pasca ditemukan.

"Stee..ee..ii..nnerr" sebuah nama yang keluar dari mulut Luigi membuat semua menoleh kearahnya semua keluarga berhamburan ke ranjang Luigi. Callister dengan cepat menekan tombol bantuan yang menghubungkan ke ruang Dokter. Semua bertubi tubi menciumi Luigi. Namun mata Luigi yang terbuka sepenuhnya hanya melihat ke satu titik, yaitu kalung rubi yang berada ditangan Ibunya.

Luigi perlahan mengangkat satu tangannya kearah tangan Lorraine, suaranya begitu lirih, "Mo..oom.. Ka..kalung..ku"

"Lui? Sweetheart, ini kalungmu?" Luigi mengangguk lemah dan Lorainne memberikan kalung ke dalam telapak tangan Luigi kemudian ia menangkupkan telapak tangan Luigi lalu menggenggamnya erat dan menciuminya dengan penuh keharuan.

Dua dokter berdatangan dan segera memeriksa Luigi, semua keluarga menunggunya diluar ruangan. Setelah melewati 30 menit, dua Dokter itu keluar dari ruangan dan semua keluarganya berhamburan memasuki kamar dan kembali mengepung Luigi.

"Bagaimana rasanya?" tanya Scott yang tak sabaran berbincang dengan adik bungsu kesayangannya.

"Ehm, seperti.. Dibanting.. The Rock di arena gulat" ujar Luigi dengan tersenyum.

Semua tertawa dan merasa sangat lega, mendengar suara Luigi serta melihat senyuman itu.

"Aku pikir aku akan kehilanganmu, kau membuatku meninggalkan kencanku, cihh" sahut Callister dengan mengacak rambut Luigi.

"Dimana Steiner?" masih dengan suara yang begitu lengah Luigi, mengedarkan pandangannya. Semua saling menatap dengan penuh tanya.

"Sweetheart, siapa Steiner?" tanya Lorainne sambil membelai rambut Luigi.

"Kekasihku-- Dia yang menolongku" ujar Luigi lirih sambil menggenggam liontin yang telah melingkar di lehernya. Dua Dokter telah membantu Luigi mengenakan kalung pemberian Steiner.

"Menolong bagaimana? Tidak ada yang menolongmu Lui. Kau terbaring di pinggir sungai dibawah pohon" kata Callister kembali saling berpandangan.

"No, dia mengobati lukaku"

"Tim medis yang mengobati lukamu, Lui" tukas Callister dengan cepat.

"Tidak Cal.. Tidak.. Aku.. Aku.. Dia membawaku ke sebuah pondok kayu di tepian sungai dan tidak jauh dari pohon itu" kata Luigi berusaha bangun dan Foster juga Lorraine membantunya untuk duduk dan bersandar pada headboard ranjang pasien.

"Lui, tidak ada apapun disana Lui. Tidak ada di Pondok Kayu disana. Bila kau di Pondok Kayu, lalu mengapa aku bersama tim penyelamat, menemukanmu di bawah pohon! Tidak mungkin Steiner Steinermu itu membawamu kembali kesana dan membaringkanmu di tepian sungai lagi kan?! Apa kau sudah kehilangan akal sehatmu, Lui?!" Nada suara Callister semakin meninggi dan itu membuat Luigi menegang.

Foster melihat reaksi Luigi, kemudian ia memperingatkan putra keduanya itu, "Hei Cal, pelankan suaramu, Boy! Jangan membuatnya bingung. Lui masih berada dalam pengaruh obat"

"No Daddy, aku disana bertemu Steiner-- Kami melakukan banyak hal dan kami berfoto disana-- Dimana ponselku" kata Luigi dengan kebingungan. Lorainne beranjak dan mencari ponsel Luigi yang berada di tas dimana seorang perawat mengantarnya beberapa saat lalu. Lorainne membawa ponsel Luigi beserta charger lalu Lorainne menghubungkannya ke dalam stop kontak yang menempel di dinding.

"Ponselmu kehabisan daya baterainya, Sweetheart" kata Lorainne meletakkan ponselnya di nakas yang berada di sebelah Luigi.

"Kita tunggu ponselku menyala. Aku melewati malam bersamanya. Aku jalan jalan ke hutan, ke air terjun Neda dan ke sungai Venetikos-- banyak lagi disana, aku lupa" Lui meringis dan memijat kepalanya lalu ia menyandarkan kepalanya.

"Jangan terlalu banyak berpikir, Sweetheart" kata Lorainne sambil menciumi jemari Luigi.

"Sepertinya kau berhalusinasi" celetuk Callister. Dan Scott menendang kakinya.

"Steiner memberikan kalung ini. Aku mengatakan yang sebenarnya" semua terdiam. Kenyataannya Luigi ditemukan dibawah pohon di tepian sungai, namun kalung itu membuat semuanya tidak bisa berkata apa apa.

"Apa kau tahu nama panjangnya?" pancing Lorainne.

"Steiner--

"Volkgaard!" Lorainne memotong cepat perkataan Luigi. Dan itu membuat mata Luigi berbinar.

"Mom! Kau tahu?" tanya Luigi bersemangat.

"Lui, nama itu ada di kalung yang kau pakai. Lui, mungkin kau menemukan kalung itu sebelum kau jatuh" kata Lorainne membelai rambut Luigi dengan penuh kasih sayang.

"Mom, aku bahkan baru tahu di liontin itu ada namanya-- sanggah Luigi sambil meraih ponselnya yang telah menyala, ia membuka galeri fotonya dan menggeser layar ponselnya perlahan lahan --Aku sebulan disana dan Steiner baru memberikannya tepat dihari.. Terakhir.. Kita.. Ber..pisah-- Dimana foto fotoku" Luigi berdebar seketika, bahkan tidak ada satupun foto dirinya bersama Steiner. Foto terakhirnya hanya dua buah bunga. Passion Flower dan Lotus Karang. Luigi kecewa bercampur bingung.

"Lui, rombonganmu masih di Yunani. Kau menghilang selama 7 jam, Lui! Hanya 7 jam! karena itulah aku segera terbang ke Yunani mencarimu! Astaga Lui apa yang ada dikepalamu!" Scott kembali menendang kaki Callister karena perkataannya membuat Luigi tersentak.

"Aku hanya menghilang selama 7 jam?" tanya Luigi dengan mata berkaca kaca.

"Iya Lui. Kau menghilang selama 7 jam. Dan kau terus memanggil nama Steiner sebelum kau tertidur selama 10 jam" Callister melembut namun Luigi sangat terguncang. Ia pun menangis dan memanggil nama Steiner dalam hatinya.

Steiner.. Apa aku sudah gila? Atau memang tidak ada yang bernama Steiner.. Mengapa kau memberikan kalung ini.. Mengapa kau berjanji padaku.. Tidak.. Aku percaya kau nyata dan aku yakin kau sedang menungguku dan merindukanku..

-

-

-

Terpopuler

Comments

lee ailee

lee ailee

makin seru aja....suka sana alur ceritanya berbau misteri

2022-08-10

0

Ibelmizzel

Ibelmizzel

ha...misteri apa itu.😇

2022-05-30

0

Tris

Tris

Steinerr vampirkah..........

2022-05-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!