Sangat Gila

Steiner menghempaskan tubuh dan tangan Luigi ke dalam lift lalu menekan tombol nomor 17, lantai yang menjadi tujuan Steiner. Dengan tatapan bengis dan nafasnya yang berkejaran, Steiner merentangkan kedua tangannya di sudut lift, dimana Luigi berdiri dengan wajah memucat.

Steiner mengungkungnya, namun Luigi justru menggigit bibirnya, menahan dirinya dari pesona Steiner yang di rindukannya. Pintu lift pun tertutup. Kebekuan mencair. Pertunjukkan telah berakhir dan semua kembali beraktifitas.

...*...

Luigi masih bersikap santai, jantungnya berdegup kencang namun bukan karena melihat kemarahan di wajah Steiner, namun karena melihat wajah lekat lekat. Wajah yang selalu dilihatnya di Lembah Parnassus, wajah yang selalu disentuhnya dan kini di rindukannya, yang telah menghiasi hatinya, bahkan pikirannya selalu tertuju pada Steiner.

Namun sikap Steiner membuat Luigi mengerti bahwa ia bersalah dengan sikapnya. Luigi berpikir, tidak seharusnya ia mencium Steiner untuk meluapkan kerinduannya di kantor. Menilik Steiner baru diangkat menjadi pewaris dan penerus KV, tidak seharusnya Luigi melakukan tindakan bodoh yang membuat Steiner malu.

"Stein maafkan aku-- tidak seharusnya, aku melakukan tindakan bodoh itu" ujar Luigi dengan lembut di sudut lift yang kini perlahan naik menuju lantai 17.

Entah mengapa tangan Steiner masih merentang untuk mengungkungnya, sebuah tindakan yang membenarkan bahwa mereka saling mengenal dengan dekat dan akrab, dan sikap itu membuat Luigi merasa tidak asing, tatapan mata Steiner begitu menikam hatinya. Lagi lagi Luigi terpesona.

"Cepat sekali kau menyadari kesalahanmu!" seru Steiner semakin memanas melihat ketenangan Luigi.

"Aku.. Aku tidak tahu.. Semua berjalan mengalir begitu saja, seperti sungai jernih yang mengalir diantara tebing di Lembah Parnassus" tutur Luigi membuat Steiner mengernyitkan alisnya dan mendengus kesal.

Luigi berniat mengingatkan kenangannya bersama Steiner, namun melihat reaksi Steiner biasa saja, bahkan cenderung semakin menunjukan rasa muak membuat Luigi mulai gelisah.

"Bukan saatnya membaca puisi! Kau pikir aku akan memaafkanmu dengan mudah?! Huhh! Lembah Parnassus! Aku bahkan tidak tahu itu dimana!" seru Steiner terdengar memekakan telinganya, kini Luigi mengerutkan alisnya, wajahnya kian pias dan semakin tidak mengerti.

"Apa kau tidak merindukanku?" kata Luigi dengan lembut dan membuat Steiner tertawa namun hatinya merasa sangat kesal.

"Hahaha-- aku bahkan tidak mengenalmu!-- Dengarkan aku baik baik Nona-- Steiner menyambar ID card Luigi yang menggantung pada tali dan mengalung dileher Luigi --Luigi Santana Foster! Aku tidak mengenalmu! Dan aku sama sekali tidak merindukanmu!" seru Steiner di wajah Luigi hingga Luigi memejamkan matanya dengan ketat dan setelah Steiner berhenti berbicara Luigi membuka matanya.

Shitt.. Gadis ini mengapa memiliki mata yang indah? Menyebalkan. Batin Steiner kembali mengungkung Luigi dengan merentangkan tangannya di dinding lift.

"Steiner jangan berpura pura! Baiklah, aku minta maaf, aku tidak seharusnya menciummu-- Kau mengatakan sebelumnya bahwa kau akan diangkat menjadi penerus Kingdom Volkgaard! Seharusnya aku menahan diriku. Aku mengerti kesibukanmu, saat kau menghilang dan tidak memberi kabar, aku sangat mengerti. Tapi Steiner, aku sangat merindukanmu" tutur Luigi sambil membelai pipi Steiner, merayapinya hingga leher dan mendarat manis di dada Steiner.

Steiner menangkap kasar tangan Luigi, dengan mendengus kesal, dan berseru lantang di wajah Luigi dengan mencengkeram tangan Luigi, "Baru kali ini aku bertemu perempuan gila sepertimu! Beraninya kau menyentuhku bahkan menciumku di kantorku! Di depan umum! Dan sekarang kau beraninya menyentuhku! Gadis macam apa kau ini?! Apa kau tidak tahu siapa diriku, hahhh?!"

Steiner menghempaskan kasar tangan Luigi dan menggebrak dinding lift hingga Luigi terperanjat seiring matanya terpejam erat dan pundaknya naik keatas secara bersamaan seakan ingin menyembunyikan kepalanya. Setelah meluapkan kemarahannya yang memuncak karena melihat sikap Luigi yang dianggapnya aneh, Steiner berusaha menenangkan dirinya, kemudian Luigi membuka matanya.

Mata yang dilapisi kilauan buliran bening dan mengembang di pelupuk matanya, mata Luigi berkaca kaca, Steiner tidak tega melihatnya.

"Tentu saja kau.. Kau kekasihku" ujar Luigi lirih, dengan matanya terlihat semburat lembut kemerahan.

"Kau gila!!-- TIINNGGG -- suara pintu lift terbuka di lantai sembilan dan menghentikan perkataan Steiner yang mengurai kungkungannya lalu berdiri di samping Luigi.

Dua orang masuk dengan melemparkan senyumannya, lalu mereka menekan tombol angka 18, lantai tujuan mereka dimana ruangan kerja Luigi pun berada disana. Satu orang laki laki setengah baya dan satu orang laki laki muda yang umurnya tidak jauh berbeda dengan Luigi.

"Selamat pagi, Lui-- Selamat pagi Steiner!" sapa laki laki setengah baya itu, dengan senyum merekah.

"Selamat pagi Mister Anderson" jawab Steiner dengan senyum canggung, senyuman yang dipaksakan bagi orang orang yang memuncak emosinya dan harus buru buru meredamnya.

"Selamat pagi Professor Anderson" jawab Luigi merasa tenang.

"Hai Lui, selamat pagi-- Selamat pagi, Mister Steiner" ujar satu laki laki muda yang bersama Professor Anderson.

"Hmmm" jawab Steiner kearah laki laki muda yang berbinar menatap Luigi.

"Hai Jack, selamat pagi" sapa Luigi dengan tersenyum dan Steiner menoleh kearah Luigi dengan tatapan tajam, Luigi menoleh sesaat lalu buru buru memalingkan wajahnya menatap lurus ke depan, sejurus pandangannya adalah Professor Anderson.

Professor Anderson adalah lulusan ahli kimia di bidang kecantikan. Ia membawahi semua Laboratorium semua produk kecantikan di KV. Selain itu Professor Anderson juga bergelar Dokter kulit dan kecantikan dari Universitas kenamaan di Amerika Serikat.

Sebelum produk kecantikan, meluncur ke bagian Produksi yaitu di Pabrik KV, semua produk ditangani oleh Professor Anderson terlebih dahulu, yang telah melalui masa penelitian, uji coba secara klinis dan observasi ke pengguna, yang telah di pilih random (acak).

"Lui, aku menerima semua sampel parfummu, Ada lima sampel yang kau buat. Setelah aku menanda tangani persetujuanku secara tertulis, aku akan mengembalikan padamu dan kau bisa mengajukan pada Steiner di lantai 17, setelah mendapat persetujuan darinya, kau bisa memberikannya kepada bagian Produksi" kata Professor Anderson sambil memasukan kedua tangan ke saku celananya.

"Baiklah Prof. Tapi apakah harus ke-- Luigi melihat kearah Steiner yang berdiri disampingnya, dengan gugup --Steiner Volkgaard?" setelah Steiner menatap tajam membalas tatapan matanya, Luigi lagi lagi memalingkan wajahnya dan kembali mengarahkan pandangannya kepada Professor Anderson.

"Steiner membawahi langsung Divisi Baru ini. Divisi Parfum. Dulu, Steiner bekerja sebagai Marketing dan sering berdiskusi denganku-- dan Steiner, kau sangat brilian memilih Luigi. Dia sangat berbakat dan juga cerdas" ujar Professor Anderson, sambil melemparkan pandangannya ke dua arah-- Steiner dan Luigi --dengan manggut manggut dan tersenyum ramah.

"Marketing?" mata Luigi membulat tak percaya bahwa seorang Steiner Volkgaard pernah bekerja menjadi Marketing di perusahaannya sendiri, KV.

"Bukankah kau mengaku sebagai-- Steiner membisikkan sebuah kata --Kekasih? --Lalu ia berkata dengan keras-- kau mengaku penggemar fanatikku. Seharusnya kau tahu itu" kata Steiner membuat wajah Luigi memerah, rasanya ia tertampar oleh pandangan mata Professor Anderson dan juga Jack.

"Iya, dia dulu Marketing yang handal dan di angkat oleh Javier, Ayahnya untuk memegang kendali Divisi Marketing, sampai ia menembus pasar internasional dan menguasai Asia" kata Professor Anderson membuat Luigi berdecak dan menggelengkan kepalanya.

"Hebat" gumam Luigi.

"Dan kau juga tidak kalah hebat Luigi. Aku memeriksa resume data dari Steiner bahwa kau pemilik Lui'scent-- Steiner tepat memilihmu karena jika KV tidak memilihmu, maka Steiner akan mati matian melawan Lui'scent nantinya" kata Professor Anderson, membuat Steiner semakin penasaran.

Sebelumnya Steiner mempunyai niat untuk memecat Luigi karena tindakan bodohnya, namun perkataan Professor Anderson membuat Steiner gelisah dan cenderung mengurungkan niatnya.

"Selain cantik dan mempesona, Lui sangat bertalenta, wawasannya sangat luas. Aku tidak perlu memberitahu apa yang harus dia lakukan dia tidak perlu beradaptasi, karena Lui memang sudah terbiasa dengan semua peralatan canggih kita" imbuh Jack membuat Steiner mengerutkan alisnya, ia memberi tanda tidak menyukai komentar Jack.

"Tidak.. Tidak.. Kalian terlalu memujiku, aku tidak seperti itu. Aku masih butuh arahan dari Professor Anderson dan Jack sebagai seniorku" tutur Luigi memberi penegasan bahwa Jack adalah seniornya yang telah bekerja beberapa tahun dan menjadi karyawan tetap di KV.

"Kau melebihiku, junior Lui" balas Jack dengan tersenyum ramah.

"Aku akan mengakuinya setelah aku melihat hasil kinerjanya!" sahut Steiner dengan tegas, membuat semua seakan menegang. Nada Steiner beraura dingin dan memendam kekesalannya.

TIIINNNGG. Dan pintu lift di lantai 17 terbuka, lantai dimana Steiner dan para jajaran petinggi perusahaan menempati lantai itu untuk bekerja, namun Steiner tidak kunjung keluar hingga akhirnya pintu menutup kembali dengan sendirinya. Semua bingung dan bertanya tanya mengapa Steiner tidak keluar dari lift sampai lift kembali berbunyi nyaring di lantai 18 dan mereka semua keluar dari lift itu.

"Steiner, berbaik hatilah pada Lui karena bila talentanya di temukan Rival bisnismu, maka Divisi Parfum akan kehilangan orang terbaik dan KV akan sulit merangkak naik menembus pasaran" bisik Professor Anderson saat mereka keluar dari lift. Professor Anderson menepuk bahu Steiner dan berlalu bersama Jack serta Lui. Namun Steiner menarik tangan Lui.

"Aku belum selesai berurusan denganmu Nona Luigi Santana Foster!" Anderson dan Jack hanya menoleh dan Luigi menghentikan langkahnya.

"Stein, kau bahkan sangat hafal dengan nama lengkapku" kata Luigi setelah melihat Anderson dan Jack menghilang di tikungan lorong yang mengapit ruangan demi ruangan para karyawan. Steiner meradang seketika mendengarnya.

"Karena-- Karena aku ikut mewawancaraimu, melalui kamera yang dipasang disana! Lalu bagaimana kau tahu aroma kesukaanku, citrus dan berry? Kau pasti perempuan gila yang mencari tahu aku di sosial media. Kau Psikopat, kau Stalker! Kau pengkhayal sampai kau mengaku aku sebagai kekasihmu! Kau gila!" kata Steiner dengan menurunkan nada suaranya namun penuh penekanan.

[ Stalker orang yang secara ilegal mengikuti, meneliti dan mengamati seseorang, secara detail dalam jangka waktu tertentu di sosial media. Padahal dalam arti sebenarnya Stalker memiliki konotasi lebih buruk dan tidak hanya berkecimpung di media sosial saja melainkan di dunia nyata ]

"Steiner, aku tahu apapun tentang dirimu karena kau sendiri yang mengatakannya kepadaku! Ada apa denganmu? Mengapa kau bersikap seperti ini padaku? Mengapa kau berubah menjadi orang asing? Steiner, aku merindukanmu dan seperti itulah yang kau katakan kepadaku. Apa karena jabatan ini kau berubah?" tanya Luigi menyeka sudut matanya, karena perkataan Steiner begitu menyakitkan hingga ia tidak bisa membendung airmatanya lagi.

"Ada apa denganku?! Kau gila! Aku bahkan tidak mengenalmu! Menjauhlah dariku dan jangan mendekatiku! Karena yang kau lakukan padaku bisa berdampak buruk bagiku! Aku penerus KV! Banyak wanita gila yang mengejarku tapi yang kau lakukan padaku hari ini, SANGAT GILA! Aku tahu kau hanya penggemar berat dan aku memandangmu sebagai itu! Menjauhlah sejauh mungkin karena kau tidak pantas untukku! Karena jika kau mendekatiku-- tidak perduli kau siapa dan apa talentamu, aku tidak segan segan menendangmu dari Kingdom Volkgaard!"

Luigi merapatkan rahangnya, mengepalkan tangannya dan menahan sesak di dadanya. Perkataan Steiner membuat Luigi terluka, Luigi menajamkan tatapannya pada Steiner dan justru berhasil membuat Steiner gusar. Ia tidak tega melihat wajah Luigi memerah dan mata bulat itu telah berkaca kaca kembali.

"Lalu lepaskan tanganmu! Mengapa kau memeganginya sementara kau memintaku untuk menjauhimu dan mendekatimu!" Luigi pun menepis tangan Steiner dan itu mengejutkan Steiner. Gadis asing yang menjadi karyawan baru di KV itu, dengan berani melawannya.

"Terima kasih juga telah mengantarku ke lantai 18" ujar Luigi membalikkan tubuhnya dan menoleh sesaat.

"Aku tidak mengantarmu!" sanggah Steiner dengan cepat.

"Bukankah kau seharusnya turun di lantai 17?-- Luigi kembali membalikan tubuhnya menghadap kearah Steiner yang berada dua langkah di depannya--Jadi siapa yang di sebut Stalker? Kau sendiri menarik tanganku ke lift, kau berada di dekatku, kau sampai turun di lantai 18 dan kau mengatakan jangan menyentuhku, menjauhlah dariku dan jangan mendekatiku? Kau benar benar membuatku bingung, Mister Steiner!" kata Luigi seraya menyeka sudut matanya.

"Itu-- Itu aku-- Aku.. Aku-- Terserah aku! Ini Gedung milikku dan terserah aku mau kemanapun! Pokoknya kau tidak boleh mengulangi sikap burukmu!" dan melihat sikap Luigi, Steiner kehilangan kata katanya dan menjawab dengan gugup. Kemudian Steiner kembali berjalan kearah lift dengan menyembunyikan wajah memerahnya.

Bodohh! Mengapa aku begitu bodoh! Shitt.. Untuk apa aku ke lantai 18! Shitt.. Aku juga bingung, mengapa aku justru menarik tangannya dan mengatakan jangan sentuh aku.. Shitt.. Sepertinya aku sudah gila..

"Mister Steiner-- Luigi memanggilnya dan Steiner menghentikan langkahnya lalu menoleh kearah Luigi --jika kau tidak mengenalku, mengapa kau mengeluarkan lidahmu saat aku menciummu? Mengapa kau sangat menikmatinya? Aku harap kau melupakannya Mister Steiner. Karena aku juga akan melupakannya sampai aku menjadi wanita yang tepat berada disisimu, seperti yang pernah kau katakan kepadaku. Aku akan bertahan pada Cintaku dan pada Janjimu" Luigi pun melangkah dan berlalu menuju ruangan kerjanya.

"Hei Aku tidak menikmatinya ! Gadis gila!" Luigi diam dan terus melangkah menjauh.

"Ciumanmu sangat buruk!" Luigi tak bereaksi dan terus melangkah.

"Aku pasti akan melupakannya! Ak--Aku bahkan telah lupa! Sekarang aku lupa!" Luigi terus menjauh tanpa menoleh, ia hilang di tikungan lorong ruangan kerja pada karyawan, meninggalkan Steiner yang masih berada di ambang pintu lift. Steiner kesal di buatnya.

"Shitt! Gadis itu menyebalkan sekali!" dengus Steiner dengan mengacak rambutnya dan memasuki lift. Ia memukul dinding lift kemudian. Namun sesaat ia meraba bibirnya dan wajah Luigi melintas begitu.

Shitt! Apa yang aku lakukan?

-

-

-

Semakin menggemaskan si Rudal.. 🤣Sementara si Jagung yg ga gosong.. juga sedang menanjak loh alurnya.. iyuuhh.. belum aku UP in karena masih aku revisi di sela sela ngerokin bojo yg macuk nen*enn..eehh macuk naninn 🤣 #masukAngin

Mohon berkopi disini juga yah Bosqyu.. Met Ngevote MYTT DAN FLOTT ya Bosqyu.. MAKASIH, karena kalian aku jadi semangat tanpa perduli LOMBA LOMBA, battle tim A Tim B, embuhlahh cilit mleding 🤣 Yang pentillll ehh penting aku nulis menyajikan cerita kalian yang ngopiin aku ampe kembung *ini malak barter istilahnya sama kaya pepatah "Papa pulang Mama basaah" .. Ehh #Pepatah ngaco 🤣🤣

-

-

-

Terpopuler

Comments

Aruna arfiana

Aruna arfiana

hemmm

2022-05-01

0

Kar Genjreng

Kar Genjreng

mengapa tidak sadar to thor ... padahal Steven sing bikin janji to.... mulut bi perasaan ne ga imbang yo thor ga sesuai.... 🤣🤣🤣🤣🤣🤣pokoke melu..

2022-02-20

0

Yuna Meyshin II

Yuna Meyshin II

Mesti ngakak deech kata² author di akir cerita😅😍love deechh💪🏻💪🏻

2022-01-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!