Kau Bukan Milikku
Dor!
"Aaaa!" Aisyah terpekik kaget karena dengan sengaja semua teman yang dikenalnya sengaja meletuskan balon. Dan kepingan-kepingan warna-warni bertaburan di atasnya yang mengenai seluruh tubuhnya.
"Happy birthday!!" Ucap para sahabat bersamaan. Memang acara hari ini telah mereka rencanakan dari jauh-jauh hari.
Aisyah meneteskan air matanya haru. Ia juga menutup mulutnya, dengan cepat ia menghambur ke pelukan keempat sahabatnya.
"Terimakasih, kalian benar-benar tidak melupakan hari ulang tahunku." Ujarnya sembari mengusap lelehan di pipinya.
Tap tap tap. Langkah jenjang seseorang tengah berjalan menghampiri kelima wanita yang sedang bersuka ria tersebut.
Para sahabat yang tadi bersama Aisyah kini pergi menjauh dari Aisyah setelah menyadari kehadiran lelaki berparas tampan nan tegap.
Aisyah terheran melihat tingkah semuanya, ia membalikan badannya dan alangkah terkejutnya melihat sosok yang tengah tersenyum manis padanya.
Air matanya kembali menetes dan menutup mulutnya. Dengan berlinang air mata ia menghampiri lelaki pujaannya. Ia semakin terkejut karena secara bersamaan kedua orang tuanya dan kedua orang tua lelaki di hadapannya juga tengah tersenyum menatap keduanya.
Tanpa menunggu lama Yoga menyentuhkan lututnya ke lantai dan menyodorkan sebuah kotak dan membukanya. Aisyah begitu senang melihat isi dari kotak tersebut.
Yah, sebuah cincin dengan beberapa berlian yang menghiasi di sisi atas benda tersebut.
Yoga menarik nafasnya panjang, ia juga sebenarnya merasa sangat gugup saat ini.
"Aish, aku bukanlah seorang pria yang pandai merangkai kata-kata yang indah. Aku juga menyadari bahwa aku bukanlah lelaki yang sempurna. Namun dengan hati yang kumiliki, kau telah mencurinya dari beberapa tahun yang lalu.
Dan hari ini, izinkan aku dengan segala cinta yang kumiliki untuk menjagamu dengan seluruh hidupku. Menjadi sandaran dikala kau susah dan senang. Menjadi pendamping hidupmu hingga usia senja.
So, will you marry me?" Ungkap Yoga dengan penuh harap.
Aisyah memejamkan matanya seraya mengambil nafas dalam-dalam. Dengan mantap ia berucap. "Yes, i will." Jawabnya dengan mata yang telah berkaca-kaca.
Lengkungan senyum indah tercipta pada wajah Yoga . Dengan haru ia memasangkan cincin di jari manis Aisyah. Jujur sebenarnya ia sangat ingin memeluknya, namun ia tersadar bahwa hubungan mereka masih belum halal.
Selama ini mereka juga hanya berkomitmen dan jarang sekali melakukan kontak fisik. Dengan cinta yang mereka milikilah hubungan mereka bertahan hingga tiga tahun.
Dan hari ini, dengan segenap hati Yoga ia memberanikan diri untuk melamar Aisyah di hari ultahnya. Ia juga telah merundingkan ini semua dengan kedua orangtuanya.
Orang tuanya tentu saja sangat setuju. Mereka juga sangat menyukai gadis sholeha nan cantik seperti Aisyah. Mereka juga melihat Yoga yang juga telah memiliki pekerjaan yang layak untuk menafkahi keluarganya. Hingga mereka menyetujui segala rencana yang telah disusun matang oleh putranya.
Kedua orang tua Asiyah juga ikut serta dalam kebahagiaan yang tengah dirasakan putrinya. Terutama Melati, sebagai seorang Ibu tentu saja ia yang paling merasa paling terharu. Apalagi selama ini ia tahu bagaimana kehidupannya bersama putrinya.
Suka duka telah mereka lalui dengan ikhlas. Namun dengan melihat pancaran wajah Aisyah yang berseri-seri hari ini membuat hatinya begitu sejuk. Air matanya pun tak dapat lagi ia bendung.
Sentuhan lembut di bahunya, sudah ia kenal siapa pemiliknya. Yah, dia adalah Fahmi. Suaminya yang dengan kesabaran yang luar biasa. Meski memang sempat ia melakukan hal yang membuatnya sakit, namun ia percaya di balik itu semua terselip hikmah. Dan yang namanya manusia, tidak pernah luput dari kesalahan.
Kebahagiaan benar-benar melanda gadis dua puluh empat tahun itu. Diberi kejutan dari sahabat yang tak pernah meninggalkannya selama ini, dilamar oleh lelaki yang sangat dicintainya, dan kehadiran kedua orang tuanya yang sangat ia cintai.
Kedua calon mertuanya memberinya pelukan hangat. Dengan senang hati ia membalas dengan pelukan yang erat. Disusul oleh kedua orang tuanya.
Mereka menikmati suasana indah dan penuh bahagia pada malam hari itu.
***
"Aish ayo bangun...," Ucap Farah dengan mengguncang tubuh adiknya yang masih terbuai dalam mimpinya itu.
"Eh iya Kak, loh Kakak ada di sini?" Tanya Aisyah, ia langsung duduk bersandar pada dinding ranjangnya.
"Memangnya Kakak tidak boleh ya datang ke sini?" Farah membalikan pertanyaannya pada adiknya, dan pura-pura memasang wajah kesal.
"Eh, tentu saja tidak Kak. Justru aku sangat senang karena Kakak kemari. Kau kan tahu Kak, semenjak kau menikah jarang sekali kau datang ke sini." Tutur Aisyah dengan memeluk Kakaknya sayang dan berusaha menenangkannya.
Farah langsung tersenyum dan membalas pelukan adiknya. "Oh ya, kemarin kau ulang tahun. Maaf bukan Kakak bermaksud untuk melupakannya. Tapi untuk hadiahmu Kakak sudah menyiapkan dari jauh-jauh hari. Lihat..!" Menunjukkan sebuah paper bag yang berisi pakaian rajut buatannya. Memang sudah menjadi hobinya merajut pakaian.
"Wah terimakasih banyak Kak." Ujar Aisyah berbinar, ia tahu bahwa baju yang ada di hadapannya ini adalah hasil tangan dari Kakaknya. Ia memang sangat menyukai barang-barang yang dibuat langsung oleh orang-orang terdekatnya.
Aisyah kembali menghambur ke pelukan Kakaknya. Yang dibalas dengan pelukan yang sama eratnya.
Melati yang tak sengaja melihat kedua putrinya benar-benar merasa haru. Meski mereka tak serahim dan tak sedarah, namun mereka sama sekali tak mempermasalahkannya.
"Assalamu'alaikum.."
"Wa'alaikumsalam.." jawab mereka serempak. Senyum langsung mengambang di bibir Farah. Memang sedari tadi ia belum melihat kehadiran Ibu angkatnya. Tentu saja, Melati sedang bersama suaminya di setiap paginya. Apalagi ini adalah hari libur.
"Kapan kau datang Nak?" Tanya Melati tersenyum menghampiri kedua putrinya.
"Tadi pagi Bun," jawab Farah, ia langsung menghambur ke pelukan Bunda-nya. Rasa rindu yang kian membuncah di setiap harinya tak mampu lagi ia tahan.
"Ya sudah, ayo sekarang kita sarapan. Kebetulan hari ini Bunda juga memasak makanan kesukaanmu." Tutur lembut Melati.
"Kau Bunda terbaik untukku Bun." Ucap Farah semakin mengeratkan pelukannya.
Aisyah yang melihat semuanya hanya memasang wajah cemberut, ia merasa diacuhkan saat ini. "Apakah aku dilupakan saat ini?"
Ucapan Aisyah membuat kedua wanita berbeda generasi itu terkekeh. "Tentu saja tidak sayangku." Ungkap Farah menenangkan Aisyah.
"Tapi setiap kalian bersama terkadang kalian melupakan keberadaan aku." Celoteh Aisyah berpura-pura masih dalam mode merajuk.
"Hei sudahlah sayang. Kalian putri Bunda yang terbaik, Bunda sangat menyayangi kalian." Melati turut menghambur ke pelukan kedua putrinya.
Farah sangat senang hari ini, kehangatan keluarga yang sangat dirindukannya kini kembali ia rasakan. Meski ia mendapatkan kasih sayang yang melimpah dari keluarga suaminya, namun tetap saja rasanya berbeda dengan keluarganya sendiri.
Cukup lama mereka berpelukan, Melati baru teringat akan suaminya. Ia pun meninggalkan kedua putrinya lebih dahulu.
__________
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan like, komen dan vote.
Terimakasih yang sudah mau mampir ;)
Ig; @nick_mlsft
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
khariliska
semangat ki author
2022-10-24
0
Esa Aurelia
semangat kak..
2022-01-14
0
Mel Rezki
like kak👍
2021-10-06
1