Menjelang pernikahan, Fahmi terlebih dahulu menjelaskan semuanya. Tentang ia yang tak bisa menjadi wali di hari pernikahan putrinya sendiri. Awalnya seluruh keluarga Yoga merasa terkejut dan tak percaya. Namun tetap saja, apa yang telah mereka dengar memanglah kenyataan.
Fahmi pun kan menerima jika pernikahan ini dibatalkan. Memang sudah menjadi tanggung jawabnya sebagai orang tua untuk yang terbaik bagi putrinya.
Hal memicu perdebatan di antara keluarga Yoga. Di kekediaman orang tua Yoga suasana begitu panas meski semilir angin menerpa. AC yang terpasang pun tak dapat menyejukkan hati si wanita paruh baya di rumah itu.
"Pokoknya Mama tidak menyetujui pernikahan ini!, Kalian dengar sendiri kan bahkan orang tuanya saja melakukan hubungan terlarang sebelum menikah." Pungkas Dewi berapi-api. Ialah yang paling menentang pernikahan ini.
"Tapi yang namanya manusia tidak ada yang sempurna Mah, semua pernah melakukan kesalahan bukan?" Sergah Yoga menanggapi perkataan Ibunya.
"Iya Mah, Papa sendiri mengagumi sosok Tuan Fahmi yang berani mengakui semuanya. Papa melihat begitu besarnya rasa sayang Tuan Fahmi pada putrinya Aisyah. Bahkan bisa kita lihat bagaimana Aisyah selama ini, Ayahnya begitu sukses mendidiknya" Tutur Haris membela putra semata wayangnya.
Dewi tersenyum sinis, "Sukses?, Baiklah coba kita lihat bagaimana orang tua si Fahmi itu. Bukankah mereka juga orang terpandang? Tapi apa putranya melakukan hal senonoh seperti itu. Kemungkinan juga terjadi bukan jika Aisyah mengikuti jejak Ayahnya. Kamu jangan bodoh Yoga!, Bisa saja kau kecewa di malam pertamamu saat mendapati wanita yang kau bangga-banggakan itu telah kehilangan mahkotanya."
Sontak Yoga mengepalkan tangannya dan membulatkan matanya, dadanya bergemuruh karena perkataan Ibunya.
"Ma cukup!, Aku mencintai Aisyah karena aku memang sudah tahu dari awal bagaimana sifat dan sikapnya. Dan selama enam tahun aku mengenalnya bukanlah waktu yang sebentar Mah."
"Oh ya?, Tapi Mama tetap tidak sudi memiliki menantu anak haram seperti Aisyah!" Kekeh Dewi tetap pada pendiriannya.
"Dia bukan anak haram Mah!, Tidak ada anak yang dapat memilih darimana ia dilahirkan."Ucap Haris menimpali. Sebenarnya ia juga sangat geram dengan penuturan istrinya.
"Bukan anak haram bagiamana?, Dia saja telah berada di dalam rahim Ibunya bahkan sebelum kedua orang tuanya menikah!"
"Mah cukup!, Baik saat ini mungkin Mama masih belum bisa menerima Aisyah, tapi akan aku buktikan bahwa semua yang Mama tuduhkan saat ini tidaklah benar. Aku akan tetap menikah dengan Aisyah." Ujar Yoga dengan penuh keyakinan.
Dewi semakin tersulut emosi. "Pokoknya Mama tidak akan pernah menerima Aisyah sebagai menantu Mama. Apa kata orang nanti, jika Mama membawa menantu anak haram. Dimana muka Mama nanti Yoga!"
"Mah pernikahan ini terjadi karena keinginan Yoga. Dan Yoga dan Aisyahlah yang menjalani. Jika kami berdua dapat menjalani semua bahtera rumah tangga kami, lalu untuk apa kita mendengarkan perkataan orang lain Mah?!"
"Iya Dewi, sebenarnya ada apa denganmu saat ini. Bukankah kau sendiri yang sangat sangat mendukung mereka bersama dulu. Lalu sekarang?, Mengapa kau begitu menentang hubungan mereka?" Tanya Haris heran dengan sikap istrinya itu.
"Itu karena Mama yang tertipu dengan pesona Asiyah. Pah, Yoga mengapa kalian masih belum sadar juga bahwa yang Aisyah lakukan selama ini hanyalah untuk menarik perhatian kita. Dan lihatlah sekarang, kebusukannya telah terbongkar."
"Kebusukan?, Tuan Fahmi melakukan ini semu itu karena dia ingin yang terbaik untuk putrinya. Coba Mama bayangkan jika Tuan Fahmi hanya terdiam dan pernikahan ini terjadi. Putra kita dan Aisyah akan terjebak dalam kubungan dosa seumur hidup. Dan sifat yang Aisyah miliki itu semua memanglah berasal dari apa yang telah orang tua mereka didik Mah." Cicit Yoga berusaha meyakinkan istrinya.
"Iya Mah, sebenarnya mana yang lebih penting?, Kebahagiaan Yoga atau gengsi yang dimiliki Mama itu?!" Tanya Yoga yang masih berusaha sabar menghadapi Ibunya.
"Tentu saja kebahagiaanmu Nak, justru karena itu Mama tak ingin kau kecewa dengan menikah dengan Aisyah. Kau bisa mencari wanita lain, masih sangat banyak wanita yang lebih baik dari Aisyah."
"Tapi kebahagiaanku jika bersama Asiyah Mah. Cobalah Mama untuk menerima ini semua dahulu. Tak masalah jika Mama masih meragukan Aisyah. Biarlah waktu yang akan menjawab semua dan membuktikan bahwa Aisyah memanglah gadis yang tepat untukku Mah." Pinta Yoga dengan sangat.
Ego Dewi menjadi sedikit goyah karena melihat putranya yang mengiba. Ia memejamkan matanya sejenak, memikirkan semuanya.
"Baiklah Nak, jika memang kebahagiaanmu ada pada Aisyah, Mama akan menyetujui pernikahan ini." Namun aku masih tetap tidak menerima Aisyah sebagai menantuku.
Senyum terlukis indah di wajah Yoga dan Ayahnya. Mereka menghembuskan nafas lega. Akhirnya perdebatan panjang itu pun usai. Dan keputusan yang telah diambil Dewi membuat mereka tersenyum puas.
"Terimakasih Mah, aku berjanji akan membuat Mama bahagia dengan menjadikan Aisyah menantu Mama." Ucap Yoga dengan memeluk Ibunya. Sedangkan Dewi hanya tersenyum tipis dan membalas malas pelukan putrinya.
***
Mata Yoga tak pernah terlepas dari wajah wanita yang tengah digiring untuk duduk di pelaminan. Wajahnya begitu cantik dan berseri. Sedangkan Aisyah ia hanya bisa menunduk malu, jantungnya berdegup begitu kencang tatkala ia duduk di samping lelaki yang dalam hitungan menit akan menjadi suaminya.
Penghulu yang dapat melihat bahwa semuanya telah bersedia pun memulai akad pernikahan ini.
~•~
Fahmi mengucapkan kata syukur saat semua orang yang menjadi saksi pernikahan putrinya mengatakan 'sah'. Selama ini ia selalu dihantui rasa khawatir akan kehidupan anaknya. Begitu juga dengan istrinya, ia akhirnya bisa bernafas lega.
Satu hal yang sangat ia harapkan, kehidupan putrinya semoga kehidupan putrinya diliputi kebahagiaan dan di setiap langkahnya bernilai ibadah dengan suaminya.
Aisyah mencium punggung tangan suaminya untuk yang pertama kalinya, yang dengan cepat pula Yoga membalasnya dengan mencium dahi sang istri.
Mereka berdua saling berpandangan dan larut dalam perasaan cinta yang begitu mendalam tanpa memikirkan sekitar. Semua orang yang melihat hanya bisa menggelengkan kepalanya, namun mereka juga ikut merasakan kebahagiaan yang tengah dirasakan pasutri itu.
Sedangkan ada seseorang yang dengan sangat terpaksa hadir dan sedari tadi hanya senyuman palsu yang ia tunjukkan. Yah, dia adalah Dewi, ibu mertua Aisyah. Jika bukan karena kebahagiaan putranya, sungguh ia akan melenggang pergi dari tempat itu.
Tibalah saat dimana kedua mempelai meminta restu kepada orang tua mereka. Dengan penuh haru, Fahmi berserta istri memeluk dan mencium anaknya. Setelah ini, ada yang lebih berhak dari putrinya dan menggantikan mereka untuk bertanggung jawab atas putrinya.
"Nak jagalah putri Ayah ya, Ayah sangat menyayanginya. Dan jikalau nanti kau tak mampu atau menjaga putriku kembalikan dia padaku Nak." Ucap Fahmi pada menantinya.
______________
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan like, komen dan vote.
Terimakasih yang sudah mau mampir ;)
Ig; @nick_mlsft
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments