Jika biasanya setelah shalat tahajud Aisyah akan membaca Al-Qur'an namun tidak dengan pagi ini. Belum juga subuh, ia sudah mulai merapikan rumah mertuanya itu. Namun dengan sangat ia berusaha agar tidak membuat kebisingan hingga tak mengganggu orang-orang yang berada di rumah itu.
Adzan subuh berkumandang ia pun telah menyelesaikan pekerjaannya dan menghentikan terlebih dahulu aktivitasnya. Dan berniat membangunkan suaminya.
"Mas sudah subuh, bangun yuk. Sholat." Ujarnya mengguncangkan tubuh sang suami.
"Eeunghhh..." Dengan malas Yoga membuka matanya perlahan dan terbangun dari mimpinya.
"Iya sayang." Jawabnya dan beranjak untuk bersiap-siap menuju Masjid. Aisyah membereskan tempat tidur mereka dan melaksanakan kewajibannya di kamar itu.
Setelahnya, ia langsung pergi ke dapur guna memasak untuk sarapan.
"Nah bagus seperti itu, memang menantu itu kalau bangun harus lebih dahulu dari pada mertua." Cetus Dewi pada menantunya.
Aisyah menanggapinya dengan senyuman. "Iya Mah, insya Allah Aish akan mengusahakan hal ini terjadi setiap hari."
"Baguslah kalau begitu, kamu saja yang masak hari ini yah. Mama masih harus mengurus Papa mertua kamu." Pinta Dewi namun lebih condong ke perintah.
"Iya Mah," jawab Aisyah.
Dewi tertegun menatap semua ruangan rumahnya begitu rapi, tidak seperti kemarin malam.
"Baguslah kalau dia sadar, setidaknya aku tidak perlu berkoar-koar untuk menyuruhnya." Gumamnya lalu duduk bermain-main dengan ponselnya di sofa.
Tak lama, suami serta anaknya pun pulang. Dewi menyambut keduanya dengan senyuman. Meski ia memang tipikal orang yang ketus, namun tidak berlaku untuk keluarganya. Kecuali menantunya itu, sebenarnya bisa saja berlaku sama pada menantunya. Namun mengingat bagaimana latar belakang Aisyah membuatnya enggan.
"Wah harum sekali, apa menantu kita sedang memasak?" Tanya suaminya padanya.
"Ah iya Mas, memang menantu kita sedang memasak." Jawab Dewi terpaksa.
Haris mengangguk dan berjalan menuju kamarnya, Dewi segera menyusul. Sedangkan Yoga ia menyusul istrinya, dan tanpa aba-aba ia melingkarkan tangannya di pinggang sang istri.
"Ya ampun Mas, kau membuatku terkejut saja." Sungut Aisyah kesal.
"Benarkah? Maaf ya sayang." Ucap Yoga mencium pipi istrinya. Ia benar-benar candu dengan aroma Aisyah.
"Mas, bisakah kau diam dulu, aku sedang memasak Mas." Pinta Aisyah kesal.
"Em tidak bisa." Jawab Yoga tanpa merasa bersalah.
"Mas, kau kan harus pergi ke kantor. Nanti terlambat loh."
"Aku telah mengajukan cuti beberapa hari sayang. Aku ingin berbulan madu denganmu." Pungkas Yoga santai.
"Apa? Bulan madu?"
"Iya memangnya kenapa? Bukankah sudah hal biasa untuk pengantin baru?"
"Em iya sih, tapi.."
"Tapi apa sayang, aku tak mau mendengar penolakan. Pokoknya kau harus mau berbulan madu denganku. Bahkan aku sudah membeli paketnya sayang."
"Ah begitu yah, baiklah sayang. Aku ikut kau saja." Tutur Aisyah tersenyum.
"Ehm," dehem Dewi keras, membuat keduanya kaget dan Yoga melepas pelukannya.
"Masih pagi loh Ga, lagipula bukankah sudah tadi malam?"
"Em itu..," Yoga mengusap tengkuknya, sedangkan Aisyah sudah ingin menenggelamkan wajahnya ke laut karena malu.
Haris terkekeh melihat sikap putranya, "Tidak apa Ga, lagipula dulu Papa juga sering seperti itu dengan Mama."
"Pa.." Dewi menyenggol lengan suaminya.
"Oh ya tadi Mama dengar kalian ingin berbulan madu?" Tanya Dewi.
"Iya Mah," jawab Yoga kemudian menarik kursi di hadapannya. Diikuti Ayah dan Ibunya. Dengan telaten Aisyah melayani suaminya begitupun Mama Dewi yang melayani Papa mertuanya.
"Tapi bagaimana dengan pekerjaanmu Ga? Lagipula untuk apa sih bulan madu itu. Toh setiap hari kamu bertemu dengan istrimu. Bahkan tiap malam pun kau bisa menghabiskan waktu kalian puas-puas." Celoteh Dewi di sela-sela menyantap makanannya.
"Sudahlah Wi, lagipula sudah sewajarnya mereka berbulan madu. Ingat kita pun dulunya seperti itu." Sahut Haris.
"Benar Mah, lagipula kita juga ingin membuat kenangan indah di awal pernikahan kita ini." Timpal Yoga.
Dewi hanya diam dan melanjutkan untuk menyantap makanannya. Sedangkan Aisyah, ia merasa tidak enak. Ia tahu bahwa Ibu mertuanya tidak menyukainya pergi.
Mungkin dengan ini, Mama Dewi harus mengerjakan semua pekerjaan rumah sendirian.
Astaghfirullah Aish, apa yang sedang kau pikirkan. Tidak baik. Aisyah dengan cepat menggeleng, menangkis pikiran buruk tentang Ibu mertuanya.
***
"Aish di mana suamimu?" Tanya Dewi memasuki kamar anaknya. Menantunya terlihat sedang mengemasi pakaiannya untuk berbulan madu.
"Mas Yoga sedang keluar sebentar Mah, membeli sesuatu katanya." Sahut Aisyah sopan dan lembut.
"Ouh begitukah? Kalian masih lama kan berangkatnya?"
"Iya Mah, ba'da dzuhur nanti kita berangkat."
"Kamu bisa mencucikan pakaian Mama dahulu kan Aish, kan pakai mesin cuci. Dan menjemur pakaiannya juga tidak terlalu lama." Pinta Dewi.
"Ouh itu baik Mah, akan Aish cuci. Tunggu sebentar yah, ini tidak lama kok."
"Iya terserah kamu, yang penting cucian Mama kamu cuci." Titahnya dan melenggang pergi begitu saja.
Aisyah hanya bisa menghela nafasnya panjang dan melakukan tugas yang telah diperintahkan oleh Mama Dewi.
Disela-sela menjemur, Mama Dewi kembali menghampirinya. "Sebentar lagi waktu makan siang Aish, setelah ini sekalian kamu masak yah." Pungkasnya kembali memberi perintah.
"Baik Mah," jawab Aisyah patuh.
Setelahnya Dewi pun kembali masuk ke dalam rumah. "Enak juga yah punya menantu, rumah tidak perlu diurus, pakaian juga, masak pun sudah ada yang memasakkan. Enak pula masakannya ditambah tidak perlu mengeluarkan uang. Uang dari Mas Haris bisa kupakai lebih untuk belanja." Gumamnya senang dan segera bersiap-siap untuk shopping.
Yah, meski usianya sudah memasuki usia senja. Namun kebutuhannya tetap sama seperti ia waktu gadis dulu. Bahkan lebih banyak, tentu saja jika dulu ia perawatan dengan bahan seandainya dan alami pulak. Tapi tidak dengan sekarang, banyaknya produk skincare membuatnya berpaling.
"Aish kamu jaga rumah yah." Titah Dewi.
"Baik Mah," jawab Aisyah dan pergi menuju warung untuk membeli bahan-bahan untuk memasak.
***
"Sayang apakah sudah siap semuanya?" Tanya Yoga menatao istrinya.
"Iya Mas, semua keperluan kita sudah aku persiapkan." Jawab Aisyah tersenyum, ia menghampiri suaminya.
"Kau begitu harum dan tampan hari ini Mas." Pujinya.
"Ah benarkah? Kau ini sudah pintar menggombal ya," dengan gemas Yoga mencubit pelan hidung Aisyah.
"Aku tidak gombal Mas, ya sudah ayo kita pergi."
"Iya sayang, biar kopernya Mas yang bawa."
Aisyah mengangguk dan mereka bersama-sama turun untuk berpamitan dengan orang tua Yoga.
"Hati-hati ya Nak, dan kami tunggu kabar baiknya." Ucap Haris pada anak dan menantunya yang tengah berpamitan padanya.
"Iya Pah, do'akan saja yah." Jawab Yoga tersenyum. Aisyha yang dibelakangnya ikut tersenyum malu. Kini giliran mereka berpamitan pada Mama Dewi.
"Mah kami pamit yah, Mama baik-baik yah di rumah." Ujar Aisyah pada Mama mertuanya.
Dewi tersenyum paksa. "Iya, jangan lupa bawakan oleh-oleh ya." Bisiknya lirih hingga hanya mereka berdua yang mendengar.
Aisyah tersenyum menanggapi, "Iya Mah."
"Kami pergi ya Mah, jangan terlalu sering keluar rumah Mah. Agar Mama tidak kecapean."
"Iya sayang, cepatlah kembali yah. Dan bawa kabar baik untuk Mama." Dewi mencium pucuk kepala sang anak. Tak peduli sudah berapa besar usia Yoga, kasih sayangnya tak pernah luntur.
"Iya Mah,"
"Ya sudah aku pergi ya Pah, Mah. Jaga diri kalian, Assalamu'alaikum."
"Iya Nak, wa'alaikumsalam."
____________
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan like, komen dan vote yah.
Terimakasih ;)
Ig; @nick_mlsft
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨
Saya sudah mampir ya Kaka 😊
setelah melihat promisinya...
terus semangat !!!
kalau kak Author ada waktu mari mampir kenovel pertama saya 😉 .
" MISTERI DUA CINCIN DIBALIK RUNTUHNYA ISTANA ANDALUSIA "
2022-03-12
0
Karmila Mila
kutuk aj jdi setan mertuamu aisyah.udah lumrah mertua kayak gitu aisyah...
2022-01-27
0
Diah Ratna
mertua lucnut tuh.ntar jgn2 aish g hamil2 karena kelelahan
2022-01-07
1