Suasana tempat Aisyah bekerja cukup ramai ternyata, para pelanggan yang sudah menjadi langganan menyapa ramah Aisyah. Aisyah pun tak kalah ramah menanggapi.
Tak lupa Aisyah juga tersenyum ramah pada karyawan yang lain.
"Loh Nak, ko kamu hari ini datang? Bukankah Bunda tadi sudah bilang tidak malasah kalau kamu tidak ke sini?" Tanya Melati heran melihat anaknya apalagi datang juga dalam keadaan lemas dan letih.
"Iya Bu, tidak apa-apa. Sebenarnya merasa bosan saja di rumah tidak ada Mas Yoga dan tidak enak saja dihadapan mertua malah malas-malasan." Jawab Aisyah meletakkan tasnya.
"Ouh tapi kau terlihat sangat lemas Nak," Melati tersenyum tipis mengingat anaknya di malam pertama.
"Tidak kok Bun, tapi memang Aisyah agak lemas si Bun." Sahut Aisyah menyenderkan tubuhnya.
"Ya sudah kalau memang belum bisa memasak seperti biasa ya tidak masalah. Ya sudah istirahat saja sana." Tunjuk Melati ke arah ruang khusus istirahat.
"Benar tidak apa Bun?" Melati meyakinkan.
"Iya sayang tidak apa-apa. Sudahlah dari pada kau sakit nantinya." Ujar Melati santai.
"Baiklah Bun, terimakasih yah. Oh ya Bun, dimana Ayah?" Mengedarkan pandangannya ke seluruh arah.
"Dia sedang mengunjungi salah satu restoran yang lain sayang. Ada salah satu manager yang mengatakan bahwa ada masalah." Jawab Melati.
"Ouh ya sudah aku pergi ya Bun."
"Iya sayang,"
Beruntunglah Melati juga menguasai dunia kuliner, hingga ia dapat menggantikan putrinya dan tidak membuat chef yang lain terlalu berat mengerjakan tugas mereka.
Entah sudah berapa lama Aisyah tertidur, ia merasakan bahunya terguncang dan seseorang memanggil-manggil namanya.
"Aish, bangun Nak. Sudah masuk waktu Dzuhur." Seru Melati membangunkan anaknya.
"Eeummh, iya Bun." Jawab Aisyah malas dan mulai membuka mata dan menguceknya.
Melati tersenyum, "Ya sudah ayo cepat sholatnya, jangan sampai ditunda-tunda."
Aisyah mengangguk dan mulai melakukan yang telah diperintahkan oleh Bunda-nya. Setelahnya ia pun mulai mengerjakan tugasnya sebagai seorang chef seperti biasanya.
Ia tak ingin membuat Bundanya terlalu letih.
***
Aisyah pulang dengan tubuh letihnya, matanya terbelalak mendapati ruang tamu yang begitu berantakan. Bahkan bekas makan dan cemilan pun berserakan di lantai.
"Wah baru pulang kamu?!, Lihat sudah jam berapa? Sebentar lagi itu suamimu pulang. Harus sudah sedia makan malam.
Meskipun kamu wanita karier, harusnya kamu juga tidak melupakan kewajiban seorang istri dan menantu. Ini malam santai-santai diluaran sana." Seru Mama Dewi tiba-tiba muncul dan mengagetkan Aisyah.
Saya sendiri kan juga sedang bekerja Mah. "M-maaf Mah, lain kali Aish atur lagi jadwal pulangnya."
"Sudahlah tidak perlu banyak omong. Sekarang bereskan ruangan ini dan masak. Biar Mama yang beli bahan-bahannya dulu. Ingat Mama pulang ruangan ini harus sudah bersih dan rapi." Titahnya lalu keluar tanpa mendengarkan jawaban dari menantunya.
Aisyah melirik jam di dinding. Ternyata ia belum sholat, dengan segera ia melaksanakan kewajibannya terlebih dahulu. Lalu melakukan yang tadi telah Ibu mertuanya perintahkan.
Tak lama Dewi pulang dengan menenteng belanjaan. Matanya melotot mendapati Aisyah yang belum menyelesaikan pekerjaannya.
"Ya ampun Aish, bukankah tadi Mama bilang kalau Mama sudah sampai ruangan ini harus sudah bersih dan rapi. Kamu ini tuli atau memang anak pembangkang sih?!"
Sontak saja, nada tinggi yang tiba-tiba datang itu membuat Aisyah terkejut dan menjatuhkan sapu yang ia pegang.
"Maaf Mah, tadi Aisyah sempat sholat dulu."
"Halah alasan, Mama sholat saja tidak lama kok. Sudahlah kamu ini jadi menantu menyusahkan orang tua saja." Ucap Dewi kesal menuju dapur.
Yang tadi berniat ingin bersantai karena ingin menyuruh menantunya memasak pupus sudah. Sebentar lagi suami dan anaknya akan pulang.
Aisyah hanya bisa menghela, ia pun dengan cepat menyelesaikan kegiatannya dan menyusul Mama Dewi di dapur.
"Mah," lirihnya menghampiri sang mertua.
Dewi menoleh sekejap dan melanjutkan kegiatannya "Lain kali jangan diulangi Aish, sudahlah cepat bantu Mama masak!"
Aisyah mengangguk, ia sudah tidak terkejut lagi mendapati omelan dari Mama Dewi meskipun tak melakukan kesalahan. Toh juga tadi pagi ia sudah mengalaminya.
Tak lama suami serta Ayah mertuanya pulang. Mereka sama-sama terlihat letih. Aisyah dan mertuanya menyambut keduanya dengan senyuman.
Aisyah dan Yoga pergi menuju kamar mereka, sebagai seorang istri Aisyah tahu apa saja yang dibutuhkan untuk suaminya. Dan dia pun berusaha melayani dengan baik.
"Kamu seharian ini kemana saja Mas?" Tanya Aisyah, sembari melepaskan kancing baju suaminya satu persatu.
"Biasalah sayang, meski pun Mas sudah menikah. Tapi banyak teman Mas yang masih lajang. Jadi ya, Mas masih suka bermain dengan mereka. Maaf yah, Mas tidak menemani kamu di rumah." Jawab Yoga merasa bersalah dan mencium dahi istrinya.
"Iya Mas, tidak apa-apa." Sahut Aisyah tersenyum. "Ya sudah Mas tunggu sebentar yah, aku siapkan dahulu air hangatnya." Lanjutnya, kemudian meletakkan baju kotor suaminya di tempat kotor.
"Iya sayang," Yoga duduk di bibir ranjang tidurnya sembari memainkan ponselnya.
"Mas sudah siap."
"Iya sayang, terimakasih yah."
Aisyah mengangguk dan menunggu Mas Yoga. Setelahnya mereka pun pergi ke ruang makan untuk bersama-sama menyantap makan malam dengan orang tua Mas Yoga.
"Aish jangan lupa untuk cuci piringnya, Mama mau mijitin Papa karena kelelahan tadi." Titah Dewi pada sang menantu yang terlihat ingin beranjak. Suaminya hanya melihat interaksi keduanya.
Aisyah melirik ke arah suaminya berwajah memelas, namun Mas Yoga justru mengarahkan pandangannya ke arah lain. Bahkan beranjak meninggalkannya menuju ruang tv. Menurutnya tidak ada yang salah dengan perintah Ibunya.
Aisyah yang sebenarnya sangat lelah berusaha memaksakan senyumnya. "Baik Mah." Jawabnya patuh.
"Bagus," Dewi mengangguk dan melenggang pergi menuju kamarnya menyusul suami.
Baru saja sehari aku menjadi menantu sudah seperti ini, bagaimana kedepannya? Salahkah aku mengeluh untuk saat ini? Astaghfirullah Aish, kamu tidak boleh seperti ini. Bagaimana pun mereka orang tua suamimu, orang tuamu juga. Lagipula syurga istrinya ada pada suami. Dan syurga suami ada pada Ibunya. Ujar Aisyah dalam hati seraya menarik nafas dalam-dalam.
Aisyah melirik ke arah suaminya yang tengah asyik menonton tv, setelah selesai mengerjakan tugasnya ia pun menghampirinya. Dan tak lupa ia juga menyiapkan minuman dan cemilan.
"Diminum dulu Mas." Ucapnya seraya meletakan nampan di meja. Yoga menoleh dan tersenyum.
"Terimakasih ya sayang," mengelus lembut kepala istrinya dan menyeruput minuman yang telah disediakan oleh istrinya.
Aisyah yang seharian lelah, ingin bermanja-manja dengan suaminya. Ia pun menyenderkan kepalanya ke bahu sang suami. Sedangkan Yoga, ia tersenyum mendapati istrinya seperti itu.
Dahulu mereka tidaklah pernah sedekat ini. Yoga baru tahu bahwa ternyata Aish bisa bersikap manja. Dengan lembut, ia mengusap lembut kepala istrinya.
______________
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan like, komen dan vote.
Terimakasih ;)
Ig; @nick_mlsft
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments