"Mas Tirta temen satu kampus dengan Iza? tanya Mama.
"Iya Ma, kami satu kampus, jawab Tirta.
"Iza gak pernah lho Mas ngajak temennya cowok main kesini dan ngenalin ke Mama, baru kali ini Mas."
"Mama !.. Jangan buka rahasia Iza dong, malu-maluin Iza aja" protes Iza.
"Bener Ma? tanya Tirta,,sedikit bangga.
"Bener Mas, kalo temen sesama cewek sih banyak banget yang sering main kesini, kalo cowok sih keliatannya gak pernah, ya Iza?" Mama melemparkan pertanyaannya pada Iza. Iza hanya tersenyum malu saja.
"Tuh Mas bener kan! Iza sampe malu kaya gitu.".
Ini sifat Mama sama anak hampir mirip,, terbuka dan apa adanya batin Tirta
"Ma ini Sebenarnya Tirta masih ada acara lagi, mau pamit dulu, lain kali Saja Tirta kesini lagi".
"Apa nggak nanti dulu saja Mas , biar bisa ketemu Papanya Iza, bentar lagi juga pulang kok!" tawar Mama.
"Lan kali deh Ma, soalnya ini sudah larut , hujan diluar juga kelihatannya sudah reda" jawab Tirta.
"Iya sudah mas kalo memang Mas Tirta buru-buru..lain kali sering-seringlah main kesini Mas, pasti Iza juga seneng". Mama mengakhiri pembicaraan.
Iza mengantar Tirta sampai ke depan pintu gerbang, berat rasanya setelah seharian bersama dan bermotor ria. Perasaannya jadi tambah mellow melihat kepergian Tirta kali ini. Tanpa terasa setitik air mata keluar dari sudut mata Iza yang indah.
Mamah masih menunggu di ruang tamu ketika Iza susah kembali keruang tamu. Dilihat nya putrinya melangkah masuk dengan wajah sedih dan segera mendekat dan memeluk Mamanya.
"Anak Mama sudah dewasa yaa... sambil mengelus rambut sang putri..
"Tirta memang sangat mirip kakakmu, .Mama juga seperti melihat Farhan di diri Tirta", bisik Mama di telinga putrinya.
"Sopan, dan menghargai orang tua,
Mama gak keberatan kalo memang putri Mama jatuh cinta pada pemuda seperti Tirta". Tambah sang Mama.
"Ih Mama... , Iza kan masih temenan sama Tirta Ma, Iza protes sama sang Mama, tapi hatinya gembira karena sang Mama setuju jika kelak dirinya menjalin hubungan dengan Tirta.
***
Tirta memacu motornya menembus kegelapan malam. Suasana hatinya hari ini sungguh menggembirakan. bisa bersama Iza seharian, juga kenal sama Mamanya Iza, apalagi penerimaan mamanya Iza juga terbuka.
Tanpa terasa motor yang dikendarai Tirta sudah memasuki halaman mushola di Plalangan.
Ternyata Damar sudah menunggu disana.
"Maaf kang Damar ada sedikit urusan tadi,, aku sholat dulu ya".
Tirta segera berwudhu dan Sholat Isya di Mushalla.
Setelah sholat , mereka berjalan menuju padepokan.
"Tadi nganter temen dulu kang Damar".. maaf yaa..
"Tidak apa-apa Adi",, itu sudah di tunggu Bopo".
Mereka segera memasuki padepokan.
Mbah Hardjo ternyata sudah menunggu sambil duduk di lantai pendopo beralaskan tikar pandan yang sudah langka di jaman seperti ini.
"Sini Ngger , silakan duduk," sapa Mbah Hardjoikoro.
Tirta segera duduk bersila di depan Mbah Hardjoikoro, dan Damar ke belakang entahlah apa yang dikerjakan nya.
"Ayo Ngger lepas bajumu, Mbah akan mengalir kan tenaga, memperbaiki syaraf syaraf Angger lagi, biar semakin cepat kemajuan Kanuragan Angger".
Tirta segera memindahkan tubuhnya di depan Mbah Hardjoikoro yang segera menempelkan dua telapak tangan ke punggung Tirta.
Segera Tirta memusatkan akal budinya mengawal tenaga lembut yang memasuki tubuhnya lewat telapak tangan Mbah Hardjo.. Tidak seperti kemaren , kali ini Mbah Hardjo tetap tenang dan tidak terlihat capek,
"Sudah cukup Ngger untuk kali ini, .. syaraf dan aliran darah mu sudah cukup bagus dan lancar alirannya."
"Iya Mbah terimakasih", ucap Tirta.
Ketika Tirta membuka mata terlihat disampingnya sudah ada Delima dan Kang Damar, juga teko dan poci yang masih mengebul pertanda teh masih panas
"Ayo silakan di minum dulu Ngger" Mbah Hardjo segera menawarkan teh di barengi tangan tua Mbah Hardjo yang menuangkan teh dari teko.
Mereka segera minum teh bersama sama.
Mbah Hardjo segera mengeluarkan rokok buatannya sendiri yang terbuat dari klobot kali ini , klobot adalah kulit jagung seperti kertas, fungsinya sebagai pembungkus tembakau.
"Ayo Ngger dicoba udud Mbah ini, asli tanpa bahan kimia Ngger"
Seperti kemaren, Tirta mengiyakan saja tanpa berani menolaknya .
"Mbah ini gimana , Mas Tirta kan anak modern, masak disuruh ngerokok kaya gituan" seru Delima.
"Ndak papa Delima, Mas Tirta dah pernah nyoba rokok nya Mbah kok" Jawab Tirta.
"Lumayan enak loh Del". Tirta memuji rokok nya Mbah Hardjo. Padahal sebenarnya rasanya agak aneh, tapi demi menyenangkan hati Mbah Hardjo Tirta memujinya.
"Nih cobalah Del," goda Tirta. "Biar kamu tau nikmatnya merokok" Tirta menawarkannya pada Delima. Kontan Delima menolak dengan keras.
"Ih sorry ya mas, cewek tu gak boleh ngerokok tau!"jawab Delima cemberut .mereka asyik berbincang .
Beberapa saat kemudian Damar mengajak Tirta untuk mulai berlatih lagi,
"Adi ayo kita berangkat," sudah larut.
"Iya Kang" jawab Tirta.
Damar dan Tirta segera Bangkit, Mbah hardjo juga bangkit, dia memang ingin melihat perkembangan latihan Tirta.
"Ayah,... Delima ikutan ya"! pinta Delima pada Ayahnya,
"Jangan Delima, ini sudah larut tidak baik bagi anak gadis keluar malem malem".
"Kan ada Ayah, Mas Tirta juga Eyang Yah?!.
"Sudahlah lain kali aja ya, Ayah akan ajak kamu".. Damar tetap menolak nya.
Delima memasang wajah cemberut dan menggerutu,
"Ayah pelit ah",, segera dia berlalu ke belakang dengan sebalnya.
"Maaf Adi, Delima memang anak manja, biasanya semua keinginannya Kakang penuhi" ! Damar mengeluhkan putri semata wayangnya itu pada Tirta
***
Di lereng Gunung Ungaran yang curam dan terjal terlihat tiga bayangan manusia yang berlari mendaki dengan cepat, seperti hantu saja.
"Kita akan naik sampe puncak gunung Adi, tapi kita tidak mendaki di jalur yang biasa didaki para pendaki gunung, kita akan menghindari mereka! seru Damar .
"Iya Kakang", jawab Tirta keras, karena hujan yang rintik yang menerpa juga tiupan angin di lereng pegunungan yang membawa angin dingin dan suara yang keras karena menyapu rimbunan daun-daun perdu dan juga pohon-pohon pinus di lereng Gunung Ungaran membuat suara tidak mudah didengar dengan jelas.
Kecepatan mendaki mereka luar biasa cepatnya. seperti berlari di dataran saja.
Ketika sudah berlari mendaki hampir satu jam , puncak gunung sudah terlihat jelas, Damar mengurangi kecepatan mendakinya, dan berkata
"Adi, kamu masih kuat kan?"
Alhamdulillah Kakang, masih kuat, Latihan dari Kakang dan Mbah Hardjo sangat terasa sekarang ini Kang" jawab tirta .
Mbah Hardjo tersenyum mendengarnya dan menjawab.
"Pembukaan syaraf dan aliran darah Angger menjadikan kekuatan dan kecepatan serta daya tahan Angger meningkat beberapa kali lipat dari sebelumnya".
Iya Mbah, terimakasih atas petunjuk Mbah dan kang Damar".
Mereka segera meneruskan mendaki Gunung yang sudah tampak puncaknya tersebut.
Ketika tepat tengah malam, mereka sudah mencapai puncak Gunung,.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 297 Episodes
Comments
Elfrida Darti
author ini apakah orang semarang?
2024-05-08
1
Alan Bumi
lan kali = lain kali
2023-10-22
1
Djo M
Tirta gimana sih delima mosok ditawarin rokok.?
2023-09-16
0