Mulai berlatih

"Mbah sudah membuka simpul simpul syaraf Angger sewaktu memijit tubuh Angger kemaren. Selanjutnya tinggal melatih fisik dan kebugaran juga ketrampilan Angger saja". mbah Hardjo kembali mengangkat cangkir dan menyeruput kopinya sejenak kemudian kembali melanjutkan ceritanya.

"Ilmu ini hanya diwariskan kepada Keluarga Angger saja, itupun tidak semua keturunan, hanya yang mempunyai bakat dan sifat yang baik dan sholeh saja."

"Kalo begitu bapak juga mewarisi ilmu ini Mbah"? Tirta menyela cerita Mbah Hardjo.

"Setau Mbah, Bapak Angger kurang mempunyai bakat seperti Angger dalam hal olah kanuragan, jadi Beliau tidak menurunkan ilmu ini kepada Bapak Angger, juga setau Mbah, Bapak Angger agak pemalas dan kurang serius, maaf ya menyinggung bapaknya Angger".

"Iya mbah, Tirta tau kok, memang Bapak agak pemalas, tapi dia baik dan menyayangi kami semua" Tirta menimpali.

"Banyak keturunan Beliau, ada puluhan ribu yang tersebar di berbagai daerah Ngger,! tapi hanya yang terpilih saja yang berhak mewarisi ilmu beliau, dan sekarang ini di jaman ini Anggerlah yang terpilih, dan sebagai permulaan, Mbah yang akan mengajari Angger."

Tirta mengangguk angguk mendengar kan ceritanya Mbah Hardjo.

"Dan Angger harus tatap bekerja keras untuk berlatih dan Mesu diri. Mbah hanya bisa membantu , Tapi semua tergantung usaha dan kemauan Angger Tirta."

Ketika cangkir-cangkir sudah mulai kosong, Mbah Hardjo Bangkit berdiri.

"Marilah Ngger kita akan mulai berlatih". Mbah Hardjo mengajak Tirta untuk menuju sebuah lereng bukit di belakang padepokan. Di lereng bukit dibelakang padepokan terdapat sungai yang mengalir cukup deras dengan batu-batu kali yang cukup besar dan berwarna hitam..

"Ayo Ngger ikuti Mbah." segera Mbah Hardjo berlari lari kecil dengan sesekali melompat menghindari semak dan perdu. Ketika sampai di pinggiran sungai yang beraliran deras tapi jernih, Mbah Hardjo berhenti sejenak, memandang aliran sungai dan berkata pada Tirta,

"Kita akan mulai berlatih di sini Ngger. Angger harus melompat lompat diatas batu-batu itu Ngger, Angger harus ber hati-hati jangan sampai terjatuh, batunya licin karenaq permukaannya ada lumut nya" demikian Mbah Hardjo mulai memberi petunjuk.

Tirta mendengar kan apa yang di katakan Mbah Hardjo. Dia sempat berpikir mana bisa melompati batu batu itu, sedang jarak antar batu ada yang berjauhan dan ada yang berdekatan.. yang agak jauh saja bisa mencapai dua tiga meter bahkan ada yang jauh lagi.!

Setelah memberikan beberapa petunjuk, Mbah Hardjo tanpa ragu mulai melompat dengan tenang, dua kali lompatan mbah Hardjo sudah sampai di tengah sungai yang beraliran deras,

"Ayo ngger lompatlah, Jangan khawatir jatuh, tenaga dan kecepatan Angger kan sudah meningkat jauh, tinggal mengaturnya untuk digunakan memberatkan kaki supaya tidak jatuh ke air" seru Mbah Hardjo.

"Hup" Tirta mulai melompat di batu pertama.. tidak jauh memang hanya kisaran satu meter, mudah saja , tapi ketika kaki sudah menginjak batu kali, terasa licin, dia berusaha menjaga keseimbangan tubuhnya dengan merentangkan kedua tangannya, segera dia mengayunkan kaki nya lagi untuk menjangkau batu kedua. Mbah Hardjo sudah melontarkan dirinya ke batu berikutnya yang berjarak hampir tiga meter. Tirta dengan mudahnya melompati batu kedua yang berjarak dua meteran.

Mudah lompatnya tapi ketika kaki dah menginjak batu, baru terasa kesulitannya, batu dengan kontur permukaan yang tidak rata dan licin!.

"Byur" terdengar suara air karena tubuh Tirta yang tercebur air sungai. Airnya tidaklah dalam tapi derasnya lumayan, namun dengan kekuatan Tirta yang sekarang . Tirta masih dapat menahan derasnya air untuk tidak terseret arus air sungai.

Mbah Harjo tersenyum melihatnya.

"Ayo Ngger coba lagi, atur kekuatan ke telapak kaki" saran Mbah Hardjo.

"Siap Mbah" teriak Tirta. dengan sigapnya Tirta Sudah melompat keatas batu lagi.

Dia berkonsentrasi mengarahkan kekuatan dan keseimbangannya untuk mencoba lagi. Mbah Hardjo kemudian berlompatan lagi dari satu batu ke batu laennya lagi.

Tirta mengikuti di belakangnya dengan susah payahnya, walau seringkali jatuh kecebur sungai beberapa kali, Tirta tidak patah arang. Mbah Hardjo terus memberikan semangat dan petunjuknya.

Tanpa terasa sudah tengah malam, lompatan-lompatan mereka sudah semakin cepat saja. Jika saja ada yang menyaksikannya pasti akan dikira hantu sungai yang main kejar-kejaran.

"Sudah Ngger, untuk hari ini sudah cukup. Kita pulang ke padepokan lagi."

"Iya Mbah, jawab Tirta."

Tanpa terasa mereka berlompatan hampir lima jam. Terasa angin malam yang dingin menerpa tubuh Tirta, bajunya basah kuyup sehingga menciptakan bayangan tubuhnya yang kurus dan ceking.Sedang Mbah Hardjo,,, pakaiannya masih kering tanpa terkena air setetespun!

Tirta memandang Mbah Hardjo dengan kagum.

"Mbah bajunya tidak basah sedikitpun, sedang aku basah kuyup gini Mbah",

Mbah Hardjo hanya tersenyum kemudian menanggapi,

"Nanti kedepannya Angger juga mampu melakukan nya.Ini kan baru pertama Ngger, masih ada latihan-latihan berat yang akan Angger jalani kedepannya"

"Iya Mbah, Tirta akan berusaha lebih giat lagi" mbah Hardjo kemudian mengajak Tirta pulang ke padepokan lagi. Mereka berjalan beriringan menuju padepokan .

Selama perjalanan Mbah Hardjo banyak memberikan arahan-arahan dalam mengerahkan dan mengatur tenaga dan juga menjaga keseimbangan tubuh.

Tanpa terasa langkah mereka sudah sampai di padepokan. mbah Hardjo segera masuk kedalam dan keluar dengan membawa teko berisi air putih.

"Ayo Ngger, minum dulu" iya mbah. Tirta segera mengambil teko dan menuangkan air putih kedalam cangkir dan segera meneguknya, begitu pula Mbah Hardjo.

"Bentar Mbah,, Tirta mau kasih kabar ke Ibu dulu kalo Tirta pulang terlambat."

"Silahkan Ngger'" jawab Mbah Hardjo. Tirta segera mengambil hape dan segera menelpon ibu di rumah.

"Beberapa kali di telpon nggak di angkat " keluh Tirta.. Akhirnya ketika hampir putus Asa,, ada terdengar jawaban dari sebrang,

"Malem malem belum pulang, Ibu dah khawatir" semprot Ibu.

"Iya bu, ini Tirta sudah selesai kok, dah mau pulang. Tirta gak nginep kok bu" Tirta buru buru menutup panggilan sebelum ibu mengomelinya lebih jauh.

"Angger ganti baju dulu.. ini ada baju kering Ngger, biar nggak masuk angin nanti. Walau agak lusuh masih pantas dipakai kok Ngger."

Mbah Hardjo segera menghampiri Tirta dan memberikan satu setel baju kering walaupun agak lusuh.Tirta segera mengambil baju dan memakainya lansung. Dia tidak perlu malu pada mbah Hardjo, sebab mereka sama sama laki-laki.

"Biar lah baju Angger ditinggal disini aja, kedepannya Angger kan harus berada disini. Kalo perlu angger minta ijin sama bapak ibunya Angger kalo mau Angger akan seringkali kesini bahkan menginap disini" Mbah hardjo mengemukakan sarannya.

"Tapi kalo Bapak ibunya Angger tidak setuju juga tidak apa-apa." tambah Mbah Harjo.

"Iya Mbah, Tirta akan minya ijin Bapak dan Ibu Mbah."

Setelah berganti baju yang kering mereka duduk-duduk di dingklik (kursi ) kayu jati panjang di teras pendopo sambil menikmati udara malam .

Mbah Hardjo mengeluarkan sebatang rokok dan menawarkannya pada Tirta,

"rokok ngger, ini lintingan Mbah sendiri, dari tembakau sendiri yang Mbah rajang sendiri."

pembungkus rokok ini dari daun Jagung ( klobot dalam bahasa jawa). Tirta tidak langsung menerimanya, dia masih ragu.

"Ini rokok apaan,, tampilannya Nggak menarik sama sekali!" batinnya.

Mbah Hardjo sepertinya tau keraguan Tirta.

"Ndak papa ngger ini rokok yang asli tidak ada tambahan apa apa tidak mengandung bahan " kimia" seperti rokok-rokok sekarang.. Bahkan rokok ini bisa menyembuhkan beberapa penyakit Ngger".

Tirta menerima rokok tersebut, kemudian Mbah Hardjo mengeluarkan lagu satu rokok dari kotak atau cepuk tempat dia menyimpan rokok, dan segera menyalakannya. Segera bau rokok menyebar memenuhi udara malam terlihat seperti asap kereta saja.

Tirta juga segera menyalakan rokoknya yang diberikan mbah Hardjo tersebut, segera dua sumber asap mengepul dengan derasnya..

"Uhuk,,uhuk uhuk uhuk.."Tirta terbatuk-batuk begitu menyedot rokok tersebut.." rasanya aneh mbah" gumam Tirta..

"Tidak apa-apa Ngger ,itu karena rokok ini rokok asli tanpa ada zat kimianya."

Tirta sendiri bukanlah perokok, karena di rumah Bapak sama sekali tidak merokok (udud) jadi jika ada yang ketahuan merokok pasti dimarahi Bapak dan Ibu. Akan tetapi karena pengaruh teman-temannya, Tirta sering kali mencuri-curi merokok diluaran. Seringkali juga Tirta ketahuan Ibu menyembunyikan rokok di kamarnya! .

Tirta melanjutkan rokok nya.. rasanya tidak cocok dengan lidahnya.. tapi diusahakannya untuk di habiskannya rokok itu, demi menyenangkan Mbah Hardjo.

"Tugas Mbah sebenarnya hanya menjaga padepokan ini Ngger, juga merawat kebun disekitar padepokan ini. Mbah mengabdi pada beliau sudah turun temurun dari orang tua Mbah, dan sekarang ini Mbah tinggal disini sendirian, istri mbah sudah , meninggal beberapa tahun yang lalu." Mbah Hardjo menghela napas panjang ketika menyebut nama istrinya. kemudian segera melanjutkan ceritanya

"Anak mbah ada 2 orang laki laki dan perempuan, usianya sudah 50 an yang perempuan, dia tinggal di luar daerah mengikuti suaminya. Sedangkan yang laki-laki usianya 45 an, seusia Bapak nya Angger". Mbah Hardjo berhenti sejenak karena rokok sudah habis, Sedangkan rokok ditangan Tirta sudah habis sejak tadi, soalnya dia ingin cepat cepat menghabiskannya.

"Nanti jika ada halangan dengan Mbah, anak Mbah yang akan membimbing Angger. nama anak mbah adalah" Damar" ". Tirta mendengar dengan seksama cerita Mbah Hardjo.

"Hari sudah larut Ngger, tadi Angger sudah janji untuk segera pulang kan? oh ya ini ada sedikit oleh oleh buat ibu Angger" .

Mbah Hardjo segera masuk kedalam bilik dan keluar dengan satu bungkus plastik besar.

"Ini Ketela pohon, Talas juga ada sedikit buah Nangka, bawalah ngger."

"Ahh ngerepotin Mbah aja" , sela Tirta.

"Tidak Ngger, ,, hasil kebun sekitar padepokan sangat berlebihan buat hidup Mbah dan keluarga Damar anak saya."

"Ya udah Mbah, Tirta pamit dulu,, sudah larut ," pamit Tirta.

"Jangan lupa besok kesini lagi ya Ngger, jangan bosan untuk mendalami kanuragan warisan leluhur Angger." Tirta mengagguk pelan " Iya mbah..

Setelah mengucapkan salam kemudian Tirta berjalan menuju ke Mushola kembali, dimana dia markir motornya disana. Sambil berjalan dia menengok kebelakang, dia penasaran dengan padepokan tersebut kenapa kemaren tidak terlihat dan dia sering lewat sini juga tidak pernah dijumpai bangunan joglo yang lumayan besar tersebut. ketika menengok kebelakang, alangkah terkejutnya Tirta, Bangunan padepokan tersebut kembali tidak ada, dia bingung ! padepokan sebesar itu kenapa bisa tidak terlihat dan hilang. Dia bertekad besok akan menanyakan hal ini pada Mbah Hardjoikoro.

Terpopuler

Comments

rajes salam lubis

rajes salam lubis

mantap

2023-04-10

3

panji_anom

panji_anom

pribumi sekali.... like it

2023-02-16

0

ketombee

ketombee

👍☕

2022-07-04

2

lihat semua
Episodes
1 krisis percaya diri
2 Awal persahabatan
3 malam syahdu dan awal permusuhan
4 perundungan
5 Pertemuan dengan Abdi dalem
6 Asal usul Mbah Hardjoikoro"
7 Mulai berlatih
8 Dinda yang cantik
9 bergabung dengan kelompok pecinta alam
10 WanaHardi
11 Tantangan terbuka
12 Damar
13 Delima
14 Kedekatan
15 Kehangatan keluarga
16 Iza
17 pendakian 1
18 Latihan Keras di Puncak Gunung Ungaran
19 Diksar
20 Sabotase
21 sang penyelamat
22 kecurigaan
23 kunjungan ke camp
24 bentrok
25 kekuatan Tirta
26 Kebenaran
27 Tirta yang culun
28 Keluarga Dinda
29 Terkenal
30 Ke rumah
31 Kemampuan Tirta
32 Wasis Joyokusumo
33 Aji Lembu Sekilan
34 Latihan kanuragan bagi Bayu dan Adnan
35 Tameng Waja, Tapak Geni
36 Panen Rambutan
37 Pandu
38 Perubahan Bayu
39 Vs Master Karate
40 Kekalahan sang Master
41 undangan Dinda
42 Pak Fajrul
43 Preman suruhan
44 penyesalan
45 motor sebagai penebus dosa
46 antara dua pemuda
47 resah gelisah menunggu
48 habis gelap terbitlah cinta
49 perpisahan
50 Ikatan Iza
51 juragan cantik
52 tamu tak diundang
53 hancurnya tamu tak di undang
54 markas kelompok Hendra
55 Hans
56 jatuhnya markas kelompok Hendra
57 hati juragan cantik
58 kota Tegal
59 pembunuh bayaran
60 Leo sang pembunuh bayaran
61 godaan si resepsionis
62 rayuan maut
63 pertarungan di pinggir pantai
64 tentang Leo
65 hari yang santai
66 menuju Ibukota
67 Nadine
68 kegilaan seorang Bayu
69 persembunyian Hendra
70 ki Suromenggolo
71 kesadaran Ludiro
72 menuju Vila
73 godaan wanita sexy
74 lagi! godaan wanita sexy
75 godaan berlanjut
76 Ancaman pembunuhan
77 ketegangan
78 penyerbuan orang-orang tak di kenal
79 pertarungan hidup dan mati
80 akhir pertarungan hidup dan mati
81 Mr Budiman
82 pulang
83 kembali ke padepokan dan kembali ke Jakarta
84 pasukan pembunuh
85 si kaki kilat
86 Reno, kepala pasukan pembunuh
87 tandang Damar dan Leo
88 air mata pria perkasa
89 Hari Baru suasana baru 21+
90 Denis lagi
91 sahabat Nadine
92 Mama, Rani dan Randi
93 hampir
94 pulang
95 Tirta yang romantis ?
96 kembali berlatih di puncak ungaran
97 menuju Tengger Bromo
98 Dukuh rahasia
99 ki ranu
100 keluar hutan
101 menuju puncak Bromo
102 Penanjakan 1
103 Bayangan Nastiti
104 pulang tanpa Tirta, Bayu dan Adnan
105 kembali ke padukuhan Srengseng
106 aji Suryo Dahono
107 Bayu Bajra
108 pengawal padukuhan
109 kedatangan Aryo Seto
110 perang tanding
111 perang tanding
112 Akhir dari perang tanding
113 tentang permintaan ki Ranu
114 lengsernya ki Ranu
115 pemilihan Jagabaya
116 adu kanuragan
117 bersiap pulang
118 mulai kuliah lagi
119 rencana pembalasan Mr Budiman
120 kembali berlatih bersama di Gunung Ungaran
121 latih tanding dengan eyang Pandu dan mbah Hardjo.
122 gerakan Mr Budiman
123 pertandingan beladiri di pulau terpencil
124 kepulauan Anambas
125 pertarungan seru
126 pertarungan sengit
127 akhir dari pertandingan
128 bakat Irman
129 pergerakan pasukan Mr Budiman
130 penculikan
131 pertarungan di halaman rumah pak Michael
132 Mahardika
133 jejak penculik
134 pertemuan Tirta Jayakusuma dan Aryo Seto
135 pak Joyo
136 penyelamatan Iza.
137 penyelamatan Dinda
138 rencana pak Fajrul
139 pertemuan pak Fajrul dan pak Joyo
140 suasana padepokan
141 keadaan Dinda
142 rasa bersalah
143 lamaran
144 penculik
145 penyelamatan calon istri
146 mendadak nikah
147 tugas dari eyang
148 road to Ijen
149 Surabaya
150 Gunung Ijen
151 perguruan silat
152 perkumpulan perguruan silat
153 pertemuan dengan Ludiro
154 para sesepuh perguruan silat
155 rasa penasaran
156 es mosi Intan
157 cerita masa lalu
158 ganteng ganteng jorok
159 ujian sebelum turun gelanggang
160 turun gelanggang
161 Jadug
162 Mawar
163 akhir ritual
164 pemuda ringkih yang mengejutkan
165 babak ketiga
166 Mawar yang berduri
167 pertarungan yang melelahkan
168 Mahardika vs Roy
169 pertarungan terakhir
170 pertarungan terakhir
171 akhir dari pertarungan
172 perpisahan
173 kembali lagi ke Srengseng
174 pagi di dukuh Srengseng
175 persiapan menghadapi orang-orang Wuni
176 perubahan di padukuhan Wuni
177 Rencana orang orang Srengseng
178 kakek tua dan cucunya
179 Ki Wigati
180 berita dari Telik sandi
181 orang orang luar
182 kedatangan Mahardhika dan kawan-kawan
183 aksi Mawar
184 kemunculan musuh lama
185 penyerangan
186 pertarungan di mulai
187 masa lalu Ki Ranu dan Ki Pradigdo
188 jatuhnya korban
189 Sampyuh
190 permainan kyai Wonokerti
191 Akhirnya...
192 Akhir hidup Wulungan
193 Sepasang pedang Iblis
194 Selamat jalan Aryo Seto
195 pertemuan ayah dan anak
196 perpisahan
197 kota Batu
198 kembali ke padepokan
199 Kebersamaan
200 berkunjung ke rumah ibu dosen
201 Devania
202 Bos Diky
203 kemunculan cakar besi
204 mencari petunjuk
205 lokalisasi
206 bergerak
207 pertarungan seru melawan kelompok Cakar Iblis
208 penguasa Jakarta
209 Gandok baru
210 kedatangan Patrik dan Ujang
211 penculikan
212 persiapan menghadapi cakar iblis
213 perintah leluhur
214 Vs Patrik
215 tinju Maut
216 Patrik
217 pertarungan
218 Leo vs Ujang
219 persiapan menyambut kedatangan Mahardika dan kawan-kawan
220 keakraban di padepokan
221 kebersamaan di padepokan
222 ngrogo Sukmo
223 Ikhwal persahabatan dengan si kumbang
224 si Kumbang
225 Irman dan si Kumbang
226 hukuman
227 tetua Cakar Iblis
228 Sangga Buana
229 keberangkatan Dika dan Ludiro
230 kedatangan Tirta Jayakusuma
231 Di rumah pak Michael
232 kantor pak Michael
233 rapat
234 Stefan ternyata....
235 pemerasan oleh Cakar Iblis
236 awal bentrokan
237 Cakar Emas yang licin
238 usaha Stefan
239 kedatangan Kapten Waringin Jati
240 kedatangan Irman yang mengejutkan
241 pagi di rumah pak Michael
242 rencana
243 penjajagan
244 Scratch Goblin
245 rencana penyerangan
246 Nadine dan Nastiti
247 putri cantik sang Ketua
248 semua bergerak
249 pertarungan dua gadis
250 pertarungan seru dimulai
251 Jatuhnya markas Cakar iblis Jakarta Utara.
252 Tirta vs Tetua Sangga Buana
253 kemarahan pemimpin besar Cakar Iblis!
254 jatuhnya markas-markas cabang Cakar Iblis
255 markas Depok
256 keberhasilan
257 kakak katrina
258 kekuatan Windu
259 Tirta vs Windu
260 pertaruhan
261 Pecahnya aji Reco Pitu
262 jati diri ketua Cakar Iblis
263 rencana penyerangan lagi
264 menuju Alas Purwo Banyuwangi
265 Ki Lodaya
266 padepokan di tengah Alas Purwo
267 mulai penyerbuan markas Cakar Iblis
268 gugurnya tetua Sangga Bumi
269 adu jiwa
270 Brazilian Jiu Jitsu dan Capoeira
271 Badak, ketua cabang Cakar Iblis
272 markas Bogor
273 gugur
274 akhir dari markas cabang Cakar Iblis
275 rencana besar sang big Bos
276 puncak kekuatan Tirta Jayakusuma
277 Akhir
278 rencana kepulangan
279 kembali
280 Keputusan Tirta Jayakusuma
281 harapan
282 kembali ke kampus
283 Paksaan Dinda
284 usaha memisahkan Iza
285 penabrak adalah orang yang sial
286 pengakuan Jody
287 keputusan pak Fajrul
288 walimatul urs
289 malam pertama
290 menghadiri undangan bang Leo dan Mawar
291 keinginan Nadine
292 Mall dan Resto
293 bulan madu yang tertunda
294 bujukan dari tetua dukuh Srengseng
295 calon cucu
296 cucu kembar- Tamat
297 pengumuman
Episodes

Updated 297 Episodes

1
krisis percaya diri
2
Awal persahabatan
3
malam syahdu dan awal permusuhan
4
perundungan
5
Pertemuan dengan Abdi dalem
6
Asal usul Mbah Hardjoikoro"
7
Mulai berlatih
8
Dinda yang cantik
9
bergabung dengan kelompok pecinta alam
10
WanaHardi
11
Tantangan terbuka
12
Damar
13
Delima
14
Kedekatan
15
Kehangatan keluarga
16
Iza
17
pendakian 1
18
Latihan Keras di Puncak Gunung Ungaran
19
Diksar
20
Sabotase
21
sang penyelamat
22
kecurigaan
23
kunjungan ke camp
24
bentrok
25
kekuatan Tirta
26
Kebenaran
27
Tirta yang culun
28
Keluarga Dinda
29
Terkenal
30
Ke rumah
31
Kemampuan Tirta
32
Wasis Joyokusumo
33
Aji Lembu Sekilan
34
Latihan kanuragan bagi Bayu dan Adnan
35
Tameng Waja, Tapak Geni
36
Panen Rambutan
37
Pandu
38
Perubahan Bayu
39
Vs Master Karate
40
Kekalahan sang Master
41
undangan Dinda
42
Pak Fajrul
43
Preman suruhan
44
penyesalan
45
motor sebagai penebus dosa
46
antara dua pemuda
47
resah gelisah menunggu
48
habis gelap terbitlah cinta
49
perpisahan
50
Ikatan Iza
51
juragan cantik
52
tamu tak diundang
53
hancurnya tamu tak di undang
54
markas kelompok Hendra
55
Hans
56
jatuhnya markas kelompok Hendra
57
hati juragan cantik
58
kota Tegal
59
pembunuh bayaran
60
Leo sang pembunuh bayaran
61
godaan si resepsionis
62
rayuan maut
63
pertarungan di pinggir pantai
64
tentang Leo
65
hari yang santai
66
menuju Ibukota
67
Nadine
68
kegilaan seorang Bayu
69
persembunyian Hendra
70
ki Suromenggolo
71
kesadaran Ludiro
72
menuju Vila
73
godaan wanita sexy
74
lagi! godaan wanita sexy
75
godaan berlanjut
76
Ancaman pembunuhan
77
ketegangan
78
penyerbuan orang-orang tak di kenal
79
pertarungan hidup dan mati
80
akhir pertarungan hidup dan mati
81
Mr Budiman
82
pulang
83
kembali ke padepokan dan kembali ke Jakarta
84
pasukan pembunuh
85
si kaki kilat
86
Reno, kepala pasukan pembunuh
87
tandang Damar dan Leo
88
air mata pria perkasa
89
Hari Baru suasana baru 21+
90
Denis lagi
91
sahabat Nadine
92
Mama, Rani dan Randi
93
hampir
94
pulang
95
Tirta yang romantis ?
96
kembali berlatih di puncak ungaran
97
menuju Tengger Bromo
98
Dukuh rahasia
99
ki ranu
100
keluar hutan
101
menuju puncak Bromo
102
Penanjakan 1
103
Bayangan Nastiti
104
pulang tanpa Tirta, Bayu dan Adnan
105
kembali ke padukuhan Srengseng
106
aji Suryo Dahono
107
Bayu Bajra
108
pengawal padukuhan
109
kedatangan Aryo Seto
110
perang tanding
111
perang tanding
112
Akhir dari perang tanding
113
tentang permintaan ki Ranu
114
lengsernya ki Ranu
115
pemilihan Jagabaya
116
adu kanuragan
117
bersiap pulang
118
mulai kuliah lagi
119
rencana pembalasan Mr Budiman
120
kembali berlatih bersama di Gunung Ungaran
121
latih tanding dengan eyang Pandu dan mbah Hardjo.
122
gerakan Mr Budiman
123
pertandingan beladiri di pulau terpencil
124
kepulauan Anambas
125
pertarungan seru
126
pertarungan sengit
127
akhir dari pertandingan
128
bakat Irman
129
pergerakan pasukan Mr Budiman
130
penculikan
131
pertarungan di halaman rumah pak Michael
132
Mahardika
133
jejak penculik
134
pertemuan Tirta Jayakusuma dan Aryo Seto
135
pak Joyo
136
penyelamatan Iza.
137
penyelamatan Dinda
138
rencana pak Fajrul
139
pertemuan pak Fajrul dan pak Joyo
140
suasana padepokan
141
keadaan Dinda
142
rasa bersalah
143
lamaran
144
penculik
145
penyelamatan calon istri
146
mendadak nikah
147
tugas dari eyang
148
road to Ijen
149
Surabaya
150
Gunung Ijen
151
perguruan silat
152
perkumpulan perguruan silat
153
pertemuan dengan Ludiro
154
para sesepuh perguruan silat
155
rasa penasaran
156
es mosi Intan
157
cerita masa lalu
158
ganteng ganteng jorok
159
ujian sebelum turun gelanggang
160
turun gelanggang
161
Jadug
162
Mawar
163
akhir ritual
164
pemuda ringkih yang mengejutkan
165
babak ketiga
166
Mawar yang berduri
167
pertarungan yang melelahkan
168
Mahardika vs Roy
169
pertarungan terakhir
170
pertarungan terakhir
171
akhir dari pertarungan
172
perpisahan
173
kembali lagi ke Srengseng
174
pagi di dukuh Srengseng
175
persiapan menghadapi orang-orang Wuni
176
perubahan di padukuhan Wuni
177
Rencana orang orang Srengseng
178
kakek tua dan cucunya
179
Ki Wigati
180
berita dari Telik sandi
181
orang orang luar
182
kedatangan Mahardhika dan kawan-kawan
183
aksi Mawar
184
kemunculan musuh lama
185
penyerangan
186
pertarungan di mulai
187
masa lalu Ki Ranu dan Ki Pradigdo
188
jatuhnya korban
189
Sampyuh
190
permainan kyai Wonokerti
191
Akhirnya...
192
Akhir hidup Wulungan
193
Sepasang pedang Iblis
194
Selamat jalan Aryo Seto
195
pertemuan ayah dan anak
196
perpisahan
197
kota Batu
198
kembali ke padepokan
199
Kebersamaan
200
berkunjung ke rumah ibu dosen
201
Devania
202
Bos Diky
203
kemunculan cakar besi
204
mencari petunjuk
205
lokalisasi
206
bergerak
207
pertarungan seru melawan kelompok Cakar Iblis
208
penguasa Jakarta
209
Gandok baru
210
kedatangan Patrik dan Ujang
211
penculikan
212
persiapan menghadapi cakar iblis
213
perintah leluhur
214
Vs Patrik
215
tinju Maut
216
Patrik
217
pertarungan
218
Leo vs Ujang
219
persiapan menyambut kedatangan Mahardika dan kawan-kawan
220
keakraban di padepokan
221
kebersamaan di padepokan
222
ngrogo Sukmo
223
Ikhwal persahabatan dengan si kumbang
224
si Kumbang
225
Irman dan si Kumbang
226
hukuman
227
tetua Cakar Iblis
228
Sangga Buana
229
keberangkatan Dika dan Ludiro
230
kedatangan Tirta Jayakusuma
231
Di rumah pak Michael
232
kantor pak Michael
233
rapat
234
Stefan ternyata....
235
pemerasan oleh Cakar Iblis
236
awal bentrokan
237
Cakar Emas yang licin
238
usaha Stefan
239
kedatangan Kapten Waringin Jati
240
kedatangan Irman yang mengejutkan
241
pagi di rumah pak Michael
242
rencana
243
penjajagan
244
Scratch Goblin
245
rencana penyerangan
246
Nadine dan Nastiti
247
putri cantik sang Ketua
248
semua bergerak
249
pertarungan dua gadis
250
pertarungan seru dimulai
251
Jatuhnya markas Cakar iblis Jakarta Utara.
252
Tirta vs Tetua Sangga Buana
253
kemarahan pemimpin besar Cakar Iblis!
254
jatuhnya markas-markas cabang Cakar Iblis
255
markas Depok
256
keberhasilan
257
kakak katrina
258
kekuatan Windu
259
Tirta vs Windu
260
pertaruhan
261
Pecahnya aji Reco Pitu
262
jati diri ketua Cakar Iblis
263
rencana penyerangan lagi
264
menuju Alas Purwo Banyuwangi
265
Ki Lodaya
266
padepokan di tengah Alas Purwo
267
mulai penyerbuan markas Cakar Iblis
268
gugurnya tetua Sangga Bumi
269
adu jiwa
270
Brazilian Jiu Jitsu dan Capoeira
271
Badak, ketua cabang Cakar Iblis
272
markas Bogor
273
gugur
274
akhir dari markas cabang Cakar Iblis
275
rencana besar sang big Bos
276
puncak kekuatan Tirta Jayakusuma
277
Akhir
278
rencana kepulangan
279
kembali
280
Keputusan Tirta Jayakusuma
281
harapan
282
kembali ke kampus
283
Paksaan Dinda
284
usaha memisahkan Iza
285
penabrak adalah orang yang sial
286
pengakuan Jody
287
keputusan pak Fajrul
288
walimatul urs
289
malam pertama
290
menghadiri undangan bang Leo dan Mawar
291
keinginan Nadine
292
Mall dan Resto
293
bulan madu yang tertunda
294
bujukan dari tetua dukuh Srengseng
295
calon cucu
296
cucu kembar- Tamat
297
pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!