“Jadi itu adik ipar kami?” tanya kelima saudarinya.
Gayatri mengangguk.
“Wah, dia sangat tampan” mereka menatap Siddarth yang sedang berlatih pedang bersama Atmadewa saudara tirinya.
“Kau beruntung Gayatri. Kami perlu berbulan-bulan bahkan Mahisa sampai mengadakan sayembara hanya untuk menentukan pria yang akan dinikahi sedangkan kau hanya tinggal satu
bulan di Astapura berhasil menaklukan hati pria tampan itu” ujar Citra kakak
kelimanya.
Gayatri tidak yakin apakah dirinya seberuntung yang dikatakan kakaknya karena pernikahan mereka bukan pernikahan yang dilandasi cinta, melainkan pernikahan untuk menguatkan hubungan diplomatik.
“Hei jangan melamun, ayo persiapkan dirimu untuk lamaran besok” ajak Parvati.
Lamaran dan pernikahan berlangsung dengan khidmad tanpa ada pesta meriah seperti pesta pernikahan saudari-saudarinya yang lain. Pernikahan tanpa ada pesta meriah, murni
permintaan Siddarth karena setelah menikah mereka harus kembali berlayar ke
Astapura dan menggelar persta penyambutan keluarga baru di sana.
“Kami masih ingin berada di Dwipajaya, tapi apa daya kami juga punya tanggungjawab besar di Astapura” ujar Raja Sri Narendra berpamitan pada Raja Daneswara dan
keluarganya.
“Ayah, ibu, ipar-iparku aku akan menjaga istriku dengan baik” janji Siddarth sambil memeluk Gayatri.
Paramitha dan Sawstika melepas kepergian putri mereka dengan air mata haru. Sedangkan Raja Daneswara berusaha tetap tegar. Suatu saat semua anak-anaknya akan berumah tangga dan meninggalkan orang tua mereka.
“Jangan terlalu dipikirkan. Semuanya akan baik-baik saja” ujar Laksita ibu mertuanya.
Setelah berminggu-minggu berlayar, tibalah mereka di Astapura dan disambut dengan meriah oleh penduduk Astapura.
Gayatri di sambut dengan berbagai upacara adat penyambutan keluarga kerajaan yang baru dilanjutkan dengan pesta meriah
pernikahan mereka.
Setelah pesta berakhir, Siddarth dan Gayatri menuju bangsal para wanita.
“Istirahatlah” ujar Siddarth sambil menarik selimut menutupi tubuh Gayatri
Gayatri mentap Siddarth penuh tanda tanya.
“Besok aku harus pergi memeriksa pajak dan ada beberapa tugas penting lainnya. Sebagai informasi, selama kita belum memiliki keturunan atau selama aku belum diberi wilayah kekuasaan kau akan tinggal di bangsal wanita. Setelah memiliki keturunan kau bisa tinggal di istana utama. Aku akan datang mengunjungimu” ujar Siddarth.
Gayatri menatap Siddarth yang menutup tirai kamarnya dan berlalu begitu saja.
Gayatri berniat menemui Utari malam itu, namun mengurungkan niatnya. Dia berpikir keras tentang perbedaan tradisi di Astapura dan Dwipajaya.
Saat pernikahan, semua saudarinya mengoceh tentang malam pertama dan menceritakan kisah mereka. Ternyata malam pertamanya jauh lebih buruk dari pada rasa sakit yang mereka ceritakan.
Siddarth bahkan tidak menemaninya malam ini melainkan mengatakan akan
mengunjunginya.
Mengunjungi dalam tradisi Dwipajaya hanya diperuntukan bagi selir yang akan dikunjungi raja, bagaimana mungkin Siddarth menggunakan kata itu untuk istri sahnya.
Gayatri tidak dapat tidur dengan tenang. Beberapa kali dirinya mondar-mandir di kamar.
“Tuan puteri apa anda belum tidur?” tanya seorang wanita di balik tirai pintu kamarnya.
“Ma-af, a-ku akan segera tidur” ujar Gayatri terbata.
“Jika ada yang kau butuhkan kami siap melayani” ujar wanita di balik tirai.
“Tidak ada. Aku baik-baik saja”
“Tolong padamkan pelitanya jika anda tidur” ujar wanita itu.
Gayatri segera memadamkan pelitanya, lalu berbaring di tempat tidur sambil terus memikirkan kata-kata Siddarth.
Gayatri mulai menduga-duga kalimat selama belum memiliki keturunan tidak bisa tinggal di istana utama, jika tidak memiliki keturunan makan dia akan berakhir menjadi selir yang tinggal di bangsal wanita. Apa bedanya dia dengan pelayan-pelayan lainnya di bangsal ini. Ingin rasanya Gayatri menanggis namun wajah bahagia keluarganya membuatnya harus menguatkan dirinya sebagai istri pangeran Astapura.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments