Gayatri berhenti di depan sebuah lapangan tempat para prajurit sedang berkumpul. Tampak seorang pria sedang mengayunkan pedangnya melawan beberapa prajurit yang menyerangnya.
Pria itu dengan sigap menghalau para prajurit yang menyerbunya. Ayunan pedang yang licah, diikuti gerakan anggota tubuhnya yang meninju dan menendang lawan yang tidak terjangkau pedangnya.
Sorakan para prajurit mengema di lapangan saat pria gagah itu menghabisi satu persatu
lawannya. Gayatri tanpa sadar ikut bersorak dan bertepuk tangan. Sorakan Gayatri terdengar oleh pria gagah itu. Dia membalikan badanya untuk melihat
pemilik suara asing diantara suara para pria.
“Apa yang kau lakukan di sini, kami semua menunggumu. Cepatlah” ujar Utari sambil
menarik tangan Gayatri menjauh.
Pria gagah itu hanya bisa menatap punggung pemilik suara asing itu menjauh.
Utari, Gayatri, beserta dayang-dayang istana lainnya sedang menyulam hiasan pada bendera yang akan dikibarkan saat upacara peringatan perang.
“Bendera asli yang dibawa Putera Pandu dalam perang, sudah tidak dapat dikibarkan karena beberapa bagiannya telah rusak. Karena itu kami menggantinya dengan replika yang baru”
Utari menatap Gayatri yang tampak melamun.
“Gayatri, Gayatri” Utari mengguncangkan tubuh Gayatri.
“Aku sedang memikirkan pria gagah yang kulihat di lapangan istana” Jawab Gayatri jujur.
Utari tersenyum jenaka mendengar jawaban Gayatri.
“Dia putra ketiga Raja Sri Narendra, Siddarth. Banyak gadis yang terpesona padanya”
“Siddarth, nama yang bagus”
“Berhentilah memikirkannya, Siddarth hanya tertarik pada perang dan kekuasaan”
“Perang? Bukankah Astapura memiliki hampir semua wilayah Hindustan?”
“Tentu saja, Raja Sri Narendra memiliki impian menyatukan seluruh Hindustan agar kelak tidak terjadi perang saudara seperti satu abad yang lalu”
Mereka menyelesaikan sulaman bendera itu dan membawanya ke istana. Mereka kembali melewati lapangan tempat latihan prajurit, namun sepertinya mereka sedang
beristirahat.
Gayatri tidak melihat gerombolan prajurit seperti tadi pagi, melainkan hanya menemukan satu pasukan prajurit yang sedang berjaga.
Ada rasa kecewa di hatinya karena dia masih ingin menatap pria itu, namun segera
ditepiskan pikiran kotor itu. Dia harus tetap bermartabat seperti yang diajarkan ibunya agar selalu menjaga pandangan dan sikapnya.
Utari lagi-lagi tersenyum melihat tingkah lucu Gayatri, yang mengeleng-gelengkan kepalanya sambil mengedipkan matanya.
Utari mengajak Gayatri mengitari istana Astapura dan memperkenalkan semua bangunanya.
Dari sekian banyak bangunan, ada satu bangunan yang berada di paling belakang
istana.
“Bangunan apa itu?” Tanya Gayatri pada Utari yang tidak mengizikan dia mendekat ke arah bangunan tersebut.
Utari tampak ragu untuk menjawabnya, tetapi karena desakan Gayatri dia terpaksa memberitahukan kepada Gayatri.
“Itu tempat tinggal para penari istana. Mari kita tinggalkan tempat ini”
“Benarkah ini hanya tempat tinggal para penari?” ujar Gayatri yang menatap Utari penuh selidik.
Utari melihat kiri dan kanan sebelum membisikan sesuatu pada Gayatri.
Setelah mendengar kata-kata yang dibisikan Utari, mereka berdua bergegas meninggalkan tempat itu.
Karena terburu-buru Gayatri menabrak seseorang dihadapannya. Dirinya hampir terjatuh namun segera di selamatkan oleh pemilik tubuh yang ditabraknya.
Gayatri segera menyingkirkan tangan pria itu dan berdiri tegap di hadapanya. Dia tidak ingin ada rumor aneh hanya karena diselamatkan oleh pria itu.
“Salam Siddarth” ujar Utari memberi salam pada adik iparnya.
“Salam kakak ipar”
Siddarth menatap Gayatri yang tampak menunduk.
“Kakak ipar, apa hukumannya bagi seorang gadis yang diam-diam mengintip seorang pria berlatih pedang”
Gayatri tersinggung mendengar ucapan Siddarth. Dia tidak bermaksud bertindak tidak sopan, melainkan hanya kebetulan lewat dan menyaksikan pria itu berlatih. Lagi pula kata mengintip terlalu berlebihan, karena latihan itu dilakukan di lapangan terbuka.
Namun lidah Gayatri seolah kelu. Dia tidak mampu membela dirinya. Tatapan pria itu
mengintimidasinya, tidak heran dia hanya menyukai perang dan kekuasaan.
“Maafkan kami jika saudariku berlaku tidak sopan. Perkenalkan ini putri Raja Daneswara dari Dwipajaya Nusantara, namanya Gayatri”
Utari memperkenalkan Gayatri yang spontan mengatupkan tangan tanda memberi salam pada Siddarth.
“Tuan Siddarth, Raja ingin menemuimu” ujar seorang prajurit yang datang membawa pesan dari raja.
“Aku akan segera menemuinya” ujar Siddarth yang sekali lagi melirik Gayatri.
Gayatri melakukan hal yang sama membalas lirikan Siddarth. Tatapan tajam pria itu seolah mengisaratkan “Kita akan bertemu lagi”.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments