Setelah mereka puas bermain di danau, Axel mengajak mereka untuk berbelanja.
Amanda memilihkan beberapa pakaian yang sangat cantik untuk Ana dan Britney, juga dirinya sendiri.
Amanda sangat bahagia karena dia bisa membelikan beberapa baju untuk Britney dan Ana. Setelah berbelanja, Axel mengajak mereka pulang ke hotel yang Axel tempati untuk makan malam bersama Victor dan Laila.
Setibanya di kamar suit Victor dan Laila, mereka disambut oleh keceriaan calon ibu mertuanya tersebut.
"Halo gadis kecil, siapa namamu?" Tanya Laila yang begitu penasaran dengan anak kecil yang dibawa oleh anak dan calon menantunya tersebut.
"Namaku Anastasia. Tapi semua orang memanggilku Ana."
Jawab Ana dengan celotehan manisnya.
"Oh ya ampun, lihatlah gadis kecil ini. Kau sangat pandai bicara. Kalau begitu panggil aku nenek Laila, sayangku."
"Halo nenek Laila."
Victor pun mendekati Ana dan berjongkok di depan gadis kecil itu.
"Katakan kepada kakek Victor, gadis kecil, apa kau sudah lapar?"
Ana mengangguk pelan dengan senyum malu-malu.
Dengan gemas dan kekehan, Victor mengangkat Ana kedalam gendongannya.
"Anak siapa ini, nak?"
"Dia anak dari sahabat Amanda, ayah. Entah kenapa dia sangat menempel kepada kami sejak awal bertemu."
Jawab Axel sambil memarkirkan tangannya di pinggang Amanda yang membuat wanita itu sedikit bersemu merah.
"Karena gadis kecil kita sudah lapar, ayo kita makan sekarang."
Victor menyuruh salah satu anak buahnya untuk memanggil koki dan menyiapkan makan malam untuk mereka.
"Sudah waktunya kalian menikah dan memiliki anak. Agar gadis kecil ini juga memiliki teman."
Kata Laila dengan spontan.
"Ibu, bersabarlah bu. Kita akan menunggu Amanda hingga dia siap menikah denganku, bu."
Laila dan Victor pun tersenyum bahagia, mereka memperlakukan Ana seperti cucu mereka sendiri. Celotehan Ana mampu membuat mereka bersenang-senang malam ini, hingga tidak terasa sudah waktunya Axel dan Amanda mengantar Ana pulang.
Amanda melihat lagi ke layar ponselnya untuk mencari alamat Britney. Setelah menemukannya di kotak masuk pesan, mereka segera melaju ke alamat yang diberikan oleh Britney.
Setibanya di rumah Britney, Amanda menjadi sangat sedih. Yang Amanda ingat dulu, Britney tinggal di rumah yang besar dan memiliki banyak kamar. Tapi sekarang dia tinggal di sebuah flat kecil yang hanya memiliki satu kamar tidur dan sebuah dapur.
Setelah membaringkan Ana yang tertidur pulas di pelukan Amanda selama dalam perjalanan, mereka beralih ke ruang tamu dimana Axel menunggu.
"Duduklah Amanda, kau mau teh? Aku masih menikmati teh yang sama dengan teh yang kita nikmati saat sekolah dulu."
"Maaf Britney lebih baik kami pulang karena ini sudah malam. Besok aku akan mengunjungimu di restauran." Tolak Amanda dengan halus dan tersenyum.
"Well, dia benar. Jika aku tidak mengantar Amanda pulang sekarang, om James bisa menghajar ku. Wajahku sudah banyak luka, aku tidak mau menambah luka itu." Kata Axel berusaha melucu dan berhasil. Kedua wanita itu terkekeh.
"Baiklah, aku akan mengantar kalian ke bawah."
"Tidak usah repot-repot, Britney. Kau jaga saja Ana. Kami sudah tau jalan keluarnya. Jangan lupa, aku akan mengunjungimu besok."
"Baiklah Amanda."
Kedua wanita itu berpelukan dengan sangat erat. Mereka sebenarnya terlihat enggan mengakhiri pertemuan mereka hari itu.
"Selamat malam, Britney. Mimpi yang indah."
"Kau juga."
Pasangan itu langsung pulang menuju ke rumah Amanda setelah mereka keluar dari flat Britney.
Di dalam perjalanan Amanda mengatakan keresahan yang ada di dalam hatinya kepada Axel.
"Aku khawatir dengan pertumbuhan Ana jika mereka tinggal di lingkungan seperti itu. Dulunya Britney tinggal di rumah yang besar, sekarang mereka hanya tinggal di flat kecil."
"Lalu, apa yang akan kau lakukan tentang itu, sayang?"
"Ayah dan ibuku menganggap Britney seperti putri mereka sendiri. Aku ingin mencoba berbicara dengan mereka agar Britney dan Ana bisa tinggal bersama kedua orang tuaku."
"Setidaknya ada yang menjaga Ana ketika ibunya sedang bekerja. Lagi pula jarak dari rumah ayah ke restauran lebih dekat dari pada jarak dari flat Britney ke restauran."
"Kau harus membicarakan hal ini dulu kepada Britney, sayang. Jangan sampai dia tersinggung, dan persahabatan kalian kembali retak."
"Tentu saja. Aku akan membicarakannya dengan Britney."
⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️
James mengintip melalui jendela dan melihat mobil Axel tiba di pekarangan rumahnya.
James sudah siap untuk berakting menjadi ayah yang galak, tapi saat membuka pintu depan rumahnya dan melihat kesedihan di wajah Amanda, James mengurungkan niatnya.
Melihat ayahnya Amanda langsung memeluk ayahnya dengan erat.
"Ada apa nak?" Tanya James sambil memeluk kembali putrinya dan menatap Axel dengan tajam.
Axel mengangkat kedua tangannya sebatas dada dan mengatakan tanpa suara "Bukan aku."
"Masuklah, sayang. Aku akan menjemputmu besok siang." Kata Axel dengan lembut.
"Siapa bilang kau boleh pergi!" Suara James sudah seperti ingin membunuh. Axel merinding mendengar suara James yang seperti itu.
"Ayah! Jangan marah-marah!" Protes Amanda.
"Ayo masuk, Axel."
Dengan menggandeng tangan Axel masuk kedalam rumah membuat James bingung, mengerutkan dahinya dan berkata dalam hati "Ada apa dengan putriku yang manja ini."
Setelah masuk kedalam rumah Amanda melihat ibunya masih di dapur, wanita itu pun menarik tangan Axel untuk masuk kedalam dapur.
Axel senang-senang saja karena untuk pertama kalinya Amanda berinisiatif menggandeng tangannya.
Saat Irene melihat putrinya, wanita paruh baya yang masih terlihat sangat muda itu bertanya "Kau sudah pulang?"
"Ibu, aku bertemu dengan Britney." Irene yang sedang membersihkan bak cuci piring itu pun menghentikan kegiatannya dan mematikan air.
"Kau bertemu dengannya?"
Tanya James dengan lembut yang baru saja masuk ke dapur menyusul Axel dan Amanda.
"Sayang, Britney hidup susah beberapa tahun belakangan. Keluarganya membuangnya."
"Aku tau bu. Kami sudah berbicara tentang itu dan kami sudah berbaikan."
James dan Irene saling bertukar pandang lalu James berinisiatif bertanya.
"Kalian sudah berbaikan?"
"Iya ayah. Kami sudah berbaikan."
"Lalu kenapa kau malah terlihat sedih?"
Amanda menghela nafas pelan, lalu menceritakan kejadian siang itu kepada kedua orang tuanya. James dan Irene tidak menyangka bahwa Britney sudah memiliki seorang putri berusia 3 tahun.
"Dan mereka tinggal di flat kecil dengan lingkungan yang kurang baik, bu. Aku sedih karena aku tidak bisa membantu mereka."
"Well, jadi sekarang, kau mau bagaimana, sayang?" Tanya James kepada putrinya yang kira-kira dia sudah tau akan jawabannya.
"Eemm, ayah, bisakah mereka tinggal bersama kalian?"
Irene dan James mengangkat kedua alis tanda sudah mengerti dengan permintaan putri semata wayangnya tersebut.
"Kurasa kita akan mengadopsi seorang putri lagi, suamiku."
"Dan seorang cucu." Tambah James dengan penuh makna.
"Well, kurasa tidak ada masalah. Rumah kita memiliki banyak kamar kosong kan."
Kata Irene kepada suaminya.
"Kurasa kita harus menyiapkan kamar untuk cucu yang sudah berumur 3 tahun."
"Tunggu! Tunggu! Aku harus bicara dulu dengan Britney, kalian tidak bisa memutuskan begitu saja!" Protes Amanda kepada orang tuanya yang terlalu bersemangat.
"Oh, ya. Kau harus bicara dulu dengannya."
Kata James sambil tersenyum.
"Tidak! Tidak! Kita semua yang harus bicara dengannya. Jadi undang lah dia untuk makan malam bersama kita, besok."
James merubah kata-katanya setelah berpikir sejenak.
Axel yang melihat interaksi keluarga tersebut menjadi terkagum-kagum. Keluarganya bahkan tidak seseru keluarga Amanda.
"Besok datanglah untuk makan malam, son. Ajak orang tuamu juga." Putus James.
"Sekarang, pulang lah. Karena ini sudah malam." Kata James mengusir Axel pulang.
"Baiklah, om. Aku akan memberitahu ayah dan ibuku."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
JANGAN LUPA LIKE DAN VOTE NYA YA GUYS.. THANK YOU 🙏🏻🙏🏻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Agna
boom like dari episode awal Thor, menurutku kisahmu indah, semangat ya Thor..💪🙏🤗
2020-10-10
0