Ketika mereka tiba di rumah James, Irene menyambut mereka dengan khawatir.
"Apa yang terjadi, sayang?"
"Seseorang membuat keributan di rumah kita. Tapi semuanya sudah diatasi dengan baik, jadi kau tidak perlu khawatir, Irene."
Irene memeluk suaminya, dan James mengelus lembut kepala istrinya. Axel melihat semua itu dan berdeham pelan.
"Apa sebaiknya aku pergi saja?"
Irene melepas pelukan dari suaminya sambil berpaling menatap Axel dan membelalakkan mata.
"Ya ampun, son, apa yang sudah terjadi? Apa kau baik-baik saja?"
Irene mulai mendekati Axel dan memperhatikan wajah Axel dengan seksama.
"Aku baik-baik saja, tante."
"Baiklah, ayo kita ke dapur, aku akan membuatkan sarapan untuk kalian."
Axel menempel kepada Amanda, dia sangat protektif. Hal itu tidak luput dari perhatian James, dan pria paruh baya itu sangat bahagia Axel begitu mencintai putrinya.
"Kau mau melihat putri-putri mu?"
Amanda bertanya kepada Axel dan pria itu pun mengangguk dan berkata sambil tersenyum.
"Tentu saja. Aku sudah merindukan mereka."
Sesampainya di dapur, Amanda mendekati salah satu jendela, dan di dekat jendela itulah bayi-bayi itu berada.
Axel sangat terkejut melihat lengkapnya perabot untuk bayi-bayi tersebut.
"Ayah akan mengadopsi bayi yang ini." Kata Amanda sambil menunjuk salah satu bayi-bayi itu sambil berjongkok.
"Nantinya, salah satu kamar yang kosong di rumah ini akan dijadikan kamar untuk Alicia."
"Alicia?" Tanya Axel bingung.
"Ayah menamainya Alicia."
Axel mengangkat kedua alisnya dan berkata "Nama yang cantik."
"Apa kau belum menamai yang lainnya, son?" Tanya James menimpali obrolan kedua sejoli itu.
"Belum, aku belum memikirkan nama untuk mereka."
"Bagaimana kalau kita menamainya bersama-sama?"
Tanya Amanda dengan bersemangat.
"Boleh saja. Kau sudah memiliki nama untuk mereka?"
"Bagaimana jika Joey, Ritta, dan Selly."
"Baiklah, tapi mereka harus mengikuti nama keluargaku, Mallcom."
James terkekeh dan menjawab
"Kecuali yang satu itu harus mengikuti nama keluargaku tentu saja."
"Alicia Miller."
⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️
Setelah sarapan pagi yang menyenangkan, Axel pamit pulang karena harus bekerja walaupun dari kamar hotelnya.
"Aku harus bekerja sekarang, tapi aku akan menjemputmu siang ini. Makan siang lah denganku Amanda."
Amanda tersipu malu dan mengangguk.
"Baiklah, aku akan menjemputmu tepat jam 12."
Setelah mobil axel tidak terlihat lagi, Amanda masuk kedalam rumah dan langsung ke kamarnya. Dia mandi dan berganti pakaian, setelah itu dia turun ke bawah untuk membawa bayi-bayi mungil itu berjemur di halaman belakang rumahnya.
15 Menit kemudian Amanda membawa masuk kembali bayi-bayi itu dan meletakkannya di tempat semula. Ia lalu melangkah ke ruang tamu dan duduk di samping ayahnya dan dengan manja Amanda menyandarkan kepalanya di bahu ayahnya.
"Ada apa, sayang?"
"Aku sangat bahagia, ayah. Axel begitu memperhatikanku."
"Ayah bisa melihat itu, nak. Dia seperti Victor, sangat bertanggung jawab."
Amanda mengangkat kepalanya dan mengubah posisi duduknya hingga menghadap ayahnya.
"Apa ayah tau, saat pertama kali bertemu dengan Axel, aku begitu terpesona dengan mata birunya."
"Ayah tau, nak. Dari dulu kau sangat suka dengan pria bermata biru. Bahkan saat kau masih anak-anak." James terkekeh mengenang masa lalu.
"Ayah! Bagaimana ayah bisa tau?"
James kembali terkekeh dan berkata
"Semua pria yang pernah kau ajak ke rumah, semuanya bermata biru. Bahkan pria tadi pagi juga bermata biru. Kurasa Axel beruntung karena mewarisi mata biru Laila. Jika dia mewarisi warna mata Victor, kau akan berpikir berkali lipat."
James tertawa sendiri dengan pernyataannya yang membuat Amanda menggerutu.
Setelah James berhenti tertawa, pria paruh baya itu menasehati putrinya.
"Dengar sayang. Walaupun Axel terlihat baik, tetap saja dia seorang pria. Sebelum dia bisa membuktikan cintanya padamu, kau harus berhati-hati."
"Iya ayah." Kata Amanda sambil tersenyum manis dan James selalu luluh dengan senyuman itu. Senyuman yang sangat mirip dengan milik Irene.
⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️
Saat Amanda sedang bersiap-siap untuk pergi makan siang dengan Axel, ponselnya berdering menandakan pesan masuk.
Amanda mengambil ponselnya dan membuka pesan tersebut.
Sayang, aku akan sedikit terlambat. Ada beberapa hal yang harus aku selesaikan terlebih dahulu. Tidak akan lama, mungkin hanya terlambat 30 menit. Tunggu aku sayangku. ~Axel~
Baiklah, aku akan menunggumu. ~Amanda~
Setelah membalas pesan dari Axel, Amanda melanjutkan dengan memilih pakaian apa yang akan dia kenakan.
Setelah membongkar lemarinya, Amanda memutuskan untuk mengenakan celana kulot panjang hitam dipadukan dengan kemeja sifon tanpa lengan berwarna putih.
Setelah Amanda turun ke bawah, dia memutuskan untuk menunggu Axel sambil berbincang dengan ibunya di dapur.
"Kau akan makan siang dengan Axel?"
"Iya, bu. Tapi Axel bilang dia akan terlambat 30 menit karena ada beberapa hal uang harus dia selesai terlebih dahulu."
"Kurasa, dia pria yang bertanggung jawab."
"Apa ibu juga memiliki pikiran seperti itu?"
"Jika dia pria yang tidak bertanggung jawab, dia tidak akan memberi kabar padamu dia akan terlambat atau tidak."
Amanda memikirkan perkataan ibunya sambil menatap gelas berisi air yang ada di hadapannya di atas meja.
"Kurasa kau benar, bu."
Tidak lama kemudian bel pintu berbunyi dan James yang berada di ruang tamu membukakan pintu rumah untuk tamunya.
"Selamat siang om James."
"Selamat siang Axel, kau mau menjemput Amanda?"
"Benar, om."
"Masuklah, Amanda berada di dapur bersama tante Irene."
James sudah terbiasa melihat bunga mawar putih yang dikirimkan atau dibawa oleh Axel ke rumahnya.
"Selamat siang tante."
Sapa Axel kepada Irene sambil mendekati kedua wanita itu.
"Selamat siang, son." Jawab Irene sambil tersenyum.
"Ini untukmu, sayang."
Kata Axel sambil memberikan bunga yang ia bawa untuk Amanda.
"Terima kasih." Kata Amanda sambil tersenyum dan menerima bunga pemberian Axel.
Setelah berbincang sebentar dengan James dan Irene, Axel pamit untuk mengajak Amanda pergi makan siang dan berkencan.
Ketika akan pergi Amanda bingung mencari dimana sepatu flat yang ia tinggalkan di rumah orang tuanya.
"Bu, apakah kau melihat sepatu yang kutinggalkan disini?"
"Sepatu hitam itu?" Amanda pun mengangguk.
"Sepatu itu ada si gudang belakang."
"Yah, sayang sekali. Kalau begitu aku akan mengambil sepatuku yang lain di kamarku."
Saat Amanda naik ke kamarnya, Axel mengatakan kepada James dan Irene bahwa pria itu akan melamar Amanda secepatnya dan mereka akan mengadakan pesta pertunangan disini sebelum Amanda kembali bersamanya ke kota mereka.
James dan Irene setuju dengan permintaan Axel. Dan Axel juga meminta agar mereka merahasiakan rencana ini dari Amanda. Pria itu ingin membuat kejutan untuk wanita yang dicintainya.
.
.
.
.
.
.
.
.
JANGAN LUPA LIKE DAN VOTE NYA YA GUYS.. THANK YOU 🙏🏻🙏🏻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments