Axel membawa Amanda ke salah satu restauran yang terkenal di kota itu. Setelah turun dari mobil, Axel membukakan pintu untuk Amanda.
Axel melingkarkan tangan Amanda ke lengan kekarnya dan mereka berjalan masuk ke restauran dengan beriringan.
Saat memasuki restauran, Amanda bernostalgia karena dia sering makan siang disana bersama teman-temannya.
Amanda dan Axel memilih tempat duduk di sebelah jendela besar agar bisa menikmati makanan sambil melihat jalanan kota.
Ketika mereka asyik berbincang sambil memilih menu makanan, seseorang menegur Amanda dari belakang.
"Amanda!"
Mendengar suara yang begitu dikenalnya, senyum di wajah Amanda langsung hilang.
"Amanda, benarkah ini kau?"
Suara itu semakin mendekat. Amanda semakin menegang.
"Kau kenapa sayang?"
Tanya Axel yang melihat perubahan ekspresi Amanda.
Amanda menoleh ke arah suara itu dan menunggu hingga seseorang yang memanggilnya itu tiba di hadapannya.
"Amanda! Aku merindukanmu!"
Wanita itu tiba-tiba menunduk dan memeluk Amanda dengan posisi yang tidak nyaman.
Setelah melepas pelukan itu, wanita itu kembali bertanya.
"Bagaimana kabarmu?"
Amanda diam saja sambil menatap wanita itu dengan bingung.
"Kenapa kau diam saja? Kau baik-baik saja?"
Amanda langsung berdiri dan mengambil barang-barangnya hendak pergi dari sana.
Wanita itu menahan tangan Amanda dengan pelan.
"Maafkan aku, Amanda. Untuk semua yang pernah kulakukan padamu. Aku menyesal."
Amanda melihat penyesalan di wajah wanita itu. Mata wanita itu berkaca-kaca menahan rasa penyesalannya.
Amanda menarik kasar tangannya dan hendak berlalu dari sana tapi seorang anak perempuan menarik ujung kemejanya.
"Kenapa kau membuat ibuku menangis?"
Amanda hanya diam dengan kebingungan.
Melihat itu semua, Axel menghampiri anak kecil itu dan berjongkok di hadapannya sambil tersenyum.
"Hai anak manis. Maukah kau bermain dengan paman? Biarkan ibumu dan bibi Amanda berbicara."
Anak kecil itu mengangguk dan Axel menggendongnya. Sebelum Axel pergi meninggalkan mereka, dengan satu tangannya yang bebas pria itu menyentuh pipi Amanda.
"Bicaralah dengannya, sayang. Aku akan menunggumu di ujung sana."
Kata Axel dengan menunjuk sebuah meja yang berada tidak jauh dengan mereka. Amanda hanya mengangguk mengiyakan perkataan Axel.
Setelah Axel berlalu pergi, Amanda langsung duduk lagi di kursinya semula dan menyilangkan tangannya di depan dada.
"Duduk dan bicaralah, Britney! Aku akan mendengarkan mu. Karena kau mengganggu makan siang kami, kuharap apa yang akan kau katakan itu adalah hal yang penting."
Kata Amanda dengan ketus.
Wanita bernama Britney tersebut duduk dan menundukkan wajahnya.
"Aku minta maaf padamu, Amanda. Sekarang aku tau kenapa kau selalu tidak suka jika aku berhubungan dengan Roland. Pria itu meninggalkanku dan menghilang saat aku tengah hamil. Aku minta maaf sudah menuduh mu cemburu akan hubunganku dengan Roland."
Britney menangis, dan tanpa Amanda sadari dia sudah menggenggam kedua tangan Britney di atas meja.
"Saat aku mengatakan padamu bahwa Roland bukan pria yang baik, itu karena aku melihatnya bercumbu bersama wanita lain saat masih berstatus tunanganmu. Sekarang jangan menangis lagi, Britney, kau berhak bahagia setelah melalui semua itu."
"Orang tuaku membuang ku ketika tau aku hamil dan Roland menghilang. Tapi aku sangat mencintai putriku, Amanda."
Amanda mulai melembutkan hatinya dan tersenyum.
"Dia memang mirip seperti dirimu. Dia sangat cantik."
Britney berbalik menggenggam kedua tangan Amanda dan dengan berharap dia bertanya.
"Bisakah kita menjadi teman lagi, Amanda?"
Amanda tersenyum dan mengangguk
"Tentu saja bisa. Kau sahabat yang tidak pernah tergantikan di hatiku. Walaupun kau sudah melakukan kesalahan. Oh ya, siapa nama putrimu?"
"Aku menamainya seperti nama tengahmu. Anastasia. Anastasia Williams. Kuharap dia memiliki hati yang baik sepertimu, Amanda."
Tiba-tiba Anastasia menghampiri Amanda dan bertanya.
"Bibi, apa benar nama bibi juga Anastasia?"
Amanda tersenyum dan mengangkat Anastasia ke pangkuannya.
"Itu benar, sayang. Karena kau adalah keponakanku yang paling cantik, jadi aku memberikan nama tengahku padamu."
"Apakah aku akan cantik seperti bibi saat aku besar nanti?"
Amanda dan Britney terkekeh oleh ocehan Anastasia.
"Tentu saja kau akan secantik bibi mu saat kau besar nanti." Axel menjawab pertanyaan Anastasia.
"Kalau begitu, maukah paman menikah denganku?" Tanya Anastasia kembali yang membuat mereka semua tertawa.
"Tidak bisa, sayang. Karena aku akan menikahi bibi mu. Bagaimana jika saat kau besar nanti, kita akan mencari calon suami untukmu bersama-sama?"
"Baiklah. Paman janji?" Kata Anastasia dengan senyum yang cantik karena kedua lesung pipinya.
"Aku berjanji padamu."
"Baiklah, karena sekarang kita sudah berkumpul, ayo kita makan siang bersama." Ajak Amanda.
"Maaf, Amanda, aku tidak bisa. Karena aku bekerja disini."
Amanda membelalakkan matanya.
"Apa maksudmu bekerja disini?"
"Aku tidak bisa menyelesaikan kuliahku karena saat itu aku sedang hamil Anastasia. Jadi aku mengambil kerja sambilan disini sebagai pelayan. Sekarang aku sudah menjadi asisten manager. Dan aku punya pertanyaan, apa kalian akan menikah?"
Seketika itu juga pertanyaan Britney membuat wajah Amanda memerah malu.
"Well, aku berencana untuk melamarnya. Tapi kurasa, aku masih harus menunggu hingga dia siap. Aku akan tetap menunggumu hingga kau siap sayang."
Amanda makin merah padam, dan dia berusaha untuk mengubah topik pembicaraan.
"Well, aku lapar sekali. Bisakah kita makan siang sekarang?"
"Tentu saja, silahkan memilih menu. Oh ya, menu andalan kami disini adalah Tenderloin steak. Masakan koki kami untuk menu yang satu itu sangat spesial. Aku akan meninggalkan kalian untuk makan siang, ayo Ana, jangan ganggu tamu kita yang sangat spesial ini."
"Tapi aku masih ingin disini, bu. Bibi, bolehkah aku tetap disini bersamamu?"
Tanya Anastasia kecil dengan sangat manja.
"Tentu saja sayang. Biarkan dia makan siang bersamaku Britney, kurasa dia juga pasti sudah lapar. Benar kan Ana sayang?"
Anastasia mengangguk dengan semangat lalu berkata
"Aku ingin makan pasta daging dan puding cokelat, bibi."
"Baiklah, ayo kita pesan makanan yang kau mau."
Setelah mereka selesai memesan makanan yang sesuai dengan selera makan mereka siang ini, Axel dan Amanda mengajak Ana berbincang dan bercanda.
Axel sangat senang melihat Amanda yang sangat terlihat sabar menghadapi anak kecil. Axel menjadi tidak sabar untuk segera menikahi Amanda dan memiliki anak.
"Bagaimana jika setelah ini kita mengajak Ana untuk jalan-jalan ke danau, apa kau mau?"
Amanda mengangguk senang begitu juga Ana.
"Nanti paman akan meminta ijin kepada ibumu, bagaimana?"
Ana mengangguk senang dan terlihat sangat bahagia. Tidak lama kemudian makanan pun dihidangkan di meja mereka dan mereka langsung melahap makan siang mereka dengan nikmat.
Setelah makan siang, Axel dan Amanda meminta ijin kepada Britney untuk mengajak Ana berjalan-jalan di taman, dan Britney pun mengijinkan mereka dengan senang hati. Britney merasa senang dia tidak lagi sendiri dan sahabat terbaiknya telah kembali.
Amanda dan Britney pun bertukar nomor ponsel untuk saling bertukar kabar dikemudian hari.
"Kirimkan alamat mu, nanti aku akan langsung mengantar Ana ke rumahmu setelah makan malam."
"Baiklah."
Setelah itu Britney memeluk putrinya dengan sangat erat. "Kau tidak boleh nakal saat bersama bibi dan paman, apa kau mengerti?"
"Mengerti bu." Jawab Ana dengan bibir mungilnya.
"Baiklah, ayo kita berangkat putri kecil." Kata Axel sambil menggendong Ana dan menggandeng tangan Amanda untuk keluar dari restauran tersebut. Mereka terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia. Britney berdoa dalam hati agar sahabatnya bisa mendapatkan kebahagiaan yang besar, tidak seperti dirinya.
Setibanya mereka di danau, Axel mengajak Ana naik perahu. Karena Amanda tidak bisa berenang dan takut jatuh kedalam air, dia sangat menolak keras menaiki perahu itu.
"Aku akan menunggu disini saja. Aku tidak bisa berenang, kalau jatuh bagaimana?"
"Baiklah sayang. Tunggu aku disini, dan jangan kemana-mana."
Amanda tersenyum dan mengangguk, Axel mencium kening Amanda sekilas dan membuat wanita itu semakin merasakan getaran-getaran di hatinya.
"Ayo kita naik perahu, putri kecil."
"Up, Up." Kata Ana meminta gendong kepada Axel sambil merentangkan kedua tangannya ke atas di depan Axel.
Axel langsung menggendong Ana yang berusia 3 tahun itu. Amanda memperhatikan mereka berdua dari kejauhan, entah apa yang dibicarakan keduanya, mereka berdua terlihat senang dan tertawa bersama.
"Well, dia memang family man material."
Gumam Amanda dengan pelan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
JANGAN LUPA LIKE DAN VOTE NYA YA GUYS.. THANK YOU 🙏🏻🙏🏻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments