Melihat reaksi amanda, axel langsung meminta izin untuk bicara berdua dengan amanda.
"Silahkan, nak. Kau bisa pakai ruang kerjaku untuk bicara berdua dengan putri tercintaku." James menekankan kata putri tercintaku saat berbicara dengan axel.
Axel yang notabene seorang pebisnis handal tanpa adanya rasa takut, kali ini dia terlihat sedikit ragu-ragu untuk menghadapi James.
"Bicaralah berdua nak. Setelah itu kita makan malam." Kata James dengan sayang kepada amanda sambil mengelus pelan kepala putrinya tersebut.
"Baiklah, yah."
Amanda berlalu pergi bersama Axel menuju ke ruang kerja ayahnya. Setibanya disana amanda langsung bertanya tanpa basa-basi lagi.
"Apa maksudmu, axel?"
"Dengarkan aku dulu, amanda. Aku memang menyetujui perjodohan ini, tapi aku tidak memaksamu. Kita bisa melakukan penjajakan terlebih dahulu sebelum melangsungkan pernikahan. Dan ayolah, apa kau tidak melihat kebahagiaan di wajah orang tua kita?"
"Jangan bawa-bawa orang tua dalam masalah ini."
"Amanda.." Axel menghembuskan nafasnya dengan frustasi berusaha menenangkan diri.
Dengan pelan axel berjalan ke arah amanda dan mengulurkan kedua tangannya berharap amanda mau menerima uluran tangannya. Tanpa diduga axel, wanita itu malah menyilangkan tangannya di depan dada.
Dengan berat hati axel menurunkan uluran tangannya dan kembali berkata
"Aku jatuh cinta padamu, amanda. Dan aku tau kau dekat dengan adam. Tapi berilah aku kesempatan. Akan kubuktikan padamu aku tulus mencintaimu."
Mendengar pernyataan cinta axel yang tiba-tiba amanda merasa bagai tersambar petir.
"Adam bukanlah pria baik untukmu, amanda. Dia hanya mempermainkanmu."
"Tau apa kau tentang adam! Kau bahkan tidak mengenalnya!"
Dengan emosi amanda meluapkan kemarahannya karena axel membicarakan adam.
"Aku tau! Adam Watson adalah seorang karyawan di perusahaanku. Dia banyak melakukan affair dengan wanita-wanita di kantorku hanya untuk memperlancar jenjang karirnya. Kau mau bukti?"
"Lihat ini!"
Axel menunjukkan ponselnya dan disana terpampang adam sedang berciuman dengan wanita lain di depan sebuah hotel.
"Foto itu diambil hari ini."
Mendengar apa yang dikatakan axel, amanda sangat terpukul. Dia tidak menyangka bahwa adam, pria yang dia idamkan selama ini adalah seorang playboy.
Amanda hampir menangis tapi dengan cepat axel menarik tangannya dan berkata
"Kumohon jangan menangis. Pria itu tidak pantas mendapatkanmu apa lagi air matamu. Kumohon."
Karena amanda masih syok dengan semua ini dia berjalan perlahan-lahan mendekati sofa di ruang kerja ayahnya dan duduk disana.
Axel menghampirinya dan berlutut didepan wanita itu.
"Kumohon amanda. Jangan menangis. Maafkan aku. Jika kau tidak bisa menerima perjodohan ini, tidak apa-apa. Tapi jangan berhubungan lagi dengan adam. Diluar sana masih banyak pria yang lebih baik darinya."
Satu tetes air mata lolos dari mata amanda. Wanita itu bingung, disisi lain dia bahagia karena pria tampan dengan mata biru cerah di hadapannya ini sangat tergila-gila kepadanya. Tapi disisi lain dia sangat kecewa karena adam hanya mempermainkannya.
Dengan lemah dan menatap tepat pada manik mata axel, amanda berkata "Aku menerima perjodohan ini."
Axel tersenyum lembut sambil memegang kedua tangan amanda yang kali ini dibiarkan olehnya.
"Dengan syarat, kita penjajakan dulu."
"Tidak masalah. Kita bisa penjajakan dulu selama yang kau mau. Dan bila selama waktu itu kau tetap tidak bisa menerimaku, aku sendiri yang akan membatalkan perjodohan ini. Sekarang, jangan menangis lagi. Tersenyumlah, aku sebagai penggemarmu, tidak suka melihat kau menangis."
Kata-kata terakhir axel mampu membuat amanda tersenyum dan tidak lagi bersedih.
"Apa kau tau aku bisa dibunuh om James jika aku membuatmu menangis?"
Seketika amanda tertawa dengan kencang mendengar pernyataan axel.
"Kau takut pada ayahku?"
"Tentu saja! Om James sudah seperti ayahku sendiri. Bahkan ayahku juga akan membunuhku jika dia melihatmu menangis. Taukah kau bahwa ibuku juga terlihat mengerikan jika sedang marah?"
"Benarkah?" Kata amanda sambil terkekeh.
"Yang pasti, aku lebih suka melihatmu tersenyum dan tertawa. Kau lebih cantik jika tersenyum."
"Jadi aku hanya cantik ketika tersenyum?"
"Tidak, menangis saja kau sudah cantik. Tapi aku tidak suka melihatmu, orang yang kucintai menangis. Apa lagi karena aku. Kau boleh menghukum ku jika aku membuatmu sedih."
"Baiklah. Jadi karena kau sudah membuatku menangis tadi, aku akan memberimu hukuman."
"Apa hukumannya?"
"Besok pagi kau harus menemaniku dan ayahku lari pagi. Kau harus sudah berada di rumah ini jam 6 pagi."
"Baiklah, my lady. Aku menerima hukumanku. Tapi aku juga akan meminta hadiahku."
"Hadiah apa?"
"Kau sudah berjanji untuk memberiku hadiah karena aku mengijinkan ayahmu mengadopsi salah satu putriku."
"Hadiah apa yang kau minta?"
"Nanti saja aku mengatakan kepadamu. Sekarang ayo kita makan malam. Aku sudah lapar. Karena aku terlalu sibuk hari ini, aku melupakan makan siang ku."
"Kau ini bagaimana, sesibuk apapun, kau tidak boleh melupakan jam makan mu!"
Axel tersenyum mendengar ocehan amanda. "Kenapa kau malah tersenyum seperti itu! Apa kau mendengarku?!"
"Aku senang kau mulai mengkhawatirkan aku."
Wajah amanda langsung bersemu merah mendengar perkataan axel.
"Lihatlah, dia imut sekali jika wajahnya bersemu merah begini." Dalam hati axel berbicara sendiri.
"Ayo kita makan malam." Ajak axel kemudian berdiri dan menarik tangan amanda menuju ke ruang tamu.
"Kalian lama sekali. Ibu sudah lapar." Kata Laila dengan ngambek.
"Jangan marah bu. Kami sudah setuju untuk mulai penjajakan terlebih dahulu."
Dengan wajah ceria keempat orang tua itu saling memeluk axel dan amanda bergantian mengucapkan selamat.
Saat makan malam, sangat terlihat axel memperhatikan amanda dengan teliti. Mulai mengambilkan makanan kedalam piring kosong amanda, hingga menuangkan air kedalam gelasnya.
Amanda menikmati segala perhatian axel, dan pria itu juga menikmati perhatian yang dia berikan kepada amanda.
Kedua orang tua mereka pun senang melihat mereka berdua yang kelihatan sangat serasi.
Setelah makan malam selesai, amanda memotong cake yang sudah ia siapkan dan membagikannya.
"Axel, ini adalah cake buatan amanda. Dulu dia sering sekali mengirimkan cake ini ke rumah waktu kau masih kuliah di London."
"Benarkah bu?"
"Iya, dan cake ini rasanya sangat lezat. Ibu pernah membawakan cake ini padamu saat ibu berkunjung ke London. Apa kau ingat?"
Amanda tersenyum malu saat mendengar pujian dari Laila.
"Cake cokelat yang ibu bawa itu?" Kata axel dengan mata yang berbinar.
"Benar sayang."
"Cake itu sangat lezat bu. Aku bahkan sering sekali mencari cake cokelat yang seenak itu sampai sekarang, tapi aku tidak menemukannya di toko kue manapun."
Wajah amanda semakin memerah mendengar perkataan axel. Pria itu langsung memakan cake nya setelah mengatakan semua itu karena penasaran dengan rasanya.
"Oh bu, ini rasa cake yang sama. Ini lezat sekali, amanda." Kata axel sambil benar-benar menikmati cake cokelat itu hingga memejamkan matanya.
Memperhatikan wajah axel ketika sebahagia itu memakan cake buatannya, amanda tersenyum dan hatinya pun menghangat.
"Dia pria yang sangat baik. Kurasa tidak ada salahnya aku mencoba untuk mengenalnya terlebih dahulu." Kata amanda dalam hati.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
JANGAN LUPA LIKE DAN VOTE NYA YA GUYS.. THANK YOU 🙏🏻🙏🏻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments