Minggu, 20 September 20xx
07:00
Puspa mendudukkan dirinya di kursi. Ia baru pulang dari pemakaman Ibunya.
Bapak Puspa mengambil segelas air dan meletakkan di meja.
"Minum dulu, Nak"
Puspa hanya menoleh sekilas kemudian ia mendongakkan kepalanya menatap langit-langit
"Bulan ini, bulan kesedihan ya, Pak. Ujian bergitu berat melebihi ujian di sekolah" Guman Puspa
"Nak, Bapak minta maaf" Lirih
"Hmmm.. Ibu mengatakan bahwa aku jangan sampai membencimu Pak, padahal dalam lubuk hati Puspa sangat kecewa pada Bapak." Puspa tersenyum hambar
"Bapak ..."
"Sudahlah Pak, Puspa tidak ingin membahas ini. Puspa lelah." Puspa berlalu meninggalkan Bapaknya yang masih termenung . Bapak Puspa memandang air yang bahkan tidak di sentuh oleh Putrinya itu
"Huuffttt..." Ia meminum air itu. Bersamaan dengan air yang masuk dalam kerongkongannya, air matanya pun ikut menetes.
Puspa memeluk bantal di kamarnya sambil meremas-remas sprei.
Kehilangan 2 orang yang berharga dalam hidup hanya dalam hitungan hari.
"Ibu... Puspa kangen" Lirihnya.. Ia memejamkan matanya membayangkan helaian lembut Ibunya. Di sertai angin sepoi-sepoi dan cuaca yang mulai mendung, kantuk pun melanda karena semalaman ia tidak tidur.
Ingin ia memaki Bapaknya itu, tapi teringat pesan Ibunya.
Puspa pun terlelap dengan mata yang masih basah serta hidung dan pipi yang memerah dan nafas yang agak susah karena habis menangis.
Bapak Puspa membuka pintu kamar Puspa perlahan. Dilihatnya Putri nya itu tengah tertidur pulas tanpa menggunakan selimut dan kondisi jendela terbuka. Ia melangkah masuk kedalam dan menutup jendela pelannn sangat pelan supaya tak menimbulkan suara. Ia membetulkan selimut dan menyelimuti tubuh Puspa.
Puspa sedikit membuka matanya dan mendapat Bapaknya menyelimutinya. Karena kondisi setengah sadar, rasanya seperti ia sedang bermimpi. Bapak Puspa mengusap rambut putrinya itu. Puspa kembali memjamkan mata menyambung tidurnya.
"Maafkan Bapak, Nak" Bisik Bapak Puspa. Ia keluar dari kamar Puspa dan menutup pintu kamar pelan
***
Disisi Lain Di Rumah Arga
"Pagi sayang" Sapa Mama nya di meja makan
Arga hanya tersenyum
Ia duduk di sebelah Ayahnya dan meletakkan jaket di kursinya. Ia mengambil nasi goreng dan meletakkan di piringnya.
"Mau kemana nih, kok sudah rapi pagi pagi" Goda Mamanya
"Main, Ma" Arga melahap nasi goreng itu.
Jantung Mama nya berdebar kencang dan hatinya sedikit berdesir. Ia gugup menyampaikan keinginan yang jelas akan di tentang oleh Putranya itu.
"Mama mau ngomong ya setelah makan" Ucap Mamanya. Ayah Arga hanya menatap datar
"Hm... Kalau masalah nikah, Arga tidak mau mendengarnya." Arga sudah bisa menebak arah pembicaraan ini
Sarapan pagi ini tidak ada obrolan, hanya suara sendok yang beradu dengan piring.
Selesai makan Arga berdiri, namun tangannya di tahan oleh Mama nya
"Mama berniat menjodohkan kamu dengan Puteri dari teman Papa dan Mama"
"Ceh... Ma, Ma. Ini bukan zaman situ nurbaya. Di jodoh-jodohin. Ini bukan dunia novel di mana perjodohan berakhir bahagia." Mama nya melepas genggaman itu. Papa Arga mendengus sebal dan ia kali ini tidak mau ikut bicara.
"Kalau masih mau jodoh-jodohin, Papa sama Mama saja yang menikah sana. Arga punya tipe dan kriteria sendiri untuk gadis Arga." Ia pun mengambil jaketnya dan pamit keluar.
Di mobil
"Jodohin? Tidak habis fikir pada mereka berdua. Siapa suruh punya anak di usia tua. Kan buru-buru punya cucu." Omel Arga sambil menyetir mobil.
"Ciiihhh apalagi kalau sampai gadis yang akan di jodohkan kumel, dekil, cantik ya tidak, bikin ilfil iya" Imbuhnya dengan muka yang menahan amarah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Qiana
percuma minta maaf, tapi ga ngurus anaknya lagi
2021-10-25
0
Qirana
What 😱😱 teman yang mana?
Jangan jangan...
2021-10-25
0
Adinda
Pak
Aku sangat membencimu 👿😈👿😈
2021-10-22
0