Kini semua pemain duduk dikursinya masing-masing beristirahat sambil mendengarkan arahan pak Anton.
“Ayo Ay, kita turun bentar” ajak Nadine sambil menggandeng tangan Ayra.
“Hei..emang boleh?”tanya Ayra karena tak tahu menahu soal pertandingan basket.
“Ga papa..tenang aja” jawab Nadine.
Mereka menuruni tangga dari barisan penonton lalu berjalan ke arah pemain basket yang sedang duduk-duduk melepas lelah sejenak. Nadine mengambil tas berisi handuk kecil di sudut ruangan yang biasanya diperuntukan untuk pemain saat break. Ayra hanya mengikuti langkah kaki Nadine.
Sampai di hadapan para pemain, Nadine membagikan handuk kecil itu satu per satu ke semua pemain untuk mengelap peluh dan keringat mereka yang bercucuran.
“Terimakasih Nad” ucap para pemain
“Sama-sama” jawab Nadine
Ayra hanya mematung. Kebetulan yang duduk di sampingnya adalah Devara. Devara segera meraih botol air mineral yang saat ini dipegang Ayra.
“Hei..”Ayra kaget Devara mengambil botol minumnya tanpa ijin dan langsung meminumnya.
Devara hanya mengangkat alisnya beberapa saat dan langsung menghabiskan botol minum Ayra yang ada ditangannya. Ayra mendengus kesal dengan kelakuan Devara.
"Dasar maling"gumam Ayra lirih
Devara yang bercucuran keringat saat itu benar-benar terlihat sangat tampan. Walaupun rambutnya lepek berantakan dan jerseynya basah terkena keringatnya, namun tak mengurangi ketampanan dan kharisma seorang Devara. Sejenak Ayra dibuat terpesona dengan ketampanan Devara saat cowok tengil yang selalu mengganggunya itu membasuh rambutnya yang lepek dengan handuk kecil yang dibagikan Nadine.
"Sialan..Kenapa dia begitu tampan saat berkeringat seperti itu?"gerutu Ayra dalam hati.
Walaupun selalu bertengkar dan bermusuhan namun Ayra tak bisa memungkiri jika Devara memang tampan.
Waktu break pun berakhir. Semua pemain bersiap kembali ke lapangan. Devara berdiri dari posisinya. Dia berdiri tepat di samping Ayra.
“Doakan aku menang” bisik Devara lirih
Lalu Devara segera berkumpul dengan anggota timnya yang lain untuk melakukan high five bersama sebelum pertandingan. Ayra dan Nadine pun kembali lagi ke barisan penonton, tempatnya duduk tadi.
Paruh kedua pertandingan, tim basket Devara memulai jalannya kuarter ketiga namun serangan yang mereka bangun gagal membuahkan hasil, sebaliknya tim lawan berhasil menciptakan 3 poin sehingga skor menjadi 37-31.
Tim basket Devara mendapatkan masalah karena sudah melakukan foul sebanyak 5 kali. Tim lawan pun memanfaatkan free throw untuk memperkecil ketertinggalan hingga skor menjadi 51-43 saat pertandingan menyisakan 4 menit di kuarter ketiga. Offensive rebound dan tembakan dari tim lawan membuat skor menjadi semakin tipis 51-45.
Devara semakin terlihat ngotot dan beberapa kali bertabrakan dengan pemain lawan. Ayra yang melihat dari kursi penonton tampak cemas.
“Dev..jangan emosi..jangan emosi”gumam Ayra dalam hati melihat permainan Devara yang sangat keras.
Tim lawan yang semakin mendekat dengan skor 55-51 memaksa tim basket Devara untuk meminta time out pertama di kuarter ketiga. Usai time out tim basket Devara berhasil mencetak banyak poin. Dan penyumbang poin terbanyak adalah Devara.
Setiap kali berhasil mencetak poin, Devara selalu berteriak dengan mengacungkan tangan kirinya ke atas kemudian mencium “jimat keberuntungannya” saat berdiri searah kursi Ayra.
Ayra yang melihat Devara berhasil mencetak poin berjingkrak gembira sambil sesekali melompat-lompat bersama dengan Nadine. Sesekali Ayra menatap kearah Devara mengamati pria tampan nan sempurna yang selalu diumpatnya dengan kata gila, sinting dan aneh itu.
Kuarter ketiga berakhir dengan skor 67-53 untuk keunggulan tim Devara. Tim lawan mengambil time out cepat di kuarter keempat saat pertandingan belum genap berjalan satu menit.
Tim basket Devara semakin menjauh di pertengahan kuarter keempat dengan skor 81-60. Akhirnya pertandingan dimenangkan oleh tim basket Devara dengan skor 100-70. Dan Devara menjadi bintang hari itu dengan menyumbang 35 poin.
Seluruh penonton bersorak gembira menyambut kemenangan tim basket Devara.
Akhirnya semua pemain saling berjabatan dengan tim lawan bentuk sportivitas. Mereka bahkan saling bertukar jersey ditengah lapangan. Dan saat Devara melepas jerseynya hingga memperlihatkan tubuh bagian atasnya yang atletis dan perut sixpack nya yang sempurna membuat para gadis berteriak semakin histeris.
“Aaaaaa”teriak para gadis histeris
“Oh My God..Oh My God” salah satu penonton memegangi dadanya, badannya pun langsung lemas hampir pingsan.
“Hei..hei..jangan pingsan disini”seru teman gadis itu yang melihat temannya seperti mau pingsan.
Beberapa gadis lain tampak melompat-lompat kegirangan setelah disuguhi pemandangan lelaki-lelaki tampan yang saling memamerkan “roti sobek” masing-masing.
“Devara..I love youuuu”teriak para gadis pada Devara.
“Daniel..i love you baby”teriak pada gadis pada Daniel
Semua gadis menggila setelah disuguhi tubuh atletis para pemain. Ayra dan Nadine tersipu malu melihat pemandangan “liar” di lapangan. Dimana masing-masing pemain saling bertukar jersey basket mereka.
Sejenak Ayra tampak menikmati tubuh atas Devara yang sangat sempurna. Membuat para gadis meleleh dan ingin menikmati “roti sobek” para pemain, terutama Devara dan Daniel yang memang terkenal memiliki tubuh sempurna.
Devara dengan senyum nakalnya, menggigit bibir bawahnya dengan sengaja. Menonjolkan kesan nakal namun sangat seksi. Devara menatap Ayra sementara Ayra yang malu melihat Devara menatap ke arahnya memilih memalingkan wajahnya.
“Dasar gila..kenapa dia menggigit bibirnya seperti itu? Dasar mesum” gerutu Ayra dalam hati sementara jantungnya berdegup sangat kencang karena kejadian di lapangan tadi.
Karena pertandingan telah usai, Ayra memilih pulang. Karena dia sudah ijin ayahnya hanya sampai pertandingan usai. Ayra pamit pada Nadine, sementara Nadine menunggu Daniel selesai berganti pakaian.
"Aku duluan ya Nad"pamit Ayra
"Kamu ga pulang bareng aku sama Daniel?"tanya Nadine
"Aku nanti dijemput Ayah, duluan ya"
"Oke..ati-ati ya Ay"
Ayra berjalan meninggalkan Nadine dan kini sudah berdiri di halte bis, sambil menunggu kedatangan ayahnya yang akan menjemputnya. Kebetulan ayahnya sudah pulang kerja dan sekalian menjemput Ayra pulang. Ayra duduk sendiri di halte bus itu. Tiba-tiba sebuah motor besar berhenti tepat di depan Ayra. Rupanya itu Devara.
“Kenapa dia lagi sih? Heran”gerutu Ayra dalam hati melihat Devara yang berhenti di depannya.
“Mau aku antar pulang?”ucap Devara setelah melepas helmnya namun tetap duduk di motor besarnya.
“Tak usah. Aku sedang menunggu ayahku”jawab Ayra ketus.
Devara pun turun dari motornya dan memarkirkannya di tepi jalan. Lalu duduk di samping Ayra. Melihat Devara yang mendekat, Ayra segera menggeser posisi duduknya.
“Kamu mau ngapain? Cepat pulang sana”pinta Ayra dengan ketus
“Aku temani sampai ayahmu datang” jawab Devara santai
“Sebentar lagi ayahku juga datang..kau pulang saja” pinta Ayra sekali lagi.
Devara menatap Ayra dengan tajam.
“Apa? Kau lihat apa?”tanya Ayra melihat Devara yang terus menatapnya.
“Kau masih tak kapok ya..setelah diganggu preman-preman itu tempo hari” ujar Devara
Ayra tak menjawab dan memalingkan wajahnya ke arah kendaraan yang sedang lalu lalang didepannya. Ayra melirik saputangan yang membelit di tangan kiri Devara.
“Tanganmu masih sakit?”tanya Ayra tanpa melihat ke arah Devara.
“Ini?” tanya Devara sambil menunjukkan tangan kirinya yang dibelit saputangan.
Devara melepas saputangan itu dan menunjukkan luka bekas sayatan pisau lipat beberapa hari lalu yang sudah menutup dan kering. Ayra kaget. Tak menyangka tangan kiri Devara sudah sembuh.
“Lho..tanganmu kan sudah sembuh? Kenapa masih pake saputanganku? Kembalikan sini saputanganku”pinta Ayra sambil berusaha merebut saputangan ditangan Devara. Devara menjauhkan saputangan itu dari Ayra.
“Hei..kembalikan”pinta Ayra
“Tak mau. Ini sudah jadi milikku”jawab Devara
“Apa? Sejak kapan itu jadi milikmu? Itu saputanganku..kembalikan”pinta Ayra lagi.
Tangannya berusaha meraih saputangan di tangan Devara.
“Kau sudah berikan ini padaku, jadi ini punyaku”jawab Devara
“Enak saja, kata siapa? Ayo sini kembalikan”pinta Ayra sekali lagi.
Tangan Ayra yang mungil kalah panjang dengan tangan Devara yang lebih panjang.
“Ga mau..wekkk”Devara memajukan bibir bawahnya seperti anak kecil.
Ayra tak habis pikir dengan pola pikir Devara yang semaunya sendiri. Tiba-tiba sebuah mobil terparkir di depan halte tempat Ayra dan Devara duduk. Rupanya itu ayah Ayra. Ayra segera beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri mobil ayah. Ayra segera masuk ke dalam mobil tanpa menoleh pada Devara sedikitpun. Sementara Devara ditinggal sendiri di halte itu.
Ayra memakai sabuk pengaman.
“Itu temanmu, Ay?”tanya Ayah
“Bukan”jawab Ayra ketus.
Ayah segera melajukan mobilnya. Devara memandangi mobil Ayra yang bergerak menjauhi halte. Devara pun akhirnya memutuskan untuk pulang. Hari itu, Devara sangat senang karena menang pertandingan apalagi Ayra datang menyaksikan dia bermain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Prahara Sea
Bener tuch serasa balik SMA padahal sudah ABG jaman baheula
2023-06-11
1
Marwah
lanjut thor ceritanya asik
2022-08-21
2
Risa Istifa
🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗
2022-08-04
2