Ayra sudah sampai di tempat tujuan. Gudang sekolah. Di depannya sudah berdiri dua anak buah Devara. Sementara anak buah Devara yang lain duduk-duduk di sekitar gudang itu.
Melihat Ayra datang, salah satu dari mereka masuk kedalam gudang.
“Kamu tunggu disini” ujar salah satu anak buah Devara menahan Ayra memasuki gudang.
Sebenarnya Ayra sedikit takut pada Devara. Dia tak bisa mengira-ngira bakalan diapakan oleh Devara. Karena yang Ayra tahu, tak ada seorang pun yang berani melawan Devara di sekolah itu. Bahkan untuk sekedar membantahnya pun tak ada yang berani. Guru dan kepala sekolah semua tunduk di hadapan Devara. Tetapi dasar Ayra pemberani, dan pandai beladiri, maka keberaniannya mengalahkan ketakutannya.
Setelah beberapa saat, anak buah Devara tadi keluar dari gudang.
“Masuklah ke dalam” ujar anak buah Devara.
Dengan langkah penuh keyakinan, Ayra pun masuk ke dalam gudang. Dua anak buah Devara berjaga di pintu masuk gudang.
Ruangan 20 x 20 meter itu terlihat agak gelap. Dengan perabotan bekas sekolah dipojok-pojok ruangan. Ayra berusaha mencari dimana gerangan Devara, si pembuat onar.
Devara menunggu Ayra di dalam gudang. Ia duduk di atas kuda-kuda lompat yang sudah tidak digunakan. Melihat kehadiran Ayra, Devara pun segera berdiri dan berjalan ke arah Ayra.
"Berani juga cewek ini..datang sendiri menerima tantanganku"gumam Devara dalam hati
Dalam hati, dia kagum melihat keberanian gadis ini. Yang mendatangi tantangannya untuk bertemu seorang diri. Kini Devara berdiri kurang dari dua meter di depan Ayra.
“Besar juga nyalimu, hei gadis pindahan”hardik Devara
Devara yang berdiri sangat dekat dengan Ayra, memandangi wajah Ayra lalu melihat tubuh Ayra dari atas kepala sampai ke kaki. Devara memandangi Ayra dengan tatapan sinis.
“Kau cantik juga rupanya, tapi sayang..cebol, hahahahaha”cemooh Devara membuat Ayra emosi karena sudah dipanggil cebol.
“Beraninya dia memanggilku cebol”gerutu Ayra dalam hati dengan kedua tangannya saling mengepal kuat.
“Katakan, apa maumu?”tanya Ayra dengan nada tenang. Tak nampak ketakutan di matanya. Walaupun tadi sempat ada sedikit ketakutan di hatinya.
“Kau tanya apa mauku? Hahahaha” tanya Devara sembari memalingkan wajah dari Ayra dengan suara tawa yang mengintimidasi lawannya.
Tiba-tiba Devara mendekat dengan cepat lalu memegang kedua pipi Ayra dengan tangan kanannya.
“Aku mau..kau minta maaf padaku”timpal Devara semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Ayra dengan masih memegang pipi Ayra sambil menyunggingkan salah satu sudut bibirnya.
“Lepaskan tanganmu dari wajahku!”perintah Ayra dengan menahan marah. Gigi-giginya menggeretak saling beradu. Tatapan matanya pun penuh kemarahan karena Devara sudah berani menyentuh pipinya.
Emosi sudah memenuhi hati Ayra, karena Devara tak segera melepaskan tangannya dari pipi Ayra. Akhirnya emosi Ayra meledak.
“Aku bilang..LEPASKAN!”gertak Ayra sembari menarik tangan Devara lalu dia bergerak memutar memlintir tangan Devara ke belakang.
Devara yang tak menyangka akan mendapat perlawanan dari Ayra, mengerang kesakitan.
“Aaaggghhh..dasar gadis kurang ajar” umpat Devara berusaha memukul Ayra dengan tangan kirinya.
Akhirnya perkelahian pun tak terelakkan. Devara dan Ayra berkelahi. Gadis pemberani itu menerima tantangan Devara si troublemaker untuk saling beradu fisik. Devara tak menyangka ternyata Ayra pandai beladiri. Beberapa kali mereka saling melancarkan pukulan dan tendangan satu sama lain.
Hebatnya mereka bisa saling mengelak setiap mendapat tendangan dan pukulan. Perkelahian itu bisa dikatakan seimbang. Karena keduanya sama-sama pemegang sabuk hitam. Ayra yang jago taekwondo, sementara Devara jago karate. Baik Devara maupun Ayra tak ada satupun yang mau mengalah. Mereka sama-sama ngotot memenangkan perkelahian ini. Sungguh pertarungan yang sangat seru.
*
*
*
*
Di tempat lain, Daniel dan Nadine berkeliling sekolah, mencari keberadaan Ayra. Mereka mencari di setiap kelas, mulai dari lantai satu sampai lantai tiga. Mereka juga mencari di lapangan olahraga. Tapi pencarian mereka tak membuahkan hasil. Mereka hampir putus asa dan kelelahan karena memang sekolah mereka sangatlah luas. Dan mereka sama sekali tak memiliki petunjuk apapun tentang keberadaan Ayra.
“Kamu dimana Ay?”gumam Daniel mengkhawatirkan Ayra.
“Kita mesti gimana Dan..kita sudah mencari kemana-mana tapi Ayra belum juga ketemu” ujar Nadine yang mulai kelelahan mencari keberadaan Ayra.
“Andai saja hp mu aktif”gumam Daniel berandai-andai
Sejak keluar dari kelas, Daniel sudah berusaha menghubungi Ayra tetapi selalu gagal. Hp Ayra tidak aktif. Daniel juga menghubungi Devara namun dia tahu Devara tak kan mungkin mengangkat telpon dari dirinya. Daniel dan Nadine mulai putus asa.
“Ayo kita cari lagi”ajak Daniel
“Hemmm”jawab Nadine sambil mengganggukkan kepala tanda setuju.
*
*
*
*
Ayra dan Devara masih saja berkelahi. Pukulan dan tendangan melayang ke arah masing-masing.
“Hebat juga gadis ini..bisa menangkis pukulan- pukulanku”gumam Devara dalam hati sambil terus menghindari pukulan Ayra.
Baru kali ini, Devara bertemu dengan seorang gadis pemberani yang pandai beladiri seperti Ayra.
“Rupanya dia juga jago beladiri. Aku sudah hampir kehabisan tenaga. Sial”umpat Ayra melihat kemampuan beladiri Devara yang rupanya seimbang dengan dirinya.
Hanya saja, ketahanan fisik mereka berbeda.
Saking semangatnya berkelahi, membuat ikatan rambut Ayrapun terlepas. Rambutnya yang panjang dan lurus itu pun tergerai dengan indahnya.
Selama beberapa detik, Devara dibuat terpesona dengan kecantikan Ayra saat itu. Ayra dengan rambutnya yang tergerai sangatlah menawan. Jantung Devara pun berdegup sangat kencang berpacu dengan nafasnya yang tersengal-sengal akibat perkelahian sengit mereka.
Deg..deg..deg..
“Cantiknya”gumam Devara dalam hati
Saking terpesonanya, hingga dia tak menyadari pukulan Ayra ke arah wajahnya. Pukulan itu tepat mengenai wajahnya hingga membuat ujung bibirnya berdarah. Ayra tersenyum senang akhirnya pukulannya mengenai Devara.
“Yes..berhasil”gumam Ayra bangga dengan senyum tersungging di wajah cantiknya.
Devara memegang ujung bibirnya yang berdarah yang sedikit terasa perih. Dilihatnya darah segar menempel di jari tangannya.
Sontak amarah Devara memuncak. Adrenalinnya meningkat. Darah muda Devara bergejolak. Ayra baru saja membangunkan harimau yang sedang tertidur. Devara yang selama ini tak pernah kalah dalam hal apapun, bisa mendapat pukulan telak “hanya” oleh seorang gadis.
Merasa harga dirinya diinjak, oleh senyuman sinis Ayra, Devara pun kembali melancarkan pukulan dan tendangan ke arah Ayra dengan membabi buta. Lebih ganas daripada sebelumnya. Ayra yang sudah kelelahan hampir kewalahan menghadapi Devara yang mengganas.
Kali ini Devara berhasil mengunci kedua tangan Ayra dengan tangannya. Dengan sigap Devara langsung memanggul Ayra dan membantingnya dengan keras ke atas matras bekas senam ketangkasan. Ayrapun jatuh dengan posisi terlentang. Kemudian Devara dengan cepat segera menindih tubuh Ayra. Kedua tangan Ayrapun dicengkeram dengan sangat kuat. Ayra benar-benar tak bisa berkutik. Sekuat tenaga dia mencoba melepaskan diri dari cengkeraman Devara. Namun semuanya sia-sia. Tubuh besar Devara mengunci pergerakan Ayra yang memang lebih mungil.
Dalam keadaan seperti itu, wajah mereka berdua sangatlah dekat. Mereka saling berpandangan selama beberapa saat. Ayra terus saja meronta. Berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Devara. Sementara Devara yang berada di atas tubuh Ayra, dapat menatap wajah cantik Ayra dari dekat.
Ketika Devara melihat bibir merona Ayra,
“Hummmpphh..huummpphh"
Tiba-tiba saja tanpa terduga, Devara mencium bibir Ayra dengan paksa. Mata Ayra terbelalak, tak menyangka Devara akan “mencuri ciuman pertama”nya dengan paksa. Ayra berusaha berontak, namun usahanya sia-sia karena tubuh Devara yang besar menindih tubuhnya yang mungil. Ayra sangat sedih, karena tak mampu berbuat apa-apa dicium seperti itu oleh Devara. Sementara Devara yang kesetanan, menikmati bibir lembut Ayra selama beberapa saat.
Dalam keadaan tanpa daya seperti itu, Ayra berhasil mendapatkan bibir bawah Devara lalu menggigitnya sekuat tenaga.
“Aaggghhh..”Devara mengerang kesakitan lalu melepaskan Ayra.
Airmata Ayra sudah di ujung pelupuk mata. Matanya berkaca-kaca. Ayra pun duduk dengan berkali-kali mengusap bibirnya berusaha menghilangkan ciuman Devara.
Ayra menatap tajam ke arah Devara. Melihat tatapan mata Ayra yang berubah sendu, membuat Devara salah tingkah. Diapun menggaruk-garuk kepalanya walaupun tidak gatal. Penyesalan mulai merasuk di hati Devara.
Devara berjalan mendekati Ayra, duduk berjongkok dan mengulurkan tangannya hendak membantu Ayra berdiri.
Ayra benar-benar marah.
“Plakkk”
Diitamparnya pipi Devara dengan sangat keras, hingga ujung bibirnya mengeluarkan darah sekali lagi. Devara hanya bisa mematung ditampar oleh Ayra. Dia tak hendak membalas.
“Kau masih menyebut dirimu manusia? Kau manusia paling menjijikkan yang pernah aku temui”seru Ayra kecewa dengan mata berkaca-kaca.
Devara yang melihat kerapuhan seorang Ayra, membuat hatinya luluh seketika. Sekali lagi, Devara mengulurkan tangannya ingin membantu Ayra berdiri. Namun Ayra menampik uluran tangan Devara dengan keras. Dia pun berdiri sendiri.
“Aku tak butuh bantuanmu”seru Ayra sambil mengusap air matanya yang hampir jatuh
Ayra berjalan meninggalkan Devara dan berjalan menuju pintu keluar. Ayra mengambil tasnya yang tergeletak di lantai dan berjalan perlahan menuju pintu keluar gudang. Devara berlari mengejar Ayra dan menarik tangannya. Ayra yang semula searah dengan Devara kini posisi tubuhnya menghadap ke arah Devara.
“Bersihkan dulu wajahmu”ucap Devara sambil menyerahkan sebuah sapu tangan pada Ayra.
Ayra yang sudah sangat kesal melihat wajah Devara, mengibaskan tangannya dengan keras sehingga genggaman Devara terlepas dari tangannya lalu dia pergi begitu saja tanpa menghiraukan Devara.
Tepat ketika Ayra membuka pintu, Daniel dan Nadine tiba di gudang sekolah dengan nafas yang terengah-engah.
Dua anak buah Devara berusaha mencegah Ayra keluar gudang, tapi Devara memberi isyarat untuk melepaskan Ayra.
Melihat Ayra yang berantakan, baju seragam dan wajahnya penuh debu, membuat Daniel naik pitam. Dia pun berlari ke arah Devara hendak menuntut balas. Tapi langkah Daniel tertahan, karena Ayra segera menggandeng lengan Daniel, menahannya untuk memukul Devara.
Nadine juga segera berlari menuju Ayra dan Daniel.
“Kita pergi saja dari sini”ajak Ayra pada Daniel dengan menggandeng lengan Daniel.
Daniel pun menurut, dan mereka bertiga pun pergi dari sana.
Devara yang melihat Ayra menggandeng lengan Daniel nampak tidak suka. Namun dia hanya bisa melihat Ayra dan Daniel pergi begitu saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Nah kan Devara akhirnya CILOK=CInta LOKasi sama Ayra..LOKASI duel maksudnya..🤣🤣🤣 Ingat Dev CINTA dan BENCI itu beda tipis..😄😄👍👍
2024-04-15
1
Qaisaa Nazarudin
Udah tau tadi Ayra ngomong mau ketemu Devara,Harusnya Nedine ikutin aja dari belakang dan trlpon Daniel sekalian,Ini malah diem aja ckk..🙄🙄🤦🤦
2024-04-15
1
IK
,devara mulai ada rasa
2022-12-10
1