Ayra kini berada di kamar Nadine. Nadine meminjami Ayra satu stel seragam sekolah, karena seragam Ayra kotor penuh dengan debu.
“Pakailah ini” ucap Nadine sambil menyodorkan seragam sekolahnya kepada Ayra.
“Tidak usah..aku tak ingin merepotkanmu” balas Ayra.
“Sudahlah, pakai ini! Daripada nanti Ayah Bundamu bertanya-tanya kenapa seragammu kotor semua. Apa kamu mau bilang kalo kamu habis berkelahi dengan anak pemilik sekolah?”urai Nadine.
Penjelasan Nadine masuk akal juga. Memang tidak mungkin Ayra pulang dengan kondisi berantakan seperti itu. Pasti nanti ayah dan bundanya menjadi kuatir.
“Baiklah kalo begitu”Ayra menuruti permintaan Nadine.
Dia pun masuk kamar mandi, membersihkan wajahnya yang kotor karena perkelahian tadi. Dilepaskannya kemeja seragam dan rok sekolahnya. Diganti dengan seragam sekolah milik Nadine. Untungnya postur tubuh mereka hampir sama, sehingga seragam itu muat di badan Ayra.
Setelah berganti baju, Ayra merapikan ikatan rambutnya sambil melihat ke arah cermin yang ada di kamar mandi Nadine. Dilihatnya pantulan bayangan dirinya di cermin itu. Dia ingin memastikan bahwa tak ada bekas luka akibat perkelahian tadi yang terlihat. Sekelebat ingatan dalam pikiran Ayra pun muncul. Detik-detik ciuman paksa yang dilakukan oleh Devara, muncul di ingatan.
Seketika, air mata Ayra menggenang di pelupuk mata. Hatinya tiba-tiba menjadi sangat sedih. Bagaimana tidak, Ayra yang selalu tampil garang di hadapan laki-laki bahkan ditakuti para lelaki, mendapat ciuman di bibir secara paksa oleh laki-laki yang dibencinya.
Apalagi ini adalah ciuman bibir pertamanya. Ayra benar-benar sedih harus mendapatkan pengalaman pertama yang tidak mengenakkan.
“Tes..tes..”
Bulir—bulir bening dari matanya itu pun menetes jatuh. Airmatanya tumpah. Ayra berusaha mengusap airmatanya.
“Aku harus kuat” batin Ayra mencoba menguatkan dirinya sendiri
“Aku tak boleh terlihat lemah”
Kemudian Ayra membasuh wajahnya menggunakan air yang mengalir dari wastafel.
“Ayo, Ayra! Kamu harus kuat!”kata Ayra sambil menatap wajahnya sendiri di cermin
“Tok..tok..tok”
Nadine mengetuk pintu kamar mandi.
“Kamu masih lama, Ay?”tanya Nadine dari luar
“Eehh..iya Nad. Sebentar lagi aku keluar”ujar Ayra setengah berteriak
Ayra pun membasuh wajahnya sekali lagi. Dilihatnya wajahnya berulang kali, memastikan bekas tangisannya sudah tak nampak lagi. Ditepuk-tepuknya kedua pipinya dengan keras.
“Ayo Ayra..kamu pasti bisa melalui semua ini”ujar Ayra menyemangati dirinya sendiri sekali lagi
Ayra menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskan perlahan. Tangannya menarik gagang pintu kemudian ia keluar kamar mandi.
Nadine duduk bersila di karpet sambil menengok ke arah Ayra. Ayra hanya tersenyum simpul.
“Beeppp..beeeppp”hp Ayra bergetar
“Hp mu sejak tadi bergetar”ucap Nadine
Ayra segera mendekati hp nya yang diletakkan di nakas. Dilihatnya nama “Ayah” di layar hp nya. Digesernya tombol hijau di hp.
"Kamu dimana Ay?"tanya Ayah
"Di rumah Nadine, Yah"jawab Ayra
"Kamu nanti pulang sendiri ga papa kan Ay? Ayah masih ada kerjaan"pinta Ayah
"Iya Yah..tenang aja. Aku bisa naik ojek online kok..Ayah tenang aja.. Ayah nanti lembur?"tanya Ayra
"Iya..mungkin malam baru selesai"jawab Ayah
"Ayah jaga kesehatan ya..jangan lupa makan"pesan Ayra
"Iya..udah dulu ya Ay"
"Iya Yah"
Semenit kemudian Ayra mengakhiri percakapan dengan ayahnya.
“Kamu disuruh pulang sekarang, Ay?”tanya Nadine
“Nanti kalo tugas kelompoknya sudah selesai, aku disuruh segera pulang naik ojol. Ayah kerja lembur sampai nanti malam”jelas Ayra
“Oo..begitu” Nadine menggangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti.
Mereka berdua selanjutnya mengerjakan tugas kelompok Biologi. Di sela-sela mengerjakan, Nadine beberapa kali melirik ke arah Ayra. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Tapi ia tak berani menanyakannya langsung. Ayra yang masih sibuk menulis jawaban tugas kelompok mereka, mulai risih dengan pandangan mata Nadine yang beberapa kali menatapnya.
“Kamu kenapa Nad?”tanya Ayra tanpa menatap ke arah Nadine.
Nadine kaget ditanya Ayra tiba-tiba. Namun kemudian, ia beranikan diri bertanya.
“Emm..Ay, aku masih penasaran. Benar kamu di gudang tadi tidak diapa-apakan Devara?” tanya Nadine pelan-pelan takut menyinggung Ayra
Ayra yang kaget dengan pertanyaan Nadine, berusaha berkelit. Dia tak mau menceritakan insiden ciuman paksa itu kepada siapapun. Termasuk pada Nadine. Karena menurutnya itu adalah aib.
Ayra berusaha menjawab setenang mungkin.
“Kamu tak usah kuatir. Kami tadi hanya berkelahi”jawab Ayra sambil mengelus pundak sahabatnya itu untuk menenangkannya.
“Maaf ya Ay, jika aku bertanya seperti itu. Karena sebagai teman satu sekolah Devara selama hampir lima tahun ini, aku tahu seperti apa Devara itu. Dia tak akan membiarkan orang yang menghinanya atau berurusan dengannya bisa kabur begitu saja. Aku sudah pernah cerita padamu, kan?”urai Nadine
Memang benar, Nadine pernah menceritakan kelakuan-kelakuan “brutal” yang dilakukan Devara dan genk nya terhadap orang yang pernah mengusik kehidupannya. Banyak dari mereka yang memilih pindah sekolah bahkan pindah ke luar negeri daripada harus berurusan terus dengan Devara. Si troublemaker Devara Alexander punya pengaruh yang sangat kuat. Itu sebabnya, tak ada seorang pun yang berani membantah Devara di sekolah. Daripada harus menghadapi hari-hari seperti di neraka.
Ayrapun tertegun sejenak.
“Lalu apa maksud dia menciumku tadi?”gumam Ayra dalam hati
“Apa karena aku cewek maka dia seenaknya menciumku seperti itu?”batin Ayra
“Aishh..kenapa aku mikirin kejadian tadi”Ayra menggeleng-gelengkan kepalanya dengan keras sambil menutup mata mengusir ingatan “buruk” dalam pikirannya itu
Nadine memperhatikan Ayra.
“Ay..kamu kenapa?”tanya Nadine kuatir
“Hehehehe…tidak ada apa-apa. Cuma ada serangga yang mengganggu”ujar Ayra berbohong.
“Benarkah?”Nadine memperhatikan seisi kamarnya
“Aku ambilkan penyemprot serangga dulu ya?”sahut Nadine yang kemudian beranjak dari duduknya dan berjalan keluar kamar.
“Maafkan aku Nad”pinta Ayra dalam hati
Nadine kembali ke kamar dengan membawa penyemprot serangga lalu disemprotkan cairan itu beberapa kali. Mereka pun segera menyudahi tugas kelompok mereka.
*
*
*
*
Di sebuah kamar dengan pencahayaan lampu yang sedikit temaram, seorang lelaki muda sedang duduk di meja belajarnya. Ruang kamar bergaya minimalis modern itu terlihat sangat nyaman. Sangat mencerminkan kepribadian pemiliknya.
Daniel. Lelaki muda itu sedang merenung. Melamun. Dalam hatinya berkecamuk banyak pertanyaan.
Gurat-gurat kekhawatiran terlihat jelas di wajahnya. Daniel yang sudah mengenal Devara sejak kecil, kenal betul dengan sepak terjang Devara. Dia yakin, pasti sudah terjadi sesuatu antara Devara dan Ayra. Namun Devara dan Ayra sama-sama menutupinya.
Lelaki muda itu mengenang kembali pertemuan pertamanya dengan gadis pemberani yang sangat cantik bernama Ayra.
Saat itu, Ayra baru pindah ke kota. Dia yang baru saja mendaftar di sekolah barunya, tampak menunggu kedatangan Ayahnya yang sedang ada urusan sebentar. Sehingga meninggalkan Ayra seorang diri di salah satu minimarket di dekat sekolah.
Kebetulan Daniel dan Nadine baru berbelanja di toko itu. Keluar dari minimarket, tiba-tiba seorang lelaki yang juga pembeli di minimarket itu, menjambret tas mahal yang dipakai Nadine.
“Jambrettttt”teriak Nadine begitu melihat seseorang merampas tasnya.
Ayra yang melihat hal itu, segera berlari mengejar penjambret tadi. Daniel juga mengejar penjambret itu. Walaupun bertubuh mungil namun Ayra sangat gesit. Dia berlari dengan sangat cepat. Dan setelah agak dekat dengan penjambret itu, Ayra pun melompat sehingga menabrak tubuh penjambret tadi.
Membuat keduanya sama-sama terjatuh ke trotoar. Ayra dengan segera melepaskan bogem mentahnya ke wajah penjambret tadi. Ayra memukul penjambret tadi hingga babak belur.
“Hentikan..tolong hentikan”pinta penjambret itu sambil menangis. Menutupi wajahnya yang dipukul berkali-kali oleh Ayra.
Melihat lawannya yang sudah tak berdaya, Ayra pun merasa kasihan dan menghentikan pukulannya. Diambilnya tas milik Nadine dan diserahkan pada Daniel dengan nafas terengah-engah.
“Ini..aku kembalikan”ucap Ayra sambil terengah-engah.
“Terimakasih”balas Daniel.
Nadine yang baru datang ke lokasi terciduknya penjambret tadi, melihat ke arah Ayra. Daniel mengembalikan tas milik Nadine.
“Terimakasih”ucap Nadine.
“Sama-sama” balas Ayra.
Penjambret tadi meminta maaf pada Nadine dan berjanji tak kan mengulangi perbuatannya. Akhirnya penjambret tadi dibebaskan. Daniel, Nadine dan Ayra pun ngobrol di café dekat sekolah. Mereka pun berkenalan.
“Aku Nadine..ini Daniel”sapa Nadine memperkenalkan dirinya dan Daniel.
“Aku Ayra” balas Ayra
“Apa kau tinggal didaerah sini?”tanya Daniel.
“Ah tidak..aku baru pindah kesini”jawab Ayra.
“Sepertinya kita seumuran, kamu sekolah dimana?”tanya Nadine.
“Aku baru mendaftar di sekolah XX”jawab Ayra
“Benarkah? Kami juga sekolah disitu”ucap Nadine
“Oya..kebetulan sekali”balas Ayra
“Semoga kita sekelas ya”ucap Nadine lembut
Ayra mengangguk.
Ayra senang karena bertemu dengan Nadine. Gadis lembut yang cantik. Daniel juga sangat baik. Sejak saat itu, mereka pun berteman. Dan kebetulan sekali, Ayra dimasukkan kelas yang sama dengan Nadine. Jadilah mereka bersahabat. Sementara Daniel yang sejak pertemuan pertama itu terpesona dengan aura seorang Ayra, merasakan cinta pada pandangan pertama. Dengan gadis tomboy pemberani yang jago beladiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Kan ku bilang juga apa,Pasti Daniel dan Devara musuhan lagi gegara cewek..🤦🤦
2024-04-15
1
Qaisaa Nazarudin
Daniel jyga suka Ayra kan..Nah Daniel dan Devara kembali menjadi Rival hanya karena cewek(Ayra)
2024-04-15
1
Risa Istifa
👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
2022-08-04
2