Pagi itu, seperti biasa, Ayra diantar ayahnya ke sekolah. Walaupun Ayra bukan anak manja, namun ayahnya memang tidak mengijinkan anak semata wayangnya itu pergi ke sekolah sendiri mengendarai sepeda motor.
“Nanti pulang jam berapa Ay?”tanya ayah sambil melepaskan pengait helm yang dipakai Ayra.
“Ehhmm..nanti aku kabari ayah ya..sepertinya aku mau belajar kelompok di rumah Nadine. Aku sudah janjian dari kemarin”jawab Ayra sambil menyerahkan helm yang dipakainya kepada ayah.
“Oke.. ayah tunggu kabar darimu”kata ayah
“Iya ayah”balas Ayra sambil mencium punggung tangan ayahnya
Ayah pun menyalakan motornya dan segera pergi berangkat kerja. Ayra melambaikan tangan pada ayahnya kemudian berjalan menuju gerbang sekolah seorang diri.
Di tempat yang tak jauh dari tempat Ayra berdiri tadi, ternyata Devara sedang menunggunya di atas motor besarnya. Devara pun tersenyum sinis setelah melihat kehadiran Ayra. Ia pun mulai menyalakan motornya dan melaju menuju sekolah.
Ketika bersebelahan dengan Ayra, Devara sengaja menggeber motor besarnya sehingga menimbulkan suara berisik yang memekakkan telinga.
“Bruuummm…bruuummm” suara deru motor Devara
“Aagghh..berisikkkkk” gerutu Ayra sambil menutup kedua telinganya dengan kedua tangannya. Bola matanya yang hitam kecoklatan mencari-cari sumber suara.
“Iihhh..cowok itu lagi rupanya”gumam Ayra setelah menyadari kehadiran Devara dengan motor besarnya yang berisik.
Mereka saling bertatapan selama beberapa detik, kemudian Devara mengendarai motornya lagi menuju pelataran tempat parkirnya yang dibangun khusus untuk dirinya di sekolah.
Ayra pun berjalan menuju kelasnya dengan penuh kekesalan. Sepanjang perjalanan, beberapa pasang mata menatap ke arah Ayra dengan tatapan yang tajam.
Ayra yang merasa dilihat oleh orang-orang di sekitarnya merasa sangat risih. Semakin mendekati kelasnya, semakin banyak anak yang melihatnya.
“Apa-apaan sih mereka ini semua?” gerutu Ayra sambil melihat sekitarnya
Nadine, yang sudah datang lebih awal, menanti kedatangan Ayra di depan kelas. Setelah melihat sosok Ayra, ia segera berlari menuju Ayra dan menggandengnya.
“Ayo masuk kelas” ajak Nadine sambil tersenyum. Ayra balas tersenyum pada sahabat baiknya ini.
Sampai di dalam kelas, teman-teman sekelas Ayra masih juga memandangi Ayra dengan pandangan yang tidak mengenakkan.
Nadine menggandeng tangan Ayra dan mengajak sahabatnya itu untuk duduk. Merasa risih dengan tatapan teman-teman sekelasnya, Ayra yang sudah sangat kesal, menggebrak meja.
“Brakkk”
“Sebenarnya kalian semua kenapa? Hah? Ada masalah sama aku? Ayo sini…kalau berani sini ngomong” teriak Ayra sambil menunjuk ke arah teman-temannya yang sedari tadi memandanginya.
Nadine kaget hingga terjungkat, melihat Ayra menggebrak meja. Diapun segera berdiri dan menenangkan sahabatnya itu.
“Sudah..sudah..”ujar Nadine sambil memegang tangan Ayra, menariknya untuk duduk.
“Heran deh..pagi-pagi sudah banyak yang cari masalah” gerutu Ayra kesal.
“Tadi di gerbang udah ketemu ‘bocah tengil’..sekarang teman-teman sekelas. Bikin bad mood aja”ujar Ayra sambil menghembuskan nafasnya dengan kasar. Ayra duduk di bangkunya ditemani Nadine.
“Apa? Kamu sudah ketemu Devara?”tanya Nadine penasaran
“Iya..tadi di gerbang sekolah”jawab Ayra dengan nada kesal.
“ Ay, sebaiknya kamu segera minta maaf sama Devara”tutur Nadine sambil memegang tangan sahabatnya itu.
“Apa? Minta maaf? Kenapa aku mesti minta maaf? Aku kan ga salah apa-apa” balas Ayra merasa tak terima harus minta maaf pada Devara.
“Iya..aku tahu.Tapi ini untuk kebaikanmu Ay”pungkas Nadine
“Nad, aku ga mungkin minta maaf, jika aku memang benar”tutur Ayra menegaskan.
Nadine tahu Ayra memang anak yang tegas. Dia sangat menjunjung tinggi prinsipnya. Selama dia merasa benar, pantang baginya untuk minta maaf terlebih dahulu.
Tetapi Nadine khawatir jika Devara akan menuntut balas pada Ayra. Nadine juga tahu benar Devara seperti apa, karena dia sudah satu sekolah dengan Devara sejak dulu.
“Semoga saja hari ini tidak terjadi apa-apa”batin Nadine sambil melirik ke arah Ayra.
Ttteeeetttttt….tttteeeeeettttt….ttteeeeeeettttttt
Bel masuk pun berbunyi.
Semua siswa masuk ke kelas masing-masing bersiap mengikuti pelajaran. Ayra dan Nadine mendengarkan penjelasan guru dengan seksama. Pelajaran pertama dan kedua berlalu dengan cepat.
Saat pelajaran kedua, Ayra mengingat kembali kata-kata Devara waktu itu, saat di Alun-alun kota.
“ ‘ Rasakan nanti pembalasanku’ “.
Tiba-tiba Ayra merinding, bulu kuduknya meremang mengingat senyuman sinis Devara saat itu. Kemudian Ayra menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan untuk menenangkan diri. Nadine melirik ke arah Ayra.
“Kamu tidak apa-apa kan?”tanya Nadine kuatir
Ayra hanya menggeleng dan tersenyum padanya.
“Kita lihat saja nanti, apa yang akan dilakukan Devara padaku”gumam Ayra dalam hati
Saat istirahat, dalam perjalanan menuju kantin, semakin banyak anak yang melihat Ayra. Membuat Ayra samapi mengepalkan tangannya menahan amarahnya karena risih dilihatin anak-anak di sekolahnya.
"Semua ini gara-gara kejadian di Alun-alun kota kemarin, membuat hidupku tak tenang lagi"gerutu Ayra dalam hati.
"Perasaan pada ngliatin kesini semua ya?"tanya Nadine yang juga merasa semua anak menatap ke arah Ayra, Nadine dan Daniel.
"Aku dengar kamu buat masalah dengan Dev ya Ay?"tanya Daniel.
"Iya..habisnya anak itu udah keterlaluan banget. Bikin aku emosi aja"jawab Ayra enteng
Kebetulan Daniel saat kejadian di Alun-alun kota, sedang ijin ke luar kota karena ada acara keluarga. Sehingga dia tak mengetahui detail kejadian antara Ayra dan Devara.
Daniel menatap gadis cantik yang duduk di depannya.
"Semoga saja Dev tak melukaimu. Aku pasti akan melindungimu"gumam Daniel dalam hati.
Daniel yang menatap Ayra dengan penuh perhatian, tak menyadari jika saat ini sahabatnya, Nadine juga melihat padanya.
*
*
*
*
Tttteeeeetttttt….ttteeeettttt
Bel pulang pun berbunyi.
Nadine dan Ayra segera mengemasi barang-barangnya. Bergegas untuk pulang.
Tiba-tiba Arman, salah satu anggota genk Devara, masuk ke kelas membawa secarik kertas dan diserahkan kepada Ayra.
“Ini..dari Devara”ucap Arman kemudian berjalan meninggalkan kelas.
Nadine dan Ayra saling berpandangan. Jantung Ayra berdegup kencang membuka kertas yang dibawa Arman.
“Apa isinya Ay?”tanya Nadine penasaran
Ayra membuka kertas itu dengan arah berlawanan dengan Nadine sehingga Nadine tak bisa membaca isi surat itu.
“AKU TUNGGU DI GUDANG SEKOLAH’ “ isi tulisan yang ada di kertas itu.
“Akhirnya datang juga tantangan dari cowok sombong itu”gumam Ayra dalam hati.
“Ah..bukan masalah besar. Devara mengajakku bertemu”kata Ayra mencoba menenangkan sahabatnya.
“Dimana? Aku temani ya?”tanya Nadine kuatir
Ayra tak menjawab.
“Aku pergi dulu ya..nanti aku kabari lagi”ujar Ayra sembari menyambar tasnya dan pergi keluar kelas. Diapun segera berlari menuju tempat yang diminta Devara, gudang sekolah.
“Hati-hati Ay”teriak Nadine
“Ya Tuhan, semoga Devara tidak melukai Ayra. Semoga dia tidak melakukan hal-hal yang membahayakan Ayra” batin Nadine mendoakan sahabatnya.
“Ayra kemana Nad?”tanya Daniel mendekati Nadine.
“Aku tidak tahu. Tadi Arman kesini membawa pesan dari Devara lalu Ayra pergi”ucap Nadine dengan nada kuatir
“APA? Ayra pergi menemui Devara? Sendiri?” teriak Daniel kaget mendengar penjelasan Nadine
“Kenapa kamu biarkan Nad?”tanya Daniel
“Aku susul Ayra”ujar Daniel kuatir lalu berlari mengejar Ayra.
“Aku ikut” tutur Nadine sembari berlari mengejar Daniel
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Devara itu ngelunjak karena gak ada yg bisa ngelawannya,makanya dia kek gitu,Ortunya juga gak becus ngedidik anaknya..
2024-04-15
1
Nuraini Zainudin
teruus
2022-08-20
2
Nuraini Zainudin
teruius
2022-08-20
2