Pagi datang. Sang surya sudah menampakkan dirinya dari arah timur. Sinarnya masuk menerobos celah celah kecil sebuah apartemen di lantai atas.
"Hari ini terlihat begitu cerah. Kenapa kau masih belum bangun." Deon berusaha membangunkan Ara yang masih juga belum bangun. Padahal jarum jam sudah menunjukan pukul tujuh lebih.
Di bukanya gorden yang menutupi jendela- jendela kaca dalam kamar nya. Dibiarkan nya cahaya menerobos memenuhi ruang kamar.
"Aku masih ngantuk. Kenapa kau mengganggu tidur ku. Cepat tutup kembali gorden nya." Ara masih saja belum mau membuka matanya. Ditarik nya lagi selimut nya sampai menutupi seluruh tubuhnya
"Cepat lah kau bangun. Atau aku akan meninggalkan mu sendirian di sini." ancam Deon sembari pergi meninggalkan Ara. Ia melangkah kan kaki nya menuju ruang utama apartemen
"Apa semua sudah siap." Deon mengarahkan pandangan nya pada Al yang terlihat sudah hadir di sana
"Sudah tuan." jawab Al
"Tapi tuan. Apa tuan benar- benar yakin akan membawa nona Zahra ke mansion utama." tambah Al menanyakan keraguan nya
"Aku yakin. Cepat atau lambat semuanya juga akan mengetahui keadaan Ara." jelas Deon yakin
"Tapi perjodohan itu."
"Biar saja. Itu urusanku."
Zahra yang rupanya sudah terbangun saat Deon meninggalkan nya, tak percaya mendengar pembicaraan antara Al dan Deon.
Ia pun memutuskan untuk bergegas mandi dan merapikan diri. Ya walaupun dia belum tau akan dibawa kemana dia.
Tepat setelah Zahra selesai merapikan dirinya, Deon datang menghampiri nya.
"Apa kau sudah siap." Deon melangkahkan kaki nya lebih dekat. Ditarik nya tubuh Zahra yang hanya berjarak sepuluh sentimeter. Dipeluk dan dikecupnya lembut kening Zahra. Dan dibisikkannya sebuah kalimat "semua akan baik- baik saja."
"Apa kita akan pergi." Zahra melepaskan pelukannya dan mengambil sebuah kotak kecil di dalam laci yang selalu ia bawa kemana- mana.
"Kita hanya akan pindah ke mansion."
"Apa itu mansion." Zahra yang merasa asing dengan kata mansion pun langsung menanyakannya tanpa ragu
"Tempat keluarga ku tinggal."
"Keluarga mu. Apa aku akan bertemu mereka." Zahra yang merasa belum siap untuk bertemu keluarga Deon pun mengajukan pertanyaan nya lagi
"Apa kau merasa gugup." Deon yang melihat Zahra terasa gugup, mencoba menenangkan nya dengan membelai lembut pipi nya
"Ahh. Tidak. Aku baik- baik saja." mencoba menutupi kebenaran nya dari Deon dan melangkahkan kaki nya menuju ruang utama
Akhirnya mereka pun memutuskan berangkat ke mansion utama. Sedangkan barang- barang lainnya di apartemen, sudah diurus oleh orang suruhan Al.
Tak butuh waktu lama, akhirnya merekapun sampai setelah menempuh waktu kurang dari satu jam.
Setelah turun dari mobil, Zahra pun di hadapkan pada kemegahan. Ia tercengang melihat tempat tinggal keluarga Deon Sasaga "Benar- benar istana rupanya." kagum Zahra
Deon pun menarik tangan Zahra dan membawanya masuk ke dalam mansion. Disana, mereka disambut oleh para pelayan yang terlihat rapi dan ramah.
Zahra pun merasa bahwa dirinya seperti mimpi. Ia mencoba menarik pipi nya dengan satu tangannya "Aww sakit. Rupanya aku sedang tak bermimpi." gumam Zahra
Tak berselang lama, Deon memerintahkan seorang pelayan untuk mengantarkan Zahra ke kamarnya.
Pelayan itu menuntunnya menuju sebuah ruangan yang luas di lantai dua. Ia lantas mempersilahkan Zahra untuk beristirahat dan tak lupa mengingatkan untuk memanggilnya bila perlu sesuatu.
Zahra pun masuk ke dalam ruangan tersebut setelah pelayan meninggalkannya. Ia meletakkan kotak kecil yang dibawanya sedari tadi ke dalam laci, kemudian membaringkan tubuh nya di atas ranjang yang terlihat lebih besar ukurannya ketimbang ranjang di apartemen.
Namun tak lama setelah ia membaringkan tubuhnya, seorang wanita datang menghampiri nya. Rupanya tak lain adalah Kia.
"Nona. Tuan meminta nona segera turun dan sarapan."
"Ahh baik lah. Aku akan segera turun." Zahra pun bangkit dan turun dari lantai atas diikuti Kia di belakangnya.
Sesampainya di meja makan, terlihat Al dan Deon sudah menanti nya. Tak lupa, tiga orang pelayan berdiri di samping mereka.
Zahra pun duduk di samping Deon. Tapi entah, ia merasa canggung tak seperti biasanya. Ia yang biasanya selalu ceplas-ceplos dan apa adanya di depan Deon, kali ini dia hanya bisa duduk dan makan makanan nya dengan perlahan dan hati- hati.
Sebaliknya Deon, ia juga terlihat sangat serius. Ia terlihat diam dan tenang dengan makanannya tanpa memperhatikan Zahra sedikit pun.
Karena keadaannya yang canggung, Zahra pun memilih untuk segera kembali ke kamar setelah menyelesaikan sarapan nya. Ia kembali dengan diantar oleh Kia, pelayan sekaligus bodyguard Deon untuk Zahra.
"Kia. Kenapa aku merasakan perbedaan yang jauh setelah sampai kesini." sesampainya di kamar, Zahra mencoba menanyakan hal yang menurutnya janggal pada Kia
"Mungkin karena disini lebih banyak orang tinggal. Nona hanya perlu beradaptasi saja." Kia mencoba menenangkan perasaan Zahra
Dan setelah dirasa mulai tenang, Kia pun pamit untuk kembali ke kamarnya. Tak lupa ia juga mengingatkan bahwa bila perlu sesuatu, bisa memanggilnya di kamar sebelahnya.
Kini tinggallah Zahra sendirian. Di ruang kamar yang begitu luas dan asing bagi nya. Ia berjalan mendekati sebuah lemari pakaian di sana. Di bukanya, dan ia menemukan pakaian- pakaian wanita yang ia rasa bukan lah milik ia.
Ia pun berjalan menuju kamar Kia. Ia ingin memberitahu Kia bahwa pelayan tadi pagi sudah salah memberikan kamar untuk nya.
"Kia." panggil Zahra yang sudah masuk ke kamar Kia, karena pintu kamar dibiarkannya terbuka
"Nona. Kenapa nona kemari. Apa ada sesuatu."
"Aku rasa pelayan pagi tadi sudah salah memberikan ku kamar. Karena isi di lemari pakaian semuanya bukanlah milik ku."
"Oh itu. Itu memang sengaja tuan Deon berikan pada nona. Tuan sudah mengganti semua pakaian nona."
"Mengganti semua. Kenapa begitu."
"Nona tidak perlu khawatir. Itu adalah satu perhatian dari tuan."
"Benarkah. Tapi aku juga tidak melihat satupun pakaian tuan mu di sana."
"Kalo itu, tuan memang tidak akan tidur satu kamar dengan nona. Tuan akan tidur di kamar lantai bawah." Kia mencoba menerangkan semua yang ingin Zahra tau.
Setelah dirasa Zahra sudah menemukan semua jawaban dari pertanyaan nya, ia pun pamit pada Kia dan kembali ke kamar nya.
Zahra pun berfikir "Kenapa rasanya semuanya berbeda. Pria tidak waras itu seperti sedang mencoba untuk menjauhiku. Tapi jika memang begitu, kenapa dia membawaku kesini."
Pikirannya pun kini dipenuhi dengan berbagai banyak pertanyaan. Rasanya ingin sekali ia langsung menanyakannya pada Deon. Namun ia terpaksa harus menundanya. Karena mungkin saat ini bukanlah waktu yang tepat.
Sebenarnya apa yang sedang terjadi antara Zahra dan Deon?
tunggu kelanjutannya ya. Jangan bosan- bosan baca, like dan tinggalkan kesan, pesan untuk author. Biar makin semangat nulis nya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Nurlela
lanjut
2022-03-13
0
Haryati
yakin sahra
2022-03-06
0
Elis Konkon
mulai konflik nih
2021-11-22
0