Masih di seven. Nia berusaha keras mencari data pengiriman hari ini. Tapi sayang sekali, berulang kali Nia membolak- balik kertas data, tak juga dia temui alamat terakhir pengiriman.
Tak berselang lama saat Nia sudah benar- benar berputus asa, tukang parkir depan toko masuk ke ruangan untuk meminta air minum.
"Mbak Nia saya mau ambil minum mbak."
"Ahh Pak Ujang kebetulan sekali. Apa bapak tadi melihat saat Zahra keluar." tanya Nia dengan tegas pada pak Ujang selaku tukang parkir.
"Ooh.. mbak Zahra. Tadi saya tanya katanya mau ngantar pesanan ke hotel lotus mbak."
"Hotel lotus. Terus apa Zahra cerita mengirim ke kamar berapa."
"Wahh kalo itu saya tidak tau mbak. Saya tidak tanya apa- apa lagi sama mbak Zahra. Mbak Zahra langsung tancap gas mbak."
"Astaga. Yasudah Pak. Saya pergi dulu, tolong titip toko ya Pak. Nanti saya telephone adik saya untuk datang ke toko."
"Mau kemana mbak Nia."
"Hotel lotus."
"Lah.. mau jemput mbak Zahra."
"Ada urusan pokoknya Pak. Kalo mau ambil minum ambil aja."
Tanpa basa basi lagi Nia bergegas keluar. Melajukan mobilnya dengan kecepatan maksimum. Nia sangat mengkhawatirkan kondisi Zahra. Takut terjadi sesuatu pada Zahra.
Ya. Selain Zahra adalah karyawannya, Nia juga sudah menganggap Zahra sebagai teman sekaligus adik baginya.
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
Di hotel lotus kamar 139
Brugg
Terdengar suara bantingan pintu yang keras.
Sang tuan melangkahkan kakinya menuju sofa. Dia duduk dan mulai menyalakan sebatang rokok. Dihisapnya rokok dengan berulang kali meneguk alkohol.
Ditatapnya seorang gadis yang terlihat memelas di wajahnya. Terlihat masih terikat kedua tangannya di atas ranjang. Tapi bukannya merasa kasihan, sang tuan palah berfikir sebaliknya. Dia ingin segera memangsanya. Melampiaskan semua beban dalam dirinya. Menumpahkan amarahnya pada orang lain.
Tak berselang lama kemudian terdengar rancauan dari mulut sang tuan yang terlihat sudah mabuk berat.
"Kau tau wanita murahan. Aku sudah membayar mu mahal. Lima puluh juta harga untukmu. Haha, kau memang gila. Wanita murahan sepertimu meminta lima puluh juta dariku."
"Apa maksud tuan. Aku tak pernah meminta sepeserpun uang pada orang lain, Apalagi pada orang yang sama sekali tak ku kenal seperti tuan." jawab Zahra dengan terisak- isak.
"Dan kau wanita murahan. Kau adalah wanita pertama dalam hidupku yang berani- beraninya menampar pipiku. Hahaha.. kau tau, aku sangat tidak menyukai sikapmu. Kau lancang terhadap tuan mu."
"Dan kau tau. Kau persis sekali dengan Zifana. Pintar sekali. Pintar sekali berpura- pura. Pintar sekali berakting bak wanita polos yang tak tau apa- apa."
"Aku memang tak tau apa- apa. Aku tak tau mengapa tuan mengikatku seperti seorang tahanan." jawab Zahra kesal
"Hahaha.. Zifana. Hebat sekali kau berakting. Dengan cinta palsu mu kau mematahkan hatiku dan ingin mengambil semua kekayaanku. Hahaha.. jangan berharap Zifana. Kau tidak akan bisa."
Zahra semakin ketakutan melihat sang tuan semakin menggila dalam berbicara. Dia benar- benar tak tau apa yang sedang terjadi pada dirinya dan apa yang sedang sang tuan bicarakan.
"Kau tau Zifana. Aku bisa melakukan apapun yang aku mau termasuk membunuhmu. Hahaha."
Terdengar tawa licik memenuhi ruangan.
"Tapi sebelum aku membunuhmu Zifana, aku menginginkan tubuhmu. Haahaha."
Sang tuan mulai berperilaku tak karuan. Dia mendekati tubuh Zahra yang masih terikat kuat di atas kasur. Mencoba meraba seluruh tubuh Zahra.
"Tuan. Apa yang ingin kau lakukan padaku tuan. Lepaskan aku tuan. Aku bukan Zifana. Aku Zahra tuan. Lepaskan aku."
Zahra mencoba sekuat tenaga untuk melepaskan ikatan tangannya namun tetap tak bisa. Ikatan pada tangannya terlalu kuat.
"Zifana, sayangku kau tak perlu berakting lagi di depanku. Aku sudah mengetahui segala kebusukan mu."
Zahra masih saja mencoba bertahan melindungi dirinya. Namun tenaganya tak cukup untuk melawan, bahkan tendangannya tak berarti apa- apa untuk tuan yang berbadan kekar.
"Tuan. Bunuh saja aku." Zahra masih mencoba menghalau tangan sang tuan yang masih saja menggerayangi tubuhnya.
"Tidak sayangku, aku tidak akan membunuhmu secepat itu." sambil terus menggerayangi paras ayu Zahra
"Tuan ku mohon hentikan tuan. Bunuh saja aku tuan." kata Zahra dengan putus asa
Srekk srekkk srekkk
Sang tuan melepas paksa pakaian yang dikenakan Zahra dengan cara merobeknya.
"Tuan. Apa yang kau lakukan. Lepaskan aku tuan." teriak histeris Zahra yang semakin ketakutan. Kini dirinya tak tau lagi apa yang harus dilakukan. Teriakan- teriakan dirinya sedari tadi pun tak memancing seseorang untuk datang menyelamatkannya.
"Cantik. Kau sungguh cantik sayang."
Sang tuan menatap Zahra yang sudah tak berpakaian sehelai pun benang dengan pandangan rakus.
"Tuan kumohon tuan. Lepaskan aku. Aku bukan Zifana yang kau maksud tuan." Zahra masih terus merintih dan mencoba memohon, tapi...
"Tuan.." pekik Zahra keras
Sang tuan sudah menindih tubuh Zahra dengan tubuh kekarnya. ******* paksa bibir Zahra hingga tak terdengar lagi suara lantang Zahra. Memeluknya dengan erat hingga tak memberikan ruang bergerak untuk Zahra.
Dan hubungan yang tak diinginkan pun terjadi saat itu. Hubungan yang kasar yang telah merenggut kesucian gadis polos.
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
Nia telah sampai di depan hotel lotus. Segera dia memarkirkan mobilnya dan bergegas memasuki area hotel. Namun sebelum memasuki pintu pertama, kehadiran Nia langsung di hentikan oleh para satpam.
"Mau kemana mbak."
"Maaf pak. Saya sedang buru- buru untuk menemui teman saya di sana."
"Maaf mbak. Tapi untuk saat ini tidak diperbolehkan tamu masuk ke dalam hotel."
"Apa- apaan ini pak. Teman saya sedang dalam bahaya di dalam. Saya mau bertemu dia."
"Maaf mbak. Apa mbak membawa bukti bahwa teman mbak sedang dalam bahaya di dalam. Kalo tidak lebih baik mbak pulang dan kembali lagi kesini satu jam mendatang, karena hotel sedang tidak menerima tamu untuk saat ini."
"Pak saya memang tak membawa bukti. Tapi firasat saya mengatakan teman saya dalam bahaya disana."
"Sudah mbak. Kami tidak menerima alasan apapun. Apalagi hanya sebuah firasat. Silahkan kembali lagi satu jam mendatang."
"Aahh sial. Kenapa tiba- tiba hotel tidak menerima tamu. Ya Tuhan bagaimana keadaan Zahra" ucap Nia dalam hati yang terus mengkhawatirkan keadaan Zahra sedari tadi.
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
Kembali ke kamar 139
Terlihat raut sesal di wajah sang tuan yang kian sadar setelah melakukan hubungan yang tak diinginkan.
"What darah. Kenapa banyak sekali darah."
Sang tuan terlihat bingung melihat banyak darah tercecer di ranjang. Kemudian dipandangnya Zahra yang meringkuk di pojok ruangan membalut tubuhnya dengan selimut putih bercorak merah darah. Terlihat dia yang menangis sesenggukan sambil menahan perih di ***********.
"Apa aku telah merenggut keperawanan seorang gadis. Ahh tapi diakan wanita bayaran. Tapi kenapa dia harus menangis." ucap sang tuan dalam hati sambil terus berfikir tak percaya bahwa wanita bayarannya masih perawan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Sari Haryanti
lnjutkan
2022-02-06
0
Elis Konkon
teman laknat, kasihan zahra 😢
2021-11-21
0