Garis Dua

Dua bulan sudah berjalan dari hari dimana Zahra kehilangan kesucianya. Dan dua bulan juga Deon selalu memantau kegiatan Zahra lewat ajudannya.

Ya. Bukan tanpa alasan Deon memerintahkan ajudannya untuk sembunyi- sembunyi memantau Zahra. Namun memang sudah tumbuh bibit- bibit cinta dalam hatinya untuk wanita yang telah dia renggut kesucianya dengan paksa.

Huek huekk

Terdengar suara Zahra yang terus terusan memuntahkan isi dalam perutnya.

"Ya ampun Zahra. Sudah berapa kali kau memuntahkan isi perut mu." ucap Nia sambil menepuk- nepuk bahu Zahra

"Lihat wajahmu. Kau terlihat sangat pucat." lanjut Nia

"Jangan khawatirkan aku. Aku tidak apa- apa." jawab Zahra

"Apanya yang tidak apa- apa. Sudah seminggu ini kau terus- terusan memuntahkan semua isi perutmu." sahut Nia

"Mungkin beberapa hari yang lalu aku ada salah makan." jawab enteng Zahra sambil mengeringkan wajahnya

"Sudah lah. Kau tak perlu kerja hari ini. Jangan paksakan lagi badan mu. Aku tidak ingin sesuatu terjadi padamu." bujuk Nia

"Tapi aku benar-benar tidak apa- apa Nia." bantah Zahra

"Jangan beralasan lagi kalau kau tidak apa- apa. Sudah jelas- jelas kau terlihat tak baik-baik saja."

"Istirahat lah dan kunjungi dokter sesegera mungkin." perintah Nia

"Tapi pekerjaan ku. Aku tak mau merepotkan orang lain."

"Sudah jangan membantah lagi. Ini perintah dari atasan mu."

"Ahh baiklah kak bos. Aku akan menuruti perintah mu."

"Baguslah. Istirahat lah sampai menurutmu kau sudah baikan. Dan jangan lupa periksakan diri mu ke dokter."

"Siap kak bos." jawab Zahra sambil mengangkat tangannya hormat

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Di tempat lain terlihat Deon yang sedang berbicara dengan seorang pria dari seberang telephone.

"Tetap ikuti dia. Dan beri kabar baru secepatnya" perintah Deon

"Laksanakan perintah Tuan."

Ternyata Deon sudah mengirim ajudan nya hari ini untuk mengawasi Zahra.

Yang tanpa Zahra ketahui, lelaki berjaket hitam yang sedang memesan catering di tempatnya bekerja adalah pesuruh Deon.

Tak berselang lama, ajudan itu keluar membuntuti Zahra yang sudah keluar terlebih dahulu.

Disana, terlihat Zahra yang berjalan menghampiri taxi. Rupanya ia sudah memesannya terlebih dahulu untuk mengantarkan nya menuju rumah sakit.

Setibanya di rumah sakit, Zahra terlihat mendaftar di resepsionis lalu menunggu nomor antriannya dipanggil.

Sedangkan sang ajudan, masih saja terlihat membuntuti Zahra. Ia terlihat duduk di belakang Zahra yang berjarak hanya dua kursi dari nya.

"Nomor antrian 34 Farida Az Zahra. Silahkan masuk ke ruang dokter umum." terdengar seorang wanita memanggil nama Zahra lewat pengeras suara dalam ruang tunggu

Dengan sigap Zahra beranjak dari duduknya menuju ruangan yang sudah disebutkan.

Sesampainya di ruangan, dokter menyambut nya dengan ramah.

"Atas nama Farida Az Zahra." tanya seorang dokter dengan ramah

"Benar dok."

"Umur berapa ya."

"Umur 19 tahun dok."

"Ok."

"Silahkan ceritakan apa keluhan nya." pinta dokter

"Saya merasa lemas dok. Mual. Sudah ada satu minggu ini saya muntah- muntah dok." jelas Zahra

"Apa sebelumnya sudah pernah periksa." tanya dokter

"Belum dok."

"Apa sudah minum obat sebelumnya."

"Belum juga dok."

"Loh. Kenapa belum juga."

"Emm. Awal nya saya pikir masuk angin biasa dok. Jadi cuma saya oles olesi minyak angin saja." jawab Zahra sembari malu malu karena merasa dirinya sangatlah lalai

"Untuk makannya apa teratur."

"Alhamdulillah sebelumnya selalu teratur dok."

"Selama sakit napsu makan kurang."

"Iya dok."

"Baik lah. Silahkan berbaring dulu. saya akan periksa." pinta dokter sembari berjalan ke tempat pemeriksaan

Zahra berbaring dan dokter mulai memeriksa satu persatu keadaan dokter.

"Tekanan darahnya rendah ya. Jangan terlalu kelelahan."

" Baik dok."

Lanjut dokter memeriksa bagian perut Zahra.

"Kapan terakhir datang bulan."

"Ehh.. lupa dok" jawab Zahra sambil tersipu malu

"Ahh yasudah. Kalo begitu ikut saya ke ruang dokter obgyn ya." pinta dokter

Tak menunggu lama Zahra dan dokter yang memeriksanya menuju ruang obgyn.

Saat memasuki ruang obgyn, mereka disambut dengan ramah oleh dokter di sana.

"Ada apa ini." tanya dokter obgyn sambil tersenyum lebar

"Tolong periksakan pasienku dok." pinta dokter

"Sebelumnya keluhannya apa."

"Lemes, mual, muntah. Tapi pasien tidak ingat tanggal terakhir datang bulan. Tadi sudah saya coba memeriksa lambungnya, namun tidak ditemukan keluhan nya."

"Oke. Kalo begitu silahkan berbaring dulu. Saya akan memeriksa nya." pinta dokter obgyn pada Zahra

Tak menunggu lama Zahra pun berbaring. Dan dokter memeriksanya dengan alat- alat yang baru pertama kali Zahra memakainya.

Sedangkan dokter umum yang memeriksanya tadi pergi meninggalkan ruangan.

"Puji syukur Bu. Bisa dilihat pada layar ya bu. Janin dalam kandungan sudah terbentuk. Panjangnya sudah mencapai 1,6 cm. Perkiraan umur kandungan ibu sudah memasuki umur 8 minggu." ucap dokter obgyn sambil terus mejelaskan gambar- gambar yang muncul pada layar

Sedangkan Zahra hanya bisa terdiam membisu mendengarkan penjelasan dari dokter obgyn. Otak dan hati nya sama- sama menolak untuk percaya pada kenyataan yang ia hadapi kali ini."

"Selamat ya Bu untuk kehamilan nya." ucap dokter obgyn memberi selamat pada Zahra

Zahra hanya menjawab ucapan selamat sang dokter dengan anggukan nya.

Segera setelah dokter selesai melakukan pemeriksaan, ia memberikan hasil USG sekaligus resep yang harus ditebus di apotik.

Zahra terlihat berjalan keluar ruangan dengan tatapan kosong. Ia masih saja tak mempercayai nya.

Sesampainya di apotek dia memberikan resep dokter dan duduk menunggu namanya dipanggil.

Tak lupa ia juga memesan satu buah tespek untuk memastikan nya kembali.

Setelah nama nya dipanggil, ia langsung membayar semua tagihan dan membawa pulang obat- obatan yang ia terima.

Sesampainya di kontrakan, tanpa basa basi Zahra langsung mencoba tespek yang ia beli di apotek tadi.

Dia menunggu hasil nya dengan harap- harap cemas. Bibir nya selalu melantunkan kalimat "jangan. jangan garis dua. kumohon"

Satu menit kemudian Zahra mengambil tespek nya. Ia menutup matanya sembari menenangkan hati nya sebelum melihat hasil nya.

"Satu dua tiga." hitung Zahra untuk membuka mata nya.

Dan damnnn....

Hancur berkeping- keping perasaannya. Dia langsung duduk tersungkur tak berdaya.

"Bagaimana aku bisa hamil tanpa suami ya Tuhan."

"Hina sekali diri ini."

"Rasanya tak pantas lagi aku hidup di dunia ini." ucap Zahra tak berdaya

Ia terus saja mengucapkan kalimat-kalimat putus asa nya.

Saat ini ia merasa sedang terjatuh dalam lubang yang teramat dalam. Sampai tak tau lagi apa yang harus ia lakukan.

Namun di tengah- tengah kepedihan Zahra, terlihat seseorang yang seakan tak percaya tapi ia merasa bahagia.

Ia ingin segera pergi menemui Zahra dan memastikan bahwa janin yang dikandungnya adalah anaknya, Tuan CEO.

Terpopuler

Comments

Sari Haryanti

Sari Haryanti

lnjyt

2022-02-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!