Di parkiran hotel lotus
Nia masih tampak menunggu kemunculan Zahra dengan gusar. Dipandangnya berulang kali pintu utama hotel, namun belum juga terbuka.
Kegusaran Nia semakin menjadi ketika dia mencoba menghubungi nomor Zahra namun tidak ada jawaban sekalipun darinya.
Ditengah kegusarannya, Nia berfikir untuk menerobos masuk ke dalam hotel. Dia berfikir untuk mencari Zahra dengan segera. Namun seketika dia mengurungkan niatnya karena ajudan- ajudan berwajah beringas terlihat mondar- mandir di setiap sisi hotel.
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
Ditengah kebingungan Nia, Zahra yang sedari tadi meratapi kepiluanya mendadak ingin segera pergi dari ruangan terkutuk ini. Tapi dia merasa bingung apa yang harus dia perbuat.
Diliriknya sang tuan yang terlihat diam mematung di atas ranjang, entah apa yang sedang dia pikirkan. Yang jelas, terlihat sama sekali tak ada penyesalan dari raut wajahnya setelah kekejian yang ia perbuat.
"Dasar jahanam. Aku tidak akan pernah melupakan wajah jahanam mu. Dengan kasar kau telah merenggut kesucian yang ku jaga mati- matian. Suatu saat akan ku balas kan sakit ini padamu." ucap Zahra mengutuk sang tuan dalam hatinya.
Tak berselang lama sang tuan terlihat melirik jam di tangannya, kemudian segera bangkit dari atas ranjang. Terlihat dia masuk ke dalam kamar mandi. Dan tak lama kemudian dia keluar dengan pakaian yang sudah rapih.
Zahra yang sedari tadi menatap semua yang dilakukan sang tuan seketika menganga. Dia kaget dengan keindahan Tuhan yang ada di depan matanya. Pria tampan dengan dada yang bidang dan tegap. Postur yang tinggi dan badan yang kekar. Rambut hitam, kulit putih dan mata biru yang menawan.
"Ciptaan Tuhan memang yang paling indah. Sempurna." gumam Zahra dalam hatinya
"Hei Zahra, sadar kau. Dia laki- laki yang sudah merenggut kesucian mu. Jangan pernah kau menaruh hati padanya. Bahkan dia tak lebih baik dari hewan- hewan liar." sontak Zahra menyadarkan dirinya sendiri
Teringat bahwa kesucianya sudah direnggut paksa oleh pria tak dikenalnya, dia merasa terpuruk lagi. Dia berfikir bagaimana masa depanku. Apa ada laki- laki yang mau menerimaku nantinya. Menerimaku dengan segala kekuranganku. Menerimaku, seorang wanita yang tak bisa menjaga kesucian dirinya sendiri.
Huhuhu... Zahra mulai menangis terisak- Isak lagi meratapi masa depannya yang terlihat suram.
"Heii kau. Hentikan tangisanmu. Kau tak perlu terus- terusan berakting." kata sang tuan
Dari kejauhan Zahra hanya menjawab pernyataan sang tuan dengan tatapan tajam.
"Pria yang tak punya perasaan. Jahanam." gerutu Zahra dalam hatinya.
"Heii kau, tak perlu kau menatapku seperti itu. Aku sama sekali tidak takut padamu."
"Aku harus segera pergi. Dan kau, aku akan mengirimkan seseorang untuk mengantarkan pakaianmu." lanjut sang tuan dengan segera pergi meninggalkan Zahra yang sedang berduka sendirian di dalam kamar.
"Ahhh... sial sial kau. Kau pria jahanam. Tak punya perasaan. Lihat saja, hidupmu tak akan pernah lebih bahagia dari diriku. Lihat saja tuan jahanam. Dengarkan aku. Aku mengutuk mu." teriak Zahra mengiringi kepergian sang tuan.
Tak berselang lama dari kepergian sang tuan, terdengar suara ketukan pintu dari luar.
Tok tok tok
"Permisi nona. Ada kiriman untuk anda."
Zahra dengan kesusahan dan menahan perih di *********** mencoba bangkit dan berjalan untuk menuju pintu kamar.
Dibukanya pintu kamar dan terlihat seorang wanita memegang sebuah kotak di tangannya.
"Nona ini kiriman untukmu." sambil menyodorkan kotak di tangannya kepada Zahra.
Zahra segera mengambil kotak yang diberikan padanya dari belakang pintu yang hanya dia buka sedikit.
"Terimakasih kak." ucap Zahra
Tak ingin berlama- lama Zahra langsung menutup pintunya dan segera pergi ke sofa. Dia duduk sembari membuka kotak yang diberikan padanya.
"Ahh ya. Ini kiriman dari tuan jahanam."
Sambil membolak- balik baju yang telah dia pegang.
"Ahh pakaian macam apa ini. Kenapa pendek sekali. Dasar pria hidung belang."
Walaupun Zahra terlihat tidak menyukai pakaian yang diberi sang tuan, Zahra tetap memakainya. Dia berfikir mau pake apalagi kalo tak memakai baju pemberian sang tuan. Walau terlalu pendek setidaknya masih bisa menutupi bagian- bagian terpentingnya.
Setelah selesai merapihkan diri dan berpakaian, Zahra teringat ada kotak kecil pemberian sang tuan yang belum juga ia buka.
Ia bergegas menuju kotak yang ada di sofa dan membukanya.
"Kalung. Apa- apaan ini. Dia kira aku benar- benar menjual diriku. Dasar lelaki hidung belang." diambilnya sebuah kalung yang tersimpan dari kotak. Terlihat kalung terbuat dari emas putih dan hiasan berlian berbentuk abjad 'D' menambah kemewahan pada kalung.
"Apa lagi ini." diambilnya barang di dalam kotak kalung yang ternyata adalah kartu nama.
Dibacanya pelan- pelan dalam hatinya nama yang tercantum.
"Deon Sasaga. Apa perlu aku mengetahui nama pria jahanam sepertimu." gumam Zahra
Drtt drtt drtt
Tiba- tiba terdengar dering hape. Zahra langsung beranjak dari duduknya mencari dimana hapenya yang berdering.
Setelah Zahra tau bahwa Nia yang menelepon, ia mengangkatnya tanpa harus berfikir panjang lagi.
"Hallo Zahra."
"Hallo Nia." jawab Zahra dengan tenang
"Astaga Zahra. Kau darimana saja baru angkat telephone ku. Dimana sekarang kamu. Aku mengkhawatirkan mu." ucap Nia dari seberang telephone
"Aku di hotel lotus Nia."
"Kau benar- benar di hotel lotus. Di kamar berapa sekarang. Tunggu aku disana, aku segera kesana."
"Aahh, tidak usah Nia. Aku akan segera kembali. Kau tak perlu mengkhawatirkan Ku. Lagian apa yang perlu dikhawatirkan." Zahra berusaha menutupi dengan apa yang terjadi dari Nia.
"Zahra." tanya Nia tak percaya
"Ya. Aku baik- baik saja. Aku akan segera kembali."
"Jika kau baik- baik saja, aku menunggumu di parkiran hotel lotus."
"Kau di hotel lotus." tanya Zahra tak percaya
"Ya. Cepat keluar. Aku menunggumu." tegas Nia
Zahra tak percaya bahwa Nia berada di hotel lotus. Ia segera merapihkan pakaian yang dikenakannya dan juga barang pemberian dari tuan Deon.
Setelah dirasa sudah rapi, ia bergegas menuju ruang parkir hotel lotus.
Sesampainya di parkiran, benar saja, terlihat Nia yang sedang menantinya sedari tadi. Zahra terus berjalan menghampiri Nia.
"Zahra. Apa ini yang kau bilang kau baik- baik saja." tanya Nia setelah melihat pakaian yang dikenakan Zahra
"Ya. Aku baik- baik saja Nia." jawab Zahra yang terus saja menutup- nutupi kebenaran
"Tapi sejak kapan kau memiliki pakaian seseksi ini." tanya Nia masih tak percaya
"Seperti yang kau lihat. Sejak sekarang."
Nia masih tercengang dan tak percaya dengan apa yang dia lihat pada diri Zahra. Namun dia berusaha oke dan percaya pada ucapan sahabatnya.
"Kau sudah lihat kan. Aku baik- baik saja. Ayo balik ke toko sekarang." pinta Zahra sambil melangkah masuk ke mobil
Wushhh....
Nia melajukan mobilnya untuk kembali ke toko seven.
Sementara Deon terlihat menyembunyikan senyumnya dari seberang. Ia terus mengamati dari saat pertama Zahra keluar hotel sampai kepergiannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments