Kenapa Sakit?

Satu minggu sudah berlalu dari hari pertama Zahra datang ke apartemen. Dan hari ini, adalah hari pertama Zahra bisa keluar dari apartemen.

"Kia. Rasanya aku bahagia sekali. Akhirnya bisa menghirup udara di luar ruangan." ujar Zahra pada Kia, yang kali ini menemaninya keluar untuk berjalan- jalan sekedar menghilangkan penat selama satu minggu ini

"Seperti nya nona sangat bahagia." ujar Kia yang memandang Zahra terus berjalan sambil menari- nari

"Tentu saja aku sangat bahagia. Kau tau sendiri kan. Sudah satu minggu aku jadi tahanan tuan mu itu. Dan akhirnya, tibalah hari ini. Ahhh, aku sangat bahagia." jawab Zahra sembari tertawa girang

"Iya nona. Berbahagia lah selagi masih bisa." ujar Kia seperti menegaskan sesuatu

"Apa maksudnya kau bilang begitu Kia." tanya Zahra serius

"Maaf nona. Tapi tuan memerintahkan ku hanya untuk tiga jam saja kita di luar."

"Apa. Apa maksud mu." ujar Zahra

"Kau sedang tidak bercanda kan." ujar Zahra sekali lagi

"Saya tidak bercanda nona."

"Astaga. Tuan mu itu memang ya. Kenapa senang sekali menjadikan orang lain seperti tawanan nya." ujar Zahra kesal

"Itu semua juga pasti untuk kebaikan nona dan janin dalam kandungan nona."

"Basi. Lagi- lagi anak jadi alasan."

"Lagian siapa yang menginginkan anak ini hadir."

"Aku sama sekali tidak menginginkan kehamilan ini."

"Jangan berkata seperti itu nona. Anak yang nona kandung pasti akan merasakan nya. Dia pasti akan sedih mendengar ucapan nona barusan."

"Sudah lah Kia. Aku jadi tidak mood untuk pergi lagi."

"Kenapa nona."

"Waktu nona masih ada dua jam lebih."

"Apa nona yakin tidak mau sesuatu." tanya Kia pada Zahra yang sudah terlihat tak ada semangatnya

"Aku ngga tau harus kemana."

"Aku sangat tidak suka bila orang lain membatasi waktu ku." ujar Zahra dengan perasaan sedih

"Nona jangan sedih."

"Bagaimana kalo nona melewati waktu ini untuk mencari sesuatu yang ingin nona makan." ujar Kia mencoba menghibur

"Makan. Emang aku ingin makan apa." ujar Zahra sembari berfikir

"Apa saja yang nona mau. Aku akan antar nona selagi masih ada waktu nya."

"Hmm. Kita jalan saja dulu. Nanti kalo aku melihat ada yang menarik, kita akan mampir."

"Ahh. Baik lah nona. Ayo kita jalan." ajak Kia

"Nona jangan bersedih lagi ya." ujar Kia

"Iya iya. Terimakasih ya Kia. Kau memang teman yang baik." ujar Zahra sembari menggandeng tangan Kia yang sedari tadi berjalan satu langkah di belakang nya

"Maaf nona...." ujar Kia ingin melepaskan tangan nya, namun Zahra cepat- cepat menggandeng nya lebih erat

"Kau jangan menolak dan melepaskan tangan ku."

"Kau tak perlu sungkan. Anggap saja aku teman."

"Ahhh. Terimakasih banyak nona."

"Aku yang seharusnya berterimakasih pada mu. Kau selalu melindungi dan menghiburku di saat aku sedih."

"Itu memang sudah tugas ku nona."

Mereka berdua pun melangkahkan kaki nya selangkah demi selangkah. Menyusuri jalanan dekat taman kota. Mencari sesuatu yang mungkin ingin mereka singgahi.

"Ahh Kia. Lihat disana. Ada tukang ketoprak." ujar Zahra sembari menunjuk tukang ketoprak di seberang jalan

"Apa nona ingin kesana."

"Tentu saja aku mau."

"Baiklah nona. Mari saya temani kesana."

"Ayolah. Aku tak sabar. Sudah lama aku tak makan ketoprak."

Mereka berdua pun berjalan menghampiri tukang ketoprak yang diinginkan Zahra.

"Pak. Mau dua porsi ya. Dimakan disini saja. Pedesnya sedang aja." ujar Zahra memesan pada tukang ketoprak

"Baik nona. Ditunggu ya." jawab tukang ketoprak

"Ayo Kia. Kita duduk sambil menunggu ketoprak nya jadi." ajak Zahra duduk

"Baik nona."

Tak perlu lama menunggu, pesanan mereka pun sudah siap. Mereka pun segera melahap nya.

Tak perlu waktu sampai 20 menit, ketoprak yang dipesan Zahra sudah terlihat bersih. Piring di depan nya sampai tak ada sisa makanan.

"Kia. Apa kau mau nambah lagi." tanya Zahra pada Kia yang masih menikmati makanan nya

"Ahh. Tidak nona. Pesanan ku masih belum habis juga."

"Ahh. Yasudah. Aku mau nambah lagi. Kalau kau mau nambah, kau bilang saja." ujar Zahra

"Pak. Tambah satu porsi lagi ya. Persis seperti tadi." ujar Zahra memesan satu porsi lagi

"Baik nona." jawab tukang ketoprak

Sambil menunggu pesanan ke dua kalinya jadi, Zahra pun beranjak dari duduknya. Ia berjalan tak jauh dari Kia yang masih menikmati makanan nya.

Namun tak disangka, Ia melihat Deon juga berada disana. Ia terlihat jalan terburu- buru. Rupanya, ia menghampiri seorang wanita yang sedang duduk tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.

"Dia. Siapa wanita yang bersama nya." ***ujar Zahra dalam hati nya

"Kenapa aku jadi penasaran sekali." ujar Zahra yang hanya bisa menatap punggung wanita yang sedang bersama Deon

"Ahh, lebih baik aku telepon saja." ujar Zahra sembari mengambil handphone dari tas nya***

"Hallo."

"Hallo Ara."

"Ada apa. Apa kau baik- baik saja. Tak biasanya kau mau menelepon ku." ujar Deon

"Ahh tidak. Tiba- tiba saja aku ingin mendengar suaramu."

"Oya. Kau dimana sekarang." tanya Zahra

"Aku masih di kantor Ara. Sebentar lagi akan ada meeting. Aku matikan dulu ya. Nanti akan aku telepon kembali."

Tut Tut Tut

"Astaga. Kenapa telepon nya dimatikan."

"Rupanya ini yang di bilang sedang di kantor dan akan ada meeting."

"Apa berduaan dengan seorang wanita di area taman adalah meeting."

"Dan hatiku. Kenapa hatiku terasa sakit sekali mengetahui bahwa dia berbohong."

"Seharusnya ini tidak apa- apa kan."

"Lagian apa peduliku pada lelaki tidak waras itu."

"Tapi. Ini sakit sekali Tuhan." ujar Zahra sambil terus meremas dada nya yang mulai terasa sesak

"Nona. Apa kau tidak apa- apa." ujar Kia mencoba membangunkan Zahra dari lamunan nya

"Kia. Kenapa kau ada disini."

"Ahh itu. Pesanan nona sudah jadi."

"Ya sudah, ayo kita membayar nya."

"Nona. Apa nona tidak apa- apa."

"Aku baik- baik saja Kia."

"Kau bayarlah yang tadi sudah aku pesan." ujar Zahra sembari menyodorkan sejumlah uang pada Kia

"Tapi nona. Apa nona tidak akan menghabiskan pesanan nona."

"Tidak perlu. Aku sudah kenyang."

"Kita langsung kembali saja ke apartemen."

"Baik lah nona."

"Aku akan membayar nya sebentar."

Selesai membayar semua pesanan, Zahra dan Kia pun memutuskan untuk kembali ke apartemen. Kia berjalan tepat di belakang Zahra yang terlihat murung.

"Kenapa dengan nona. Apa memang orang yang sedang hamil suka berubah pikiran tiba- tiba. Hmmm." ujar Kia dalam hati nya. Ia merasa ada yang janggal pada nona nya. Tapi ia tak bisa menduga- duga apa yang sudah terjadi sebenarnya

🕗 Tak lama kemudian, mereka pun sampai di apartemen. Zahra yang terlihat sedih, langsung masuk dan mengunci diri nya sendiri dalam kamar

Dan di tempat lain, Deon terlihat membuka sebuah pesan masuk yang ternyata dari Zahra.

"Rupanya kantor mu sudah pindah ya. Dan meeting yang kau maksud itu adalah berduaan dengan seorang wanita"

Terpopuler

Comments

Alfia Dila

Alfia Dila

Zahra udh mulai cemburu duh suka bacanya

2022-02-09

1

Elis Konkon

Elis Konkon

zahra mulai terbakar api cemburu.otw bucin 😉

2021-11-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!