Nomer privat membuat penasaran, digeser nya icon hijau dan di dekat kan benda pipih itu ke telinga nya.
"Datang atau ku datangi. Pilihan di tanganmu tuan muda Rico al Fatih." ucap sang penelfon dengan suara serak dan berat.
"Halooo siapa kamu? " tanya Rico namun bunyi sambungan telefon terputus menjadi jawabannya.
Triing...
Sebuah pesan masuk dan dengan cepat Rico membuka nya, sungguh demi apapun melihat cuplikan video di dalam benda pipihnya membuat jiwa nya tercabut. Tangannya tak mampu menahan untuk tidak bergetar, mencoba memastikan dengan menonton nya sekali lagi dan tidak ada yang berubah sedikit pun didalam video itu.
Satu pesan kembali masuk tanpa nada karena pesan itu masih terbuka di nomer yang sama, dan pesan itu membuat ingatannya hilang tanpa kata.
[Malam ini Cafe Kejora stasiun lima 21:00]
Gugup bukan itu yang di rasakan nya tapi rasa takut yang ntah tiba-tiba merasuki dirinya datang dari mana, teriakan minta tolong dan jeritan pengampunan itu terdengar begitu menusuk gendang telinga nya. Berulang kali di pukul nya kepala yang terasa berputar tapi tidak melenyapkan memori di kepalanya, bukan video yang baru saja di tonton olehnya tetapi sebuah kenangan yang sudah di anggap tutup babak nya.
"Si@@@l, aku harus beri tahu yang lain. Tapi sebaiknya ku pastikan dulu, yah itu lebih baik. Aku tidak mau di anggap gila." gumam Rico menjambak rambutnya sendiri.
Melihat jam dinding yang baru menginjak pukul dua belas siang membuat pemuda itu memilih untuk istirahat melepaskan beban fikiran yang mampu mengoyahkan hatinya. Sedangkan di sisi lain seorang pria dengan pakaian yang acak-acakan menenteng dua buket bunga yang sama besar dan jenisnya, dengan menatap papan nama di antara dua makan.
"Aku kembali, bagaimana keadaan kalian? Kuharap kalian segera mendapatkan kedamaian, tunggu sebentar lagi. Semua akan ku kirim ke tempat kalian untuk meminta maaf langsung. Aku pergi dulu, setelah semua selesai, aku akan datang kembali." ucap pria itu meletakkan dua buket bunga ke tempatnya masing-masing dan meningkatkan pemakaman dengan wajah datarnya.
Kini mobilnya melaju melewati lingkungan pemukiman yang sudah mulai padat dan di sebuah pertigaan mobil itu berhenti, dengan melihat ke depan dimana ada sebuah rumah dengan pot-pot bunga warna-warni. Andai saja kejadian mengerikan itu tidak pernah terjadi mungkin saat ini rumah itu menjadi tempat terindah dan membahagiakan untuk dirinya berpulang, namun semua itu hanya angan dan kini hanya tersisa api balas dendam di dalam hati dan aliran darahnya.
Triiing....
"Katakan? " ucap pria itu setelah menggeser icon hijau di layar benda pipihnya.
"Kami ingin mengabarkan, nona muda kembali mengamuk tuan." jawab dari seberang dengan panik.
"Tunggu dan jangan lakukan apapun. Aku segera kesana." jawab pria itu yang langsung menyalakan mesin mobilnya.
Terlihat kecepatan yang tidak biasa membuat mobil itu menyelip begitu banyak kendaraan lain tanpa memikirkan keselamatan nya sendiri, tidak peduli berapa banyak umpatan pengendara lain yang merasa terkejut dengan aksinya. Setelah melihat sebuah rumah dipinggiran kota, rumah itu cukup besar dan terjaga dengan ketat namun saat melihat mobil hitam dengan plat nomer yang dikenali maka gerbang segera di buka.
Tanpa mengatakan apapun langkah nya dipercepat memasuki rumah yang menjadi tempat seseorang tinggal, dan pintu terkunci seperti biasa namun seseorang sudah menunggu di balik pintu dan segera membuka pintu begitu melihat mobil tuan nya datang.
"Dimana? " tanya pria itu menatap setiap sudut rumah.
"Di kamar atas tuan." jawab pelayan itu dan menunduk.
"Lanjutkan pekerjaan mu." perintah pria itu dan melangkah menaiki tangga menuju ke sebuah kamar.
Tanpa mengetuk di buka nya pintu kamar yang tidak pernah terkunci, di telusuri seluruh sudut ruangan yang tampak seperti kapal pecah. Hingga netra nya berhenti pada gulungan tirai yang seakan membungkus seseorang, tanpa mendekat langkah nya hanya memberikan jarak satu meter di depan sosok yang terbungkus tirai jendela.
"Mia." panggil pria itu dengan lembut.
"Apa Mia marah dengan ku? Baiklah kalau begitu, aku pergi saja." ucap pria itu dengan nada merajuk.
"Papaa." panggil suara lirih seorang gadis yang baru berumur sepuluh tahun.
"Kemari." pinta pria itu merentangkan kedua tangannya.
"Ada apa Mia? Apa mimpi buruk kembali mengganggu mu? " bisik pria itu dengan lembut.
Pelukan yang semakin erat dengan sensasi basah yang terasa di kemeja nya membuat pria itu mengangkat tubuh tak seberapa itu ke dalam ranjang, dengan penuh kasih sayang di elus nya kepala dengan rambut panjang itu. Membiarkan rasa takut gadis kecil itu menghilang bersamaan ketulusan darinya, ntah sudah berapa jam elusan itu di lakukan nya namun kali ini isakan itu sudah berhenti dan terdengar suara deru nafas teratur.
"Tidurlah, setelah semua selesai kita akan pergi dan akan ku berikan kehidupan yang layak untukmu." bisik pria itu menyelimuti gadis kecil yang sudah terbaring dengan memeluk boneka beruang nya.
Dengan perlahan di tutup nya pintu kamar gadis kecilnya, dan menghampiri para pelayan di bawah. Memastikan segalanya tetap aman dan terkendali meskipun tanpa dirinya dan keselamatan gadis kecil itu adalah yang utama karena gadis itu adalah kunci dari segalanya.
"Tetap awasi dan jaga Mia dengan nyawa kalian, segera kabari jika hal seperti tadi terjadi lagi dan satu lagi pastikan semua jendela dan pintu tetap terkunci." ucap pria itu yang hanya mendapatkan jawaban sebuah anggukan kepala dari lima pelayan di depannya.
"Tuan ada yang ingin saya sampaikan." ucap seorang pelayan yang bertugas membersihkan rumah.
"Katakan." ucap pria itu menatap pelayan nya.
Bukannya langsung menjawab tapi pelayan itu berlari ke sebuah deretan lemari dan terlihat sesuatu di ambilnya dari salah satu lemari mini, terlihat lembaran-lembaran kertas di tangannya.
"Ini tuan, coretan ungkapan hati nona Mia selama seminggu ini." ucap pelayan itu dengan memberikan setumpuk kertas.
"Terimakasih. Lanjutkan pekerjaan kalian." perintah pria itu dan membawa setumpuk kertas warna warni ke dalam ruangan kerja nya.
Tubuh yang bersandar di kursi empuk tak membuat mata nya berhenti menatap coretan di atas setiap lembar kertas warna warni di hadapan nya, setiap coretan yang menggambarkan betapa tersiksa nya gadis kecil itu. Jelas sekali gadis itu tertekan dengan semua ingatan yang tak mampu di hapus dengan kata lupakan saja, di usia nya yang masih dini dan dengan mata kepala nya sendiri sebuah penderitaan terekam jelas di dalam memori otaknya.
"Setidaknya aku menemukan mu bukan mereka, apapun yang terjadi aku akan melindungi mu seperti dia yang melindungi mu di sisa akhir hayatnya." batin pria itu dengan menghela nafas.
Tanpa menyadari waktu berjalan cepat dan sisa waktu nya di gunakan untuk membuat sebuah senyuman gadis kecil yang masih sibuk bermain boneka di hadapan nya, di liriknya jam di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan pukul tujuh malam.
"Mia ayo kita makan malam." ajak pria itu mengangkat tubuh gadis itu yang langsung melingkar kan tangan mungil nya di leher.
"Papaa kapan kita ke taman hiburan? " tanya Mia dengan mata polosnya.
"Papa akan membawa mu ke manapun kamu mau tapi setelah permainan petak umpet selesai, Mia mau kan menunggu permainan papa berakhir?" ucap pria itu sembari menyuapi makanan gadis kecil nya.
"Mia ikut pa, bagaimana rasanya bermain petak umpet. Tapi Mia takut sendiri." ucap Mia dengan mata yang mulai terlihat takut.
"Putri papa dengan diam dirumah dan tidak nakal, itu artinya Mia ikut permainan petak umpet nya papa. Mia mengerti maksud papa kan? " bujuk pria itu dengan mengusap kepala Mia.
"Mia paham pa, Mia akan jadi anak baik." jawab Mia dan kembali dengan mata polosnya.
Setelah selesai memberikan makan dan obat kini pria itu meninggalkan kamar setelah memastikan gadis kecilnya terlelap dalam mimpi, dan waktu menunjukkan pukul delapan tiga puluh. Tanpa menunda lagi dirinya memasuki kamar sebelum untuk membersihkan diri sebelum melakukan rencana selanjutnya, hanya membutuhkan waktu dua puluh menit dirinya kembali segar dengan pakaian special nya.
Sruuut.. sruuut..
Semprotan minyak wangi yang terlihat manis jika di hirup dan itu cocok untuk minyak wangi seorang wanita, namun minyak wangi itu yang akan bekerja untuk malam ini. Di raihnya sebuah jaket hitam dengan tudung tebalnya, dan sesuatu yang menjadi penutup identitas nya terselip di dalam jaket nya.
Langkahnya meninggalkan rumah besar nya dengan mengendarai mobil berbeda dari mobil kedatangannya, satpam hanya memberi hormat dan menutup gerbang kembali setelah melihat mobil tuan nya menjauh.
Sebuah benda pipih kini sudah menunjukkan keadaan di dalam sebuah cafe, nampak targetnya masih belum sampai di lokasi membuat nya duduk manis di dalam mobilnya. Hingga setengah jam berlalu rasa jenuh mulai menghampiri nya namun netra mata nya menangkap sebuah plat motor yang memasuki kawasan cafe kejora, dan sosok yang turun dari motor itu terlihat berbeda dari targetnya.
"Rupanya ingin bermain, baiklah. Let's play with me." ucap pria itu dengan senyuman devil nya.
Tiga nomer berbeda yang masih dengan nama sama yaitu PE Triple, dengan satu klik kini tiga sasarannya berada dalam satu grup dengan nama yang unik yaitu My Goal, dan sebuah video sukses terkirim.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments