Sedangkan di kamar yang berantakan seorang pemuda dalam keadaan naked mendengar deringan ponsel untuk kesekian kalinya, dengan rasa tak karuan di sambar nya dengan kemalasan.
[Cafe Kejora stasiun lima 21:00 nanti malam]
Sebuah pesan yang baru saja terbuka membuat kedua mata pria yang tengah mabuk itu tidak peduli dan melemparkan kembali ponselnya ke sembarang arah dan meletakkan kembali kepala nya yang masih berdenyut dengan musik berdendang.
Sudah hampir tiga jam berlalu perutnya terasa perih dan kelaparan, mau tidak mau membuat mata pria itu mengesampingkan rasa malas dan kantuk nya. Dengan langkah gontai memasuki kamar mandi, memutar handle shower untuk mengguyur tubuh lengket nya dengan air dingin.
"Aiish, ada apa dengan punggung ku kenapa rasa nya perih sekali." gerutu pria itu mencoba melihat dari cermin yang ada di sisi lain dinding.
Luka cakaran yang panjang dan bukan hanya itu saja ternyata, lengan nya juga ada luka lebab ditambah lehernya seperti terkena gigitan. Dengan buru-buru mandi ala kadarnya di akhiri, kembali memasuki kamar yang ternyata sangat berantakan dengan beberapa barang yang sudah pecah dan berserakan.
"Seperti nya aku harus ganti rugi.Sia@@l." umpat pria itu dan memesan makanan untuk di antar ke kamar nya.
Tidak berselang lama seorang pelayan mengantarkan makanan pesanan nya dan melihat kamar yang sangat kacau membuat pelayan itu penasaran, terlihat seorang pemuda yang masih bisa duduk dengan tenang di antara kapal pecah di depannya.
"Bersihkan saja jika kau risih melihat semua itu." ucap pemuda itu memulai ritual makannya.
"Baaiik tuan." jawab pelayan itu, keluar dari kamar itu dan beberapa saat kembali lagi dengan peralatan bersih-bersih.
Tanpa mempedulikan pelayan yang bersih-bersih, pemuda itu menikmati makanannya dengan santai dan cepat tak menyisakan sebutir nasi pun. Pelayan yang diam-diam memperhatikan pun hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah aneh anak orang kaya yang baru mengadakan pesta, bahkan pelayan yang bekerja pagi pun harus melihat hasil pesta semalam.
"Ambil ini untukmu." ucap pemuda itu setelah meletakkan selembar uang merah di atas meja setelah mengambil jaket dan benda lain miliknya.
"Terimakasih." jawab pelayan itu yang sudah tak melihat pemuda tadi.
Setelah memasuki mobil merah Avanza miliknya, pemuda itu meninggalkan club tempatnya bermalam dan tentu saja setelah membayar ganti rugi atas kerusakan properti yang di lakukan olehnya. Suara dering ponsel kembali terdengar membuat pemuda itu menjawab panggilan tanpa menghentikan laju mobilnya, tidak ada suara setelah panggilan terjawab.
Panggilan terputus tanpa ada pembicaraan, baru ponselnya akan kembali di letakkan tapi dering ponsel kembali terdengar dan di angkat dan kali ini masih tetap hanya sunyi tanpa sepatah kata pun.
"Heh siapa kau! Berhenti bermain-main." seru pemuda itu dan menutup telfon lagi.
Dering kembali terdengar, dan kali ini emosi nya sudah memuncak membuat nya menggeser icon hijau dengan kasar dan tanpa melihat nama sang pemanggil, jiwa nya sudah merangkai pujian sepenuh hati.
"Bajing@n, kepar@t, Siapa kau hah! Stop menganggu ku..... " seru pemuda itu yang langsung terdiam mendengar suara dari sang penelfon.
"Das@r anak tidak tahu diri! Apa itu caramu bicara dengan papa? PULANG." bentak sang penelfon.
"Astaga. Mati aku." batin pemuda itu melihat nama papa di layar ponselnya.
"Kau dengar papa anak tidak tahu diri? " bentak sang penelfon yang merasa di abaikan.
"Maaf pa, Rico pulang." jawab pemuda itu dan langsung meletakkan benda pipihnya.
Rico melewati perjalan hampir satu jam, hingga mobil memasuki sebuah kawasan elite para pengusaha sukses. Rumah dengan gerbang hitam tinggi menutupi keindahan rumah di dalam sana, satpam yang melihat mobil tuan muda mendekati gerbang langsung membukakan gerbang.
"Pak fi, apa ada tamu?" tanya Rico yang melihat mobil asing di halaman rumah nya.
"Iya tuan muda, rekan bisnis tuan besar. Seperti nya baru." jawab satpam sembari menerima kunci mobil tuan muda nya.
Tanpa bertanya lagi langkahnya memasuki rumah yang pintu utama nya terbuka lebar, baru kali ini rumah nya terbuka lebar. Rasa penasaran membuat Rico mempercepat langkah kaki nya, terdengar suara pria bercakap dan satu suara amat di kenali nya karena itu suara yang baru saja membentak nya tapi suara lawan bicara nya itu yang tidak pernah di dengar oleh nya.
"Pagi pa, pagi om." sapa Rico mendekati ruang tamu keluarga yang biasanya di gunakan khusus untuk keluarga.
"Pagi juga, ini anak anda Tuan Fatih?" tanya seorang pria yang membuat Rico salting.
Penampilan nya itu loh, ya ampun Rico saja yang anak laki-laki bisa fall in love langsung apalagi kalau anak perempuan, wuh pasti ngiler plus pingsan. Merasa diperhatikan membuat pria yang duduk di sofa single itu berdehem menyadarkan kekaguman pemuda di depannya yang masih berdiri dengan tatapan aneh.
"Iya tuan AK, ini Rico putra tunggal saya. Rico kenalkan rekan bisnis papa yang baru." jawab pak Fatih dengan senyuman bangga.
"Rico permisi pa, mari om." pamit Rico meninggalkan kedua pria itu setelah melihat isyarat mata papa nya.
"Bagaimana dengan kerjasama kita tuan AK? Apa masih berlanjut? " tanya pak Fatih dengan gugup.
"Seperti kesepakatan di awal, saya setuju." jawab tuan AK menyodorkan tangannya.
"Terimakasih banyak tuan AK, berkat anda perusahaan saya terselamatkan." ucap pak Fatih menyambut tangan tuan AK dengan sepenuh hati.
Senyuman dengan jiwa devil yang tersamarkan wajah tampan nya sama sekali tidak muncul di permukaan membuat rasa bahagia pak Fatih berlipat ganda, bagaimana tidak dirinya bahagia dengan kerjasama baru nya. Hampir satu bulan terakhir perusahaan miliknya mengalami failed dan orang-orang lama mulai mundur teratur menarik saham di perusahaan nya, tapi angin segar membawa seorang pembisnis yang selama ini tidak tersentuh dunia.
Uluran tangan dari Tuan AK seperti hembusan angin di kala udara yang mencapai tingkat panas tertinggi, sangat menyegarkan. Dan akhirnya kecemasan nya terbayarkan dengan kontrak kerjasama yang bisa membuat perusahaan nya bangkit lagi, meskipun awalnya ada pertanyaan aneh yang melintasi otaknya.
Syarat yang di ajukan oleh tuan AK di anggap tidak masuk akal tapi demi perusahaan apapun akan di lakukan, dan syarat itu adalah mengijinkan tuan AK untuk tinggal di dalam kediamannya selama satu minggu untuk pengenalan dan setelah satu minggu kontrak kerjasama akan di lakukan.
Meskipun itu aneh tapi dengan satu lembar cek yang di gunakan sebagai uang muka maka semua pertanyaan lenyap bersamaan cek 10 milyar yang sudah sah menjadi milik dirinya tanpa kontrak kerjasama. Dan uang itu sudah membantu dirinya untuk mengaji para karyawan perusahaan yang memang sedikit terlambat, dan kini pintu rumah nya terbuka lebar untuk tuan AK sang penyelamat.
"Saya akan kembali malam ini, permisi." pamit tuan AK sembari melihat jam di pergelangan tangannya.
"Datanglah sesuka anda tuan, anggaplah ini rumah anda." jawab Pak Fatih dan mengantarkan tamu nya sampai halaman.
Kepergian rekan bisnis nya membuat pak Fatih memberikan petuah pada pak satpam agar membukakan pintu tanpa meminta izin dulu jika tuan AK datang, setelah memastikan satpam rumah nya paham, kini langkah kaki nya terasa berat untuk menghampiri putra tunggalnya yang membuat darah nya mendidih.
Took.. took.. took...
Ceklek...
"Sejak kapan putra ku tidak punya sopan santun? " cecar pak Fatih yang melihat putra nya berdiri menunduk.
"Maaf pa, tadi sebelum papa telfon ada yang bermain menelfon Rico berulang kali." jawab Rico membela diri.
"Kita punya mata untuk melihat, gunakan itu lain kali. Jaga sikap mu selama satu minggu ke depan! Rekan papa akan tinggal di rumah ini sebagai tamu." ucap pak Fatih yang tidak ingin memperpanjang masalah.
"Maaf pa, tapi kenapa tinggal disini? Apa tidak punya rumah?" tanya Rico yang heran dengan rekan bisnis papa nya itu.
"Intinya jaga sikap dan jangan ikut campur apapun keputusan papa. Jadi anak baik, paham boy? " ucap pak Fatih memandang tajam putranya.
"Turuti perkataan papa mu nak, semua demi masa depanmu." ucap seorang wanita yang menggunakan hijab.
"Iya bunda, Rico akan jadi anak baik." jawab Rico pasrah.
"Ayo bund, kita harus berangkat sekarang." ajak pak Fatih menggandeng istrinya.
"Papa dan bunda harus ke acara pelelangan, jaga diri dirumah nak." ucap bunda sebelum keluar dari kamar putra semata wayang nya.
Kepergian orang tua nya membuat Rico merebahkan tubuh nya, rasa empuk kasur milik nya sungguh memanjakan tubuh pegal nya. Satu deringan ponsel kembali terdengar, dan kali ini di lihat nya nomer yang tertera di layar benda pipihnya.
Nomer privat membuat penasaran, digeser nya icon hijau dan di dekat kan benda pipih itu ke telinga nya.
"Datang atau ku datangi. Pilihan di tanganmu tuan muda Rico al Fatih." ucap sang penelfon dengan suara serak dan berat.
"Halooo siapa kamu? " tanya Rico namun bunyi sambungan telefon terputus menjadi jawabannya.
Triing...
Sebuah pesan masuk dan dengan cepat Rico membuka nya, sungguh demi apapun melihat cuplikan video di dalam benda pipihnya membuat jiwa nya tercabut. Tangannya tak mampu menahan untuk tidak bergetar, mencoba memastikan dengan menonton nya sekali lagi dan tidak ada yang berubah sedikit pun didalam video itu.
Satu pesan kembali masuk tanpa nada karena pesan itu masih terbuka di nomer yang sama, dan pesan itu membuat ingatannya hilang tanpa kata.
[Malam ini Cafe Kejora stasiun lima 21:00]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments