Tok... tok.. tok..
"Selamat pagi pak." ucap seorang pria dengan dua cangkir kopi di atas nampan.
"Masuk!" jawab seseorang dari dalam.
"Kopi pak biar semangat, silahkan di coba." ucap pria itu meletakkan satu cangkir kopi di depan meja bossnya.
"Thanks.Tolong ambilkan paket yang ada di ruangan depan, aku baru mendapatkan notifikasi ada paket untukku. " ucap boss nya dengan mencicipi kopi di depannya.
Tanpa menjawab boss nya, pria itu keluar dari ruangan ber AC berpindah ke ruangan paling depan di gedung pemerintah itu. Tempat beberapa pria berseragam seperti dirinya tengah berbincang dengan santai seakan tidak ada kasus yang membebani mereka, ketika melihat dirinya mendekati tempat itu teman-temannya menyambut dengan senyuman.
"Wah sibuk aja nih kamu To, gimana agen Leo? Aku dengar sih orang nya galak." tanya salah satu temannya.
"Kata siapa? Super baik malah, btw ada paket untuk beliau tidak?" tanya balik Dito.
"Oh iya ada, aku taruh di loker paling atas itu. Paket nya cantik loh, jangan-jangaan dari pacarnya lagi." ledek yang lainnya dengan menunjuk deretan loker di sudut ruangan dekat inspektur pemeriksaan.
"Okay thanks, di lanjut dulu ya. Aku mau balik kerja." jawab Dito meninggalkan teman kerjanya menuju loker pemeriksaan.
Dibuka nya satu loker paling atas hingga terlihat sebuah kotak kecil seperti kado yang isinya jam tangan, dengan kotak warna emas berpita hitam. Dari luar terlihat tidak ada yang mencurigakan hingga membuat Dito membawa kotak itu dengan memeluknya seakan takut ada yang mencuri, memeluk kotak itu hingga memasuki ruangan boss nya.
"Apa kamu baik-baik saja?" tanya Leo yang melihat tingkah bawahannya itu nyleneh.
"Hehehe baik Pak, ini paket untuk bapak." jawab Dito menyerahkan kado yang sedari tadi di lindungi nya.
Tanpa menjawab Leo menerima paket itu dan memperhatikan sejenak, insting nya tajam sehingga lebih waspada. Ketika simpul pita hitam terlepas meninggalkan kotak kado berwarna emas, dengan hati-hati di buka nya kotak itu hingga mata nya berhenti berkedip setelah melihat isi di dalamnya.
Meskipun tidak ada rasa jijik atau mual di dalam dirinya setelah menikmati pekerjaan nya selama beberapa tahun belakang tapi tetap saja begitu banyak pertanyaan dengan asas kecurigaan, tanpa satu ucapan pun di tutupnya kembali kotak itu, dengan wajah sedikit pucat diraihnya air putih.
Byuuur...
Segelas siraman air ke wajah nya mampu menyadarkan jiwa nya yang sesaat ikut terseret ke dalam kotak kado paketnya, Dito yang melihat boss nya aneh berniat untuk melihat isi paket itu.
"Jangan di lihat!" sergah Leo namun terlambat karena reaksi bawahannya langsung menggembungkan pipi nya yang menandakan pria itu mengalami mual.
Terlihat Dito langsung melepaskan tutup kado di tangannya dan berlari ke kamar mandi yang ada di ruangan bossnya tanpa permisi, Leo hanya bisa tersenyum getir karena melihat Dito masih tidak tahan dengan hal-hal berbau darah yang sejatinya memang melekat pada pekerjaan seorang polisi dan detective.
Hueeek.. hueeek...
"Pusing nya kepala ku." gumam Dito yang baru selesai mengeluarkan menu sarapan pagi nya.
"Minumlah! " perintah Leo menyodorkan segelas air putih dengan gelas yang belum di pakainya.
"Trims pak, tapi apa itu tadi?" tanya Dito seakan ingin memastikan penglihatannya.
"Lihat saja lagi jika masih tidak paham." jawab Leo tanpa berdosa.
"Tidak! Ini saja masih terus menari di depan mata seperti cacing kepanasan." jawab Dito dengan memainkan jari nya di depan wajah persis seperti cacing kepanasan.
"Hahaha kau ini ada-ada saja. Pergilah pulang atau kembali ke tempat duduk mu." ucap Leo menutup kotak kado dan memasangkan pita nya kembali.
"Pak.. " ucap Dito dengan lirih.
"Itu potongan tubuh mangsa yang gagal aku selamatkan dari clue yang di berikan oleh nya, sekeras apapun aku mendekati sang Raja maka semakin mudah bagi sang Raja untuk bertindak. Simpanlah rahasia ini dari yang lainnya, atau kantor polisi ini akan menjadi heboh." ucap Leo yang berbicara terus terang agar orang pilihannya itu memahami situasi sebenarnya.
"Siap pak." jawab Dito dan melanjutkan pekerjaan dengan tubuh tanpa asupan.
Triing.. triing... (sebuah notifikasi pesan menghampiri ponsel Leo yang ada di atas tumpu kan berkas.
[ Bagaimana hadiahku? ]
[Apa mau mu? Temui lah aku jika memang ini kesalahan ku, lepaskan siapapun mangsa mu.] balas Leo dengan cepat.
Terlihat centang dua dan langsung di baca.
[Kamu memang tujuan ku tapi mangsa ku tetaplah mangsa. Kehancuran mereka bukan aku penyebab nya tapi mereka sendiri lah yang menanamnya.] balas orang misterius.
"Aaarghh, sekali lagi aku di permainkan! Siapa kau sebenarnya? " keluh Leo dengan frustasi menjambak rambut nya.
Baru saja ingin kembali menjawab pesan misterius itu tapi dalam hitungan menit nomer itu sudah tidak digunakanagi, tentu saja frustasi ketika jalan nya seakan buntu lagi setelah mendapatkan pencerahan. Di pandangnya kotak emas berpita hitam di depannya, dibalik kecantikan nya menyimpan potongan tubuh manusia.
Satu pasang telinga yang sudah berwarna merah di tambah potongan lidah yang sama rupanya, terlihat jelas apa maksud dari paket itu. Siapapun pemilik potongan tubuh itu sudah di pastikan adalah korban selanjutnya yang ntah dimana rimbanya kini berasa, perlahan memori nya mengurutkan setiap kejadian dalam kasus yang sedang di pimpin oleh nya itu.
"Dimana pun kamu memulai, akulah yang akan mengakhiri nya. Akan ku pastikan itu." ucap Leo dengan pasti.
......................
"Tinggal kalian para anak emas yang tak berguna! Tunggulah giliran kalian satu persatu." gumam seorang pria dengan spidol warna merah menuju target selanjutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments