Cinta Kania

Cinta Kania

Part 1

Rintik air hujan perlahan turun membasahi bumi. Dari balik jendela bus, Kania, gadis cantik yang terlihat sederhana, tampak terpaku memandangi titik air hujan yang jatuh membasahi jendela. Sejenak, hatinya merasa tenang saat melihat rinai air hujan yang membentuk bola-bola kristal saat jatuh di atas kaca jendela yang membuatnya menyunggingkan sebuah senyuman yang terukir di wajah cantiknya. Senyum yang terukir karena ingatan akan masa lalu kembali bermain dalam ingatannya.

Di depan sebuah mall ternama di kota itu, bus yang ditumpanginya berhenti. Kania dan beberapa orang terlihat berdiri dan mulai menuruni tangga bus dengan hati-hati. Sambil menutupi kepalanya dengan tasnya, Kania berlari memasuki halaman mall dan berjalan perlahan saat memasuki koridor. Gadis itu kemudian menaiki tangga menuju salah satu toko kosmetik yang cukup besar.

Jalan itu sudah biasa dilaluinya sejak 6 bulan terakhir. Tepatnya, sejak dia berkerja di toko kosmetik itu.

"Kamu terlambat lagi?" Seorang wanita muda berjalan mendekatinya dan menyodorkan kotak tisu padanya.

"Aku minta maaf."

Kalimat yang sudah sering dia ucapkan, namun wanita itu hanya tersenyum dan menepuk pundaknya pelan. "Selama kamu tidak ketahuan, kamu akan aman." Kania tersenyum pada wanita itu sambil menyeka bajunya yang tampak basah dengan tisu pemberiannya.

"Sebaiknya kamu istirahat, biar aku saja yang membawa pesanan Bu Nova." Wanita yang tengah hamil muda itu menenteng sebuah tas yang berisikan kosmetik yang dipesan seorang pelanggan tetap.

"Tidak usah, Kak. Biar aku saja yang membawanya. Kak Eva di toko saja, kasihan bayinya kalau Kak Eva sampai lelah." Kania mengambil tas di tangan wanita yang bernama Eva itu dan bergegas menuruni anak tangga.

Karena buru-buru, Kania tidak sempat untuk mengambil payung yang ada di dalam toko. "Untung saja kantor Bu Nova tidak jauh dari sini," batinnya sambil memperhatikan langit yang masih mendung dengan air hujan yang enggan untuk berhenti.

Karena hujan belum juga reda, Kania akhirnya memutuskan untuk menerobos jalanan dan menuju kantor Bu Nova yang hanya berada satu blok dari mall hingga dia sampai di depan kantor itu.

Kania berjalan menuju seorang pegawai Bu Nova yang sudah menunggunya di depan pintu. "Kania, apa kamu datang ke sini tidak pakai payung?" Seorang pria muda berjalan mendekatinya dan memandanginya heran.

"Iya, Bas. Aku buru-buru hingga lupa membawa payung." Senyum gadis itu terlihat hingga membuat pemuda itu menggelengkan kepalanya.

"Kania, Kania, kamu itu tidak pernah berubah. Kamu lupa atau sengaja mau main hujan, hah? Atau jangan-jangan kamu merindukan dia, iya?"

"Bicara apa kamu, Bas. Dari pada layani ocehanmu itu, mending aku balik." Kania menyerahkan tas yang sedari tadi ditentengnya pada pemuda itu. Wajahnya tiba-tiba berubah cemberut.

"Jelek tahu kalau wajahmu cemberut seperti itu. Tunggu sebentar, aku ambilkan payung untukmu." Pemuda itu kemudian masuk ke dalam kantor dan tak lama kemudian dia sudah kembali dengan membawa payung di tangannya. "Nih, pakai payungnya dan jangan cemberut terus nanti pelangganmu bisa kabur."

Sontak, Kania menyunggingkan senyum padanya. "Sudah puas? Sekali lagi kamu ungkit tentang dia, aku akan merengek di sini biar kamu malu sekalian, mau?"

"Tidak mau, sana balik. Jangan lupa, jam makan siang nanti aku jemput."

"Iya, iya. Aku pergi dulu." Kania melambaikan tangan pada pemuda itu dan melangkah pergi meninggalkannya. Pemuda itu terlihat masih berdiri dan kembali masuk ke dalam kantor saat Kania sudah tidak lagi tampak di depannya.

Kania berjalan dengan santai seakan ingin menikmati guyuran air hujan yang terdengar di atas payung yang kini dipakainya. Sayup-sayup suara hujan terdengar bagai alunan melodi yang indah di telinganya. Tiap langkah kakinya terlihat bersemangat sambil bermain genangan air hujan seakan itu adalah hal yang menyenangkan baginya. Hingga tiba-tiba, sebuah mobil sedan berwarna hitam yang terlihat mewah melintas di sampingnya dan mencipratkan air genangan hingga membasahi bajunya. Antara marah dan kesal, Kania hanya bisa memandangi mobil itu yang terus melaju tanpa peduli padanya yang kini telah basah.

Kania terus berjalan dan memasuki koridor mall. Payung yang sudah ditutup kemudian ditentengnya sambil berjalan menaiki anak tangga. Tiba-tiba, mata Kania tertuju pada seorang anak perempuan yang tengah menangis dan duduk di anak tangga. Gadis kecil yang berusia tiga tahunan itu menangis sesenggukan sambil sesekali menghapus air matanya.

"Kamu kenapa, Dek?" Kania mendekati gadis kecil itu dan duduk di sebelahnya. Gadis kecil itu menoleh dan memandangi Kania yang kini membelai lembut kepalanya.

"Kamu terpisah dari orang tuamu?" Gadis kecil itu mengangguk dan mendekatkan dirinya pada Kania.

Melihat gadis kecil itu yang ketakutan membuat Kania segera memeluknya. Gadis kecil itu tidak menolak, bahkan dia memeluk Kania dengan eratnya. Kania tersenyum dan mengelus lembut punggung gadis kecil itu dan menggendongnya. "Jangan takut, Kakak akan membawamu kembali pada orang tuamu. Jangan menangis lagi, ya." Kania menghapus air mata gadis kecil itu dan mengecup pipinya. Gadis kecil itu mengangguk dan melingkarkan kedua tangannya di leher Kania dan memeluknya erat.

Sambil menggendongnya, Kania berjalan menuju ke ruang informasi. "Kania, anak siapa itu?" Seorang lelaki paruh baya memandanginya yang kini tengah menggendong gadis kecil.

"Kasihan Pak, dia terpisah dari orang tuanya. Aku menemukannya menangis di anak tangga. Aku minta tolong buat informasikan pada pengunjung, jika mereka kehilangan anak perempuan bisa datang mengambilnya di toko tempat aku kerja. Untuk sementara, aku akan membawanya ke sana."

"Ya sudah, nanti Bapak informasikan. Sebaiknya, tidurkan dia dulu, kasihan dia sepertinya lelah."

"Iya, Pak. Aku balik dulu ke toko, kalau orang tuanya datang, antarkan mereka ke toko ya, Pak?"

Lelaki itu tersenyum dan mengangguk. "Iya, nanti Bapak akan antarkan mereka ke sana."

Kania kemudian pergi ke toko dan mendapati Eva yang menunggunya dengan harap-harap cemas. "Kamu kenapa lama? Lalu, anak itu siapa?"

"Maaf, Kak. Aku lama karena harus ke ruang informasi dulu karena melaporkan anak yang hilang. Kasihan Kak, dia terpisah dari orang tuanya dan menangis di anak tangga, makanya aku membawanya." Kania menjelaskan sambil membelai lembut punggung gadis kecil itu yang masih memeluknya.

"Ya sudah, sini aku akan menjaganya dan kamu segera temui Pak Reno, dia sudah menunggumu dari tadi." Eva meraih tubuh gadis kecil itu untuk digendongnya, tapi gadis kecil itu menolak dan tidak melepaskan pelukannya dari Kania.

"Dek, Adek sama kakak itu dulu, ya. Sebentar saja, Kakak harus menemui bos Kakak dulu. Setelah itu, Kakak akan menggendongmu lagi." Gadis kecil itu menggeleng dan kembali memeluknya.

"Ya sudah, Kakak tidak akan melepaskanmu." Kania kembali menggendongnya dan berjalan menuju salah satu ruangan di dalam toko itu.

Di depan pintu, Kania berhenti dan menarik napas panjang seakan bersiap dengan sesuatu hal yang buruk. Perlahan, Kania mengetuk pintu itu.

"Masuklah." Suara seorang lelaki terdengar dari balik pintu.

Kania lantas membuka pintu dan mendapati seorang lelaki yang terlihat masih muda berjalan ke arahnya.

"Kania, siapa anak itu?"

"Maaf, Pak. Dia anak yang aku temukan sedang menangis di anak tangga menuju toko, dan aku sedang menunggu orang tuanya untuk datang menjemputnya. Maaf, Pak, dia tidak mau turun dari gendonganku, makanya aku bawa dia ke sini." Kania menjelaskan sambil mengelus lembut punggung gadis kecil itu yang masih memeluknya.

Lelaki itu tampak tersenyum dan memandangi Kania dengan tatapan seperti biasanya, tatapan yang merayu hingga membuat Kania merasa sangat tidak nyaman.

"Kamu wanita hebat. Tak hanya cantik, kamu rupanya sangat disukai anak-anak. Kania, apa kamu mau menjadi istri keduaku?" Lelaki itu berjalan mendekati Kania dan bermaksud meraih tangannya, tapi Kania mundur ke belakang sambil memeluk gadis kecil itu dengan erat.

"Maaf, Pak. Jika tidak ada hal yang ingin dibicarakan lagi, maka aku akan pergi." Kania membalikkan tubuhnya dan hendak membuka pintu, namun lelaki itu segera menghentikannya dan berdiri di depannya.

"Sabar dulu, Kania. Baiklah, aku memanggilmu karena ada hal yang ingin aku sampaikan. Mulai besok, kamu tidak akan bekerja di sini lagi, tapi kamu akan aku pindahkan ke salah satu toko yang baru saja aku buka dan menjadi maneger di sana, tapi ... " Lelaki itu menghentikan kalimatnya dan memandangi Kania dari ujung kepala hingga ke ujung kakinya.

"Aku akan menjamin hidupmu dan memberikan apapun yang kamu mau, asalkan kamu mau menjadi kekasih rahasiaku. Kamu mau, kan?" Lelaki itu memandangi Kania dengan tatapan penuh pengharapan, tapi Kania hanya tersenyum.

"Maaf, Pak Reno, aku tidak suka menjadi wanita simpanan. Kalau Bapak benar-benar menyukaiku, silakan ceraikan dulu istri Bapak, setelah itu aku akan bersedia menjadi istri Bapak." Kania kemudian membuka pintu dan berjalan keluar dari ruangan itu. Lelaki itu hanya bisa menatap kepergian Kania tanpa berkata apapun.

"Dasar laki-laki mata keranjang! Apa sih yang dia cari? Sudah punya istri yang cantik dan kaya raya, tapi masih saja suka menggoda wanita lain." Kania menggerutu dengan wajah yang terlihat kesal.

"Apa lagi yang dia janjikan ke kamu?" tanya Eva yang sudah paham jika melihat gadis itu keluar dari ruangan bos mereka dengan wajahnya yang kesal.

"Kali ini aku akan dijadikan maneger di toko barunya, asalkan aku menjadi kekasih rahasianya. Memang gila tuh orang." Kania duduk sambil memangku gadis kecil yang sedari tadi tidak ingin melepasnya.

"Lalu, kamu jawab apa?"

"Aku bilang akan menjadi istrinya jika dia berani menceraikan istrinya." Kania menjawab spontan.

"Gila kamu, ya. Kalau dia berani melakukannya, berarti kamu ... "

"Dia tidak akan berani melakukannya. Secara, semua kekayaan yang dia miliki adalah milik istrinya. Jika dia berani menceraikan istrinya berarti dia juga berani untuk kehilangan semua kekayaan ini dan apa Kakak pikir dia mau kehilangan kekayaannya hanya karena gadis miskin seperti aku?" Kania tersenyum kecut saat mengucapkan kalimat itu.

Ya, Kania hanya seorang gadis sederhana. Bisa dibilang kalau dia adalah gadis miskin yang harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan juga ibunya.

Di usianya yang sudah menginjak 25 tahun, Kania harus bekerja ekstra dan melupakan masa muda yang hilang begitu saja. Masa muda yang biasanya penuh tawa dan bahagia karena kehadiran seseorang yang spesial, tak mungkin lagi dirasakan olehnya. Semua masa muda itu harus diisinya dengan bekerja keras dan membanting tulang untuk kebutuhan keluarganya.

"Dek, siapa namamu?" tanya Kania saat gadis kecil itu terbangun di pangkuannya.

"Namaku, Tania." Gadis kecil itu terlihat tersenyum saat Kania memberikan susu kemasan padanya. "Terima kasih."

Kania dan Eva saling memandang saat gadis kecil itu mengucapkan terima kasih. Gadis kecil itu terlihat sangat menggemaskan hingga membuat Eva duduk di sampingnya dan memeluknya. "Tania, kamu sangat imut. Moga saja anakku nanti bisa cantik dan menggemaskan sama sepertimu." Eva memandanginya sambil mengusap perutnya dan berharap bayinya kelak akan tumbuh menjadi gadis cantik sama seperti Tania.

"Sudah mendekati jam makan siang, tapi orang tuanya belum juga datang menjemputnya. Bagaimana ini, Kak?"

"Kita tunggu sebentar lagi, mungkin saja mereka sedang menuju ke sini."

Dan benar saja, seorang lelaki muda tampak berjalan tergesa-gesa menuju ruang informasi. Setelah bertanya pada lelaki paruh baya perihal seorang gadis kecil yang hilang di mall itu, lelaki itu terlihat menunduk menahan tangis saat mendapat penjelasan kalau gadis kecil itu baik-baik saja dan berada dalam pengawasan seorang wanita yang tak sengaja menemukannya.

"Terima kasih, Pak. Terima kasih." Lelaki itu tak hentinya mengucapkan terima kasih dan meminta untuk diantarkan ke wanita yang sudah menemukan anaknya itu.

Di depan toko, mereka berhenti dan lelaki itu melihat seorang gadis kecil yang sedang bermain dengan seorang wanita. Lelaki itu tersenyum sambil menahan tangis saat melihat gadis kecil itu tertawa. "Tania."

"Papa." Gadis kecil itu berlari dan memeluk lelaki muda yang di panggilnya papa itu.

"Maafkan Papa, Nak." Lelaki itu memeluk anaknya hingga membuatnya menitikan air mata.

"Papa jangan menangis, Tania baik-baik saja, kok. Tania hari ini sangat gembira karena ditemani sama Kakak itu." Gadis kecil itu menunjuk pada Kania yang perlahan menghapus air matanya karena ikut sedih saat melihat ayah dan anak itu saling berpelukan.

"Tania sekarang sudah bisa pulang sama, Papa. Lain kali jangan sampai terlepas lagi ya dari tangan Papa." Kania membelai lembut kepala gadis kecil itu.

Tania yang berada dalam pelukan ayahnya, perlahan mengulurkan kedua tangannya seakan meminta digendong oleh Kania. Gadis itu tersenyum dan meraih tubuh gadis kecil itu dalam pelukannya. "Tania harus kembali sama Papa. Jangan membantah apa kata Papa dan jangan berjalan sendirian tanpa Papa, Tania mengerti, kan?" Gadis kecil itu mengangguk dan memeluk Kania dengan erat. Setelah puas memeluk, gadis kecil itu lantas mengecup kedua pipi Kania hingga membuat Kania membalas mengecup pipinya. "Tania pulang ya sama Papa." Kania lantas menyerahkan gadis kecil itu pada lelaki yang sedari tadi menatap tingkah mereka.

"Terima kasih, aku sangat berterima kasih."

Kania mengangguk dan tersenyum. "Lain kali, tolong diawasi ya Pak anaknya. Kasihan, tadi dia menangis sendirian. Kalau orang jahat yang menemukannya, aku tidak yakin Bapak bisa mendapatkan anak Bapak lagi."

Lelaki itu mengangguk. "Terima kasih sekali lagi. Aku tidak tahu harus berterima kasih dengan cara apa, tapi aku sungguh-sungguh berterima kasih."

Lelaki itu kemudian pamit undur diri dan meninggalkan tempat itu. Tania memandangi Kania dengan wajah yang terlihat sedih dan Kania hanya bisa melambaikan tangan untuk gadis kecil itu sambil tersenyum, hingga tiba-tiba dia dikejutkan dengan kehadiran seorang wanita yang mendekatinya dan seketika menampar wajahnya.

Terpopuler

Comments

Rini Widyaningsih

Rini Widyaningsih

Menarik nih kyknya. mudah mudahan enak dibaca n ga banyak typo😊

2020-11-21

0

Haerunnisa Uladah

Haerunnisa Uladah

😁😁😁

2020-07-17

1

Nayla

Nayla

menarik...lanjut

2020-05-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!