Part 20

Gadis cantik itu adalah Davina Saraswati, gadis manis dengan rambut lurus sebahu dengan senyumnya yang manis. "Kenapa melamun? Apa kamu sedang memikirkanku?" Gadis itu tersenyum sambil duduk di samping Ryan.

Pemuda itu membalas senyumnya sambil menyeruput cofee latte. "Kenapa baru datang?"

"Maaf, soalnya masih ada urusan yang harus aku selesaikan."

"Kalau begitu, ayo kita pergi." Ryan lantas berdiri dari tempat duduknya dan menuju kasir untuk membayar kopinya. Davina yang baru saja duduk terpaksa berdiri dan mengikuti kekasihnya yang sudah beranjak menuju halaman parkir.

"Ryan, kita mau ke mana?" Davina tampak heran dengan sikap kekasihnya itu.

"Masuklah, nanti aku akan jelaskan." Davina kemudian masuk ke dalam mobil dan duduk di depan. Mobil itu kemudian melaju menuju taman kota yang banyak dikunjungi anak muda.

Di salah satu bangku taman, mereka duduk. Ryan yang sedari tadi hanya diam, kini mulai membuka kata, "Lusa aku akan kembali ke Indonesia." Sontak, Davina terkejut dan menatap wajah kekasihnya.

"Kenapa begitu mendadak? Bukankah, kamu pernah bilang kalau kamu tidak akan pernah pulang lagi ke Indonesia?"

"Aku minta maaf, aku harus kembali karena kakakku akan menikah. Aku janji, setelah semuanya selesai, aku pasti akan kembali lagi ke sini."

Wajah Davina terlihat sedih. Rasanya, dia ingin ikut kekasihnya kembali ke Indonesia, tapi dia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya. "Memangnya, kamu akan akan pergi berapa lama?"

"Aku belum tahu pasti karena aku harus menyelesaikan urusanku terlebih dulu. Davina, percaya padaku, aku pasti akan kembali lagi padamu." Ryan menggenggam tangan kekasihnya itu dan menyunggingkan senyum untuknya. Walau sedih, tapi Davina tidak bisa menahan atau meminta kekasihnya untuk tidak pergi.

"Aku percaya, kok. Pergilah, tapi berjanjilah padaku untuk tidak melupakanku. Sering-seringlah menghubungiku karena aku pasti akan merindukanmu." Davina lantas memeluk kekasihnya dan perlahan menghapus air mata yang mulai menggantung di pelupuk matanya.

Pemuda yang sudah setahun ini menjadi kekasihnya, akhirnya untuk pertama kali pergi meninggalkannya. Walau hanya pergi untuk sementara, tapi rasanya dia begitu takut untuk melepaskan kekasihnya pergi.

*****

Acara akad nikah yang hanya dihadiri beberapa orang akhirnya selesai. Suasana di dalam rumah kembali terlihat sepi. Yang terlihat hanyalah Selly yang duduk menatap sepasang pengantin yang kini duduk di depannya.

Kania dan Arya sudah tak lagi mengenakan baju pengantin. Keduanya bahkan terlihat sungkan satu sama lain.

"Hei, tidak bisakah kalian bersikap seperti suami istri pada umumnya? Kenapa kalian tampak seperti dua orang asing yang tidak saling mengenal? Walaupun pernikahan ini hanya sementara, tapi setidaknya bersikaplah profesional." Pasangan pengantin baru itu hanya terdiam. Tidak ada kata-kata yang terucap dari bibir keduanya. Selly yang merasa ucapannya tidak direspon lantas bangkit dari tempat duduknya.

"Baiklah, tugasku sudah selesai dan sekarang kalian yang akan melanjutkan tugas kalian. Semua tergantung dari kalian berdua. Ingat, berhati-hatilah agar tidak ada yang curiga, karena jika itu sampai terjadi, aku tidak bisa membantu kalian." Selly lantas keluar dan selintas melirik ke arah mereka. Wajah cantiknya menyunggingkan senyum saat melihat mereka yang hanya duduk terdiam bagaikan sepasang pengantin di malam pertama. "Aku harap pernikahan kalian bukan untuk sementara, tapi untuk selamanya," batin Selly yang kemudian pergi.

Mereka berdua masih duduk terdiam. Rasanya, mereka begitu canggung hingga Tania datang dan mencairkan suasana dengan tawa dan celotehnya. "Mama cantik, deh. Tania senang karena sekarang Tania sudah punya Mama." Ucapan gadis kecil itu membuat Kania tersentuh dan segera memeluknya.

"Apa Tania bahagia?" Gadis kecil itu menggangguk. Diraihnya tangan Kania dan berjalan menuju ayahnya. Seketika, Kania terkejut saat tangannya disatukan dengan tangan lelaki itu. Tangan mungil Tania menggenggam tangan mereka dengan wajah yang tersenyum bahagia. "Tania sayang sama Mama dan Papa." Kania lantas memeluknya, begitupun dengan Arya yang memeluk keduanya.

Melihat kebahagiaan di wajah gadis kecil itu membuat Kania terenyuh. Rasa sayang dan perhatiannya, ingin dia berikan padanya. Walau pernikahan itu hanya sementara, tapi dia sudah berjanji untuk menjadi ibu yang baik bagi putri kecilnya.

Malam itu, Kania tidur menemani Tania. Sementara Arya, tidur di kamarnya. Walau sudah menikah, Kania hanya akan melakukan tugasnya sebagai ibu bagi Tania. Tugas sebagai seorang istri tidak akan dilakukannya, karena itu sudah kesepakatan mereka sebelumnya. Walau begitu, semua kebutuhan Arya tetap akan dipenuhinya. Mulai dari baju, sarapan dan juga kebutuhan lainnya, tetap dilakukan oleh Kania.

Pagi itu, Kania sudah menyiapkan sarapan. Nasi goreng kesukaan Arya, sudah siap di atas meja. Segelas air madu hangat tak luput dihidangkannya.

"Apa bisa kita bicara sebentar?" Kania yang baru saja meletakkan telur dadar di atas meja kemudian mengangguk dan duduk di sampingnya.

"Katakanlah, apa yang ingin kamu bicarakan denganku."

"Sebelumnya, aku ingin meminta maaf, jika pernikahan kita ini membuat kamu merasa canggung. Jujur, aku juga merasakan hal yang sama, tapi aku harap kita bisa sama-sama mengatasi kecanggungan ini. Walau di mata orang kita adalah suami istri, tapi aku ingin kita bisa menjadi teman dan kamu boleh bersikap padaku sebagai seorang teman. Besok, ayahku akan datang dan tidak mungkin bagi kita untuk tidur di kamar yang berbeda. Karena itu, aku minta padamu selama ayahku tinggal di sini aku ingin kamu tidur di kamarku, tapi kamu tidak usah khawatir karena kita akan tidur terpisah. Aku harap kamu bisa mengerti."

Mendengar penjelasan Arya, Kania mengangguk. "Baiklah, besok aku akan tidur di kamarmu. Apa aku harus membawa pakaianku ke kamarmu juga?"

"Terserah padamu saja, tapi baju-baju istriku masih ada di lemari. Kamu boleh memakainya."

"Baiklah, kalau kamu tidak keberatan. Ya sudah, sebaiknya kamu sarapan dulu, aku akan melihat Tania sebentar." Kania lantas pergi ke kamar putrinya dan tak lama dia kembali.

"Apa Tania masih belum bangun?" Kania tersenyum dan mengangguk.

"Bangunkan dia saja, kalau dibiarkan nanti jadi kebiasaan."

"Tidak perlu, biarkan saja dia tidur. Sebaiknya kamu sarapan saja dulu." Kania lantas bergegas ke dapur, tapi Arya segera mencegahnya. "Kamu mau ke mana?"

"Aku mau bantu Bi Suri di dapur."

"Apa kamu akan membiarkanku sarapan sendirian? Aku tidak melarangmu membantu Bi Suri, tapi setidaknya kamu bisa kan menemaniku sarapan?"

"Baiklah." Kania lantas kembali duduk di meja makan.

"Apa kamu tidak ikut sarapan?"

"Nanti saja setelah Tania bangun. Aku akan menemanimu saja, tidak apa, kan?"

Arya mengangguk sambil menyendok nasi goreng dan telur dadar ke piringnya. Nasi goreng yang tersaji di atas meja begitu menggugah selera makannya. Dia tampak lahap menyantap nasi goreng hingga membuat Kania tersenyum. "Apa kamu begitu menyukai nasi goreng buatanku? Kalau kamu suka, aku akan memasaknya tiap hari untukmu."

"Oh, ya? Wah, bisa-bisa aku jadi gendut karena tiap hari disuguhi nasi goreng." Arya tertawa kecil, begitupun dengan Kania yang tersenyum saat melihat Arya menghabiskan nasi goreng buatannya itu.

Di sela tawa mereka, Tania muncul dari kamarnya dengan mata yang dikucek dan boneka beruang di tangannya. Melihatnya, Kania segera mendekatinya. "Anak mama sudah bangun, ya?" Kania segera menggendong gadis kecil itu dan memeluknya dengan erat. "Tania mandi dulu, ya? Setelah itu, kita sarapan."

"Iya, Ma. Papa tunggu Tania, ya?"

"Iya, Papa akan tunggu. Sana, cepat mandi." Arya tersenyum melihat putrinya yang begitu dekat dengan Kania. Walau hanya sebagai ibu sementara, tapi Kania begitu menyayangi putrinya dan Arya bersyukur karena dipertemukan dengan wanita yang menyayangi putrinya dengan tulus.

Tak lama kemudian, mereka berdua sudah kembali dan duduk menemani Arya yang masih duduk menunggu mereka. "Putri Papa sudah cantik. Ayo, sarapan dulu." Tania mengangguk dan duduk di samping ayahnya. Sementara Kania, sedang menyendok nasi goreng untuk disuapi pada Tania.

"Mama suapi, ya?"

"Tidak perlu, Ma. Tania kan sudah besar, jadi Tania akan makan sendiri." Tania lantas mengambil sendok dan mulai menyantap nasi goreng itu sendiri. Melihat sikapnya, Arya tersenyum dan mengelus lembut kepala putrinya itu.

"Sebaiknya, kamu juga sarapan. Kamu pasti lelah karena dari pagi sudah bangun untuk menyiapkan semua ini. Setelah itu, istirahatlah."

"Tidak apa, aku sudah terbiasa melakukannya. Apa hari ini kamu tidak ke kantor?"

Arya menggeleng. "Aku sudah mengambil cuti selama seminggu. Aku ingin menghabisakn waktu seminggu ini bersama keluarga baruku." Kania terkejut dan memandanginya.

"Kenapa terkejut? Apa kamu pikir ayahku tidak akan curiga saat dia datang nanti dan melihatku masih pergi ke kantor?"

"Memangnya kenapa kalau kamu pergi ke kantor? Itu kan pekerjaanmu."

"Itu karena ... " Ucapan Arya terhenti karena suara bel berbunyi.

Bi Suri segera membuka pintu dan seorang wanita masuk ke dalam rumah. Tanpa berkata apapun. wanita itu lantas duduk di meja makan saat melihat Arya duduk di situ.

"Ada apa kamu kemari?" tanya Arya saat melihat wanita itu yang duduk di depan mereka.

"Ada apa? Apa aku tidak punya hak untuk datang ke sini?"

"Rina, sopanlah sedikit. Kamu bisa, kan menghargaiku sebagai kakak iparmu? Aku tidak melarangmu datang ke sini, tapi cobalah untuk sopan dan hargai aku dan juga Kania."

Wajah Rina seketika tersenyum sinis dan memandangi Kania dengan pandangan yang merendahkan. "Aku menghargaimu, Mas, tapi maaf, untuk apa aku harus menghargai wanita yang hanya menjadi pengasuh keponakanku?"

Mendengar jawaban Rina membuat Arya mengepalkan tangannya. "Untuk apa? Jika kamu tidak bisa menghargainya, maka jangan pernah menginjakkan kakimu di sini lagi. Aku masih mengizinkanmu datang ke sini karena kamu adalah tante dari putriku. Dan kenapa kamu harus menghargai Kania? Karena sekarang dia adalah istriku dan ibu dari putriku." Sontak, Rina terkejut dan memandangi Arya seakan tak percaya dengan ucapan lelaki itu.

"Mas berbohong, kan?"

"Untuk apa aku berbohong. Kamu lihat ini, kan?" Arya mengangkat tangannya dan menunjukan sebuah cincin emas yang melingkar di jarinya. Begitupun dengan jari manis Kania yang sudah terpasang cincin yang serupa dengan cincin yang dipakai oleh Arya.

"Mas, kenapa kamu melakukan ini padaku? Kamu tahu aku mencintaimu dan aku ingin menjadi pengganti Rani buat Mas dan juga Tania, tapi kenapa Mas lebih memilih wanita ini daripada aku?"

Melihat Rina yang tampak marah, Kania lantas menggendong Tania dan bermaksud membawanya ke dalam kamar, tapi langkahnya terhenti saat Rina menghadangnya dan menampar wajahnya. Sontak, Tania yang melihat ibunya ditampar mulai menangis hingga membuat Arya naik darah.

"Cepat kamu pergi dari rumah ini! Mulai sekarang, jangan pernah menginjakkan kakimu di rumah ini lagi." Arya yang marah karena melihat Kania ditampar lantas menarik tangan Rina dengan paksa dan membawanya keluar dari dalam rumah.

Rina yang enggan untuk pergi tampak memohon padanya, tapi Arya sudah tidak peduli. Pintu rumahnya kemudian ditutup. Arya lantas menemui Kania yang masih membujuk Tania yang sedari tadi menangis. "Jangan menangis lagi, Mama tidak apa-apa." Bujuk Kania pada putrinya itu.

Pipi Kania yang memerah lantas diusap tangan mungil itu dan diciumnya. Melihat sikap Tania padanya membuat Kania menitikan air mata. Perhatian Tania padanya membuat Kania semakin menyayanginya. "Mama sayang sama kamu, Nak." Kania kembali memeluknya dan tersenyum di antara tangisan bahagia.

Arya yang melihat mereka ikut tersenyum. Mereka berdua bagaikan sepasang ibu dan anak yang saling menyayangi dan menjaga. Arya kemudian mendekati Kania. "Kamu tidak apa-apa, kan?" Kania mengangguk. Terlihat, air bening yang menggantung di pelupuk matanya. Ingin rasanya Arya menghapus air bening itu, tapi dia tak mampu.

"Aku minta maaf, karena dia telah menyakitimu. Jangan khawatir, aku pastikan dia tidak akan pernah menginjakkan kakinya di rumah ini lagi." Arya terlihat sungguh-sungguh dengan ucapannya itu.

"Jangan seperti itu. Bagaimanapun juga, dia adalah adik iparmu dan dia adalah tante dari putrimu. Jangan hanya karena aku, hubungan kalian hancur."

"Tidak, aku tidak akan pernah memaafkan orang yang telah menyakiti keluargaku. Mulai sekarang, kalian berdua adalah prioritasku dan aku akan menjaga dan melindungi kalian." Kania terkejut saat Arya mengatakan itu. Apalagi saat tangan kekar lelaki itu meraih dagunya dan memandangi pipinya yang memerah.

"Aku tidak apa-apa. Merah di pipiku ini sebentar lagi pasti akan hilang." Kania berusaha menghindar dari tatapan Arya dan Arya menyadari itu. Tangannya kemudian dilepaskan dari dagu Kania.

"Biar aku yang bermain dengan Tania, segeralah kompres pipimu dengan es batu." Arya kemudian mengambil Tania dari gendongannya dan pergi ke ruang tengah. Kania lantas masuk ke dapur dan mengambil es batu dan mengompres pipinya yang memerah.

Di depan cermin, wajah Kania memerah saat mengingat perlakuan Arya padanya. Semua ucapan lelaki itu membuat Kania terkejut. Walau begitu, dia berusaha untuk tidak hanyut dalam setiap ucapan dan perlakuan Arya yang begitu lembut padanya. Sikap lelaki itu bagaikan seorang suami yang menjaga dan berusaha melindungi istrinya.

"Kania, jangan bodoh. Dia bersikap seperti itu karena kamu adalah istri sementaranya. Dia tidak mungkin menyukaimu dan jangan sampai kamu juga menyukainya karena kamu tak pantas untuknya," batin Kania yang berusaha mengelak dari perasaannya sendiri.

Setelah mengompres pipinya, Kania lantas kembali ke ruang tengah, tapi langkahnya terhenti saat di depannya berdiri seorang pemuda yang kini menatapnya dengan tatapan penuh kebencian.

Terpopuler

Comments

AGR

AGR

😬😬😬😬😬😬😬

2022-05-12

0

Ilan Irliana

Ilan Irliana

W aminin y doa loe sell...haha

2020-06-21

1

Jingga Annida

Jingga Annida

woww... mengejutkan.... 😱😱

2020-05-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!