Chapter : 3.2

Sebuah kereta dengan Azaka di dalamnya pergi menuju arena.

Di permukaan, kelihatannya dia akan pergi ke arena untuk melihat sebuah pertarungan.

Dia ditemani dengan dua kesatria kerajaan "Fencer Knight" dan "Crimson Duke" berada di dalam kereta sebagai pengawal. Mereka kesatria tingkat tinggi yang sudah melewati banyak ujian sehingga mereka diberi julukan tersebut, dan terpilih menjadi pengawal pribadi Azaka.

Azaka tentu saja tidak bodoh dengan pergi sendirian tanpa pengawalan, untuk menghadapi kebodohan Giorgino.

Azaka sudah banyak menangani kasus seperti Giorgino dan kasus yang sama, namun kejadian saat ini sudah melewati batas. Dengan itu Azaka bertindak tegas sebagai gantinya.

Jika mungkin, dia akan lebih senang untuk menggunakan semua pengawal pribadi untuk melindunginya. Namun, karena saat ini berada dalam situasi yang genting dan rahasia, Azaka tidak menggunakan rencana itu.

Oleh karena itu, untuk mengindari bocornya informasi tentang monster kelas bencana kepada rakyatnya, Azaka memutuskan untuk menggunakan sedikit personil untuk melindunginya dan tidak menarik segala perhatian yang menujunya.

Kembali ke masalah utama.

Azaka memutuskan untuk membawa "Fencer Knight" dan "Crimson Duke" untuk berjaga-jaga agar menahan kekuatan yang berlebihan dari Giorgino. Dalam seni berpedang dan kemampuan sihir, mereka bisa dikatakan setara dengan Giorgino yang memenuhi tugas itu. Mengirimkan orang lain hanya akan menghasilkan pembantaian satu pihak bagi mereka. Ditambah lagi, menekannya dengan jumlah artinya keamanan dari Ibukota Florend akan semakin berkurang.

Perut Azaka mulai perih lagi saat dia memikirkan tentang kenyataan bahwa Giorgino sendiri yang akan bertanding dengan Yuuki yang individunya lebih kuat dari Crimson Duke, salah satu kesatria terkuat dari kerajaan.

Apa yang harus kulakukan tentang ini? Apa mereka mengatur pertandingannya dalam pertarungan tangan kosong?

Satu orang kuat tidak bisa merubah arah pertempuran, mereka bilang. Namun, kenyataanya berkata sebaliknya.

"Kalau begitu, Yang Mulia. Setelah kita mengumpulkan seluruh pasukan dan petualang, apakah kita akan pergi berperang begitu saja."

Azaka menghadap ke depan untuk menghormati pria yang duduk di depannya. Ternyata dia membicarakan topik tentang pembasmian monster.

Di depannya adalah salah satu kesatria terkuat, "Crimson Duke" Albarta Leonidas.

Azaka yang belum mengerti keadaan sampai situ, hanya mendiamkan pertanyaan Albarta.

"Yang Mulia, meskipun petualang kelas S memiliki kekuatan tempur tertinggi dari umat manusia, mereka tidak bisa melangkah keluar dari batasan manusia. Saya harap anda memerhatikan keadaan seperti itu."

Saat dia berkata itu, Azaka merasa sedih.

"Dan jika meskipun mereka... bahkan mereka tidak bisa melakukannya, lalu apa?"

Pertanyaan Azaka mengeluarkan ekspresi perih di wajah kedua kesatria itu. Tampang itu adalah jawaban yang lebih baik dari apapun yang bisa mereka katakan. Secara tidak sadar, Azaka mulai mencerminkan ekspresi mereka.

"Yang Mulia, tolong jangan berwajah seperti itu. Kami mungkin belum cukup kuat, tapi kami masih mempersembahkan hati dan jiwa kami kepada anda semata."

"Benar sekali Yang Mulia. Tolong pakailah sikap anda yang penuh percaya diri seperti biasanya. Keadaan anda yang rapuh ini tidak cocok sama sekali dengan anda."

"... Maafkan aku. Terima kasih atas ketulusanmu. Kalau begitu, maukah kalian mendengar pertanyaan bodohku ini untuk sementara?"

Dua kesatria itu mengangguk tanpa berkata-kata.

"Menurutmu apa yang harus kulakukan? Mengapa monster itu muncul di daerah Pegunungan Yatze? Dosa apa yang kuperbuat sehingga seperti ini? Apa yang harus kulakukan untuk membunuh monster itu atau jika gagal menyegelnya?"

Azaka tidak berencana bertanya sebanyak itu.

Itulah perasaan yang terkandung dari lubuk hati Azaka yang sedang diluapkan.

Sebenarnya ini adalah ujung kapal yang hancur. Jika Azaka menyerah terhadap perasaan di hatinya, dia mungkin akan menangis dan berteriak serta berguling-guling di lantai. Dia hanya mencoba untuk melindungi imej Sang Raja.

"Maafkan aku. Kelihatannya aku sedikit gelisah. Aku berada dalam stres berat akhir-akhir ini."

Tak peduli bagaimana mereka memikirkannya, mereka tidak bisa mengeluarkan satu cara untuk menghadapi monster itu.

Sebenarnya, Azaka merasa itu tidak mungkin setidaknya ada senjata yang bisa secara permanen membunuh monster itu, atau setidaknya pahlawan sejati akan muncul di tengah krisis dunia tersebut.

Itulah mengapa kita harus mengandalkan Basilica Comity. Sejarah mereka lebih lama dari kita, jadi mereka mungkin menemukan sebuah cara untuk membunuh monster itu dengan satu pukulan. Tidak, setidaknya membuat monster itu tersegel dan hanya berbagi informasi dengan mereka membuat kita akan dapat melawannya.

Yang harus dia pikirkan saat ini adalah keadaan Yuuki yang tidak tahu bagaimanadia bisa-bisanya berduel dengan Giorgino.

Kereta itu terus melanjutkan perjalanannya dengan selamat sampai ke tujuan mereka.

****

Mohon maap klo chapter ini kedikitan. Ya karena buat ngepasin sama mc, karakter pendukungnya juga dibuat monolognya dan juga buat ngebuat jarak antara mc dan karakter pendukung

Yah begitu aja. Semoga di masa pandemi ini kalian sehat-sehat selalu terutama mental dan fisik ya.

Yang penting berpikir kritis aj ya

Dah gitu aj. terima kasih yang udh baca. Arigatou.

Assalamu'alaikum

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!