"Tenanglah Ellena, aku tahu kau ketakutan, tapi dalam hal ini kita harus tenang dan menunggu keputusan raja."
"Terima kasih Yuuki, aku merasa lebih baik."
Kami mulai jalan kembali menuju toko pakaian dan senjata.
Toko pakaian dan senjata terlihat bersampingan, kupikir akan melelahkan jika tempat itu berjauhan.
Aku masuk ke toko pakaian dan Ellena menunggu di luar. Itu hanya toko pakaian, tidak ada semacam armor di dalamnya. Aku hanya sebentar di tempat itu, kemudian keluar menemui Ellena.
Aku memilih setelan gelap berkerah, celana hitam dan sepatu bot, karena kupikir ini yang paling tidak mencolok. Pakaian lamaku kusimpan di tas belanjaan yang kupegang.
"Oh~ kau terlihat lebih keren." Tersenyum, Ellena memujiku.
"Ayo kita ke toko selanjutanya."
Aku memilih tidak menjawabnya, kupikir dia malah akan cerewet. Akibatnya dia malah cemberut.
Ada tanda besar dengan bentuk pedang yang menggantung di papan pintu kayu.
Aku melirik ke bagian dalam melalui pintu terbuka . Ada segala macam senjata yang menggantung di dinding batu. Itu sama persis dengan apa yang kupikirkan ketika berpikir sebuah "Toko senjata". Sepertinya mereka juga menyediakan armor dan barang-barang lain yang diperlukan untuk berpetualang.
"Selamat datang." sapa dari pemilik toko padaku. Dia bersandar pada meja, dan seluruh pemandangannya seperti barang antik. Aku lega, karena aku tidak nyaman jika aku bertemu dengan orang besar yang menakutkan dalam toko senjata.
"Permisi tuan, apa kau menjual katana?"
Kan, pemikiran bocah, tiba-tiba keluar dalam mulutku. Gile cok malu bat.
Tapi, kupikir pedang Brauns tadi yang kupinjam cukup berat. Jadi, kalau ada katana mungkin akan lebih ringan jika kubawa.
Penjual toko itu sepertinya seorang yang ahli dalam membuat berbagai benda seperti pedang.
"Katana, apa itu?"
Sudah kuduga, barang itu tidak ada di dunia ini.
"Tidak, bukan apa-apa. Tuan apa kau punya pedang kualitas bagus dan ringan di toko ini?"
Pemilik toko itu menunjukan sejumlah pedang yang panjang.
"Pedang-pedang ini, secara berurutan dari yang paling murah. Semakin mahal, peningkatan kualitasnya sangat besar."
Apa tingkat kekerasannya berbeda berdasarkan bijih mentah yang digunakan dalam pembuatannya? Sepertinya semuanya terbuat dari besi.
"Aku akan memilih ini."
Aku memilih pedang panjang ramping, sepertinya cukup ringan, dan harga pedang itu seharga 250 keping perak.
Aku tidak tahu seberapa mahal atau murahnya barang dagangan di dunia ini, jadi aku langsung membelinya.
Aku memberinya 3 keping emas dan mendapatkan kembalian 50 keping perak. Berarti karena kembalian itu aku mengerti bahwa 1 keping emas mencakup 100 keping perak dan 1 keping perak mencakup 100 keping tembaga, begitu seterusnya.
"Oh ya tuan, apa kau bisa membuatkanku pedang? Tentu saja aku akan memberi tahu caranya tapi tidak perlu sekarang, aku akan memakai pedang ini dulu."
"Baiklah, tapi bagaimana caranya?"
Aku menjelaskannya secara rinci, dia terlihat tertarik dengan ideku, tapi mungkin prosesnya akan lama karena aku juga harus mencari materialnya yang terbaik. Aku tidak perlu buru-buru tentang hal ini, kupikir di dunia ini pembuatan pedang bisa ditambahkan dengan item langka.
Aku menyelesaikan transaksiku dan pergi ke luar toko, Ellena menungguku di luar.
Ekspresinya cemberut, aku tidak mengerti kenapa dia- "Kenapa kau cukup lama di dalam? Apa kau tidak merasa aku cukup kesepian di sini?"
Lagi-lagi dia menggodaku. "Tidak, aku hanya bingung dengan apa yang kupilih. Jadi, setelah ini kau akan pergi kemana?"
"Mungkin aku akan pulang aja. Oh ya, jika kau ingin pergi ke penginapan maka kau jalan saja terus di jalan ini. Apa jangan-jangan kau ingin bersamaku?"
Aku risih dia memegang bahuku sambil berkata seperti itu, tapi seperti itu gayanya berbicara, mungkin.
"Tidak, aku akan pergi ke penginapan aja."
Kami berpisah di depan toko senjata.
Aku berjalan mengikuti arahan yang diberikan Ellena. Kemudian aku sampai dengan banyak pilihan penginapan.
Dimana ya? aku gak ngerti tentang penginapan yang murah atau mahal. Apa aku asal pilih saj-
"Kak, apa kau lagi mencari penginapan."
Aku tersentak kaget, tiba-tiba dia menepuk pundakku dari belakang. Gadis imut sedikit pendek dariku, rambut coklat ponytail menggunakan pakaian pelayan. Apa dia pelayan dari salah satu penginapan disini?
"Eh iya, ada apa?"
"Kakak, apa kau sedang mencari penginapan?" tanya gadis itu.
"Iya, memangnya kenapa?"
"Kalau begitu, menginaplah di penginapan milikku, aku akan menjamin kebersihan dan kelayakannya."
"Benarkah? Kalau begitu antar aku kesana."
Aku menyetujuinya dan mengikuti gadis itu.
Rumah bernuansa sederhana yang luas dilengkapi dengan susunan meja untuk tempat makan yang membuat tempat itu terlihat seperti cafe, tapi juga punya kamar yang cukup banyak.
"Kak, kau mau menginap disini berapa hari?"
"Sepertinya 1 bulan."
"Ohh, apa kau pendatang baru di kota ini?"
"Ya, sepertinya begitu."
Aku tidak punya alasan untuk tidak menjawabnya.
"Kakak, apa kau ingin mencoba hidangan kami? Sepertinya kakak belum makan malam."
"Kami merekomendasi hidangan daging sapi saus madu, sup keju, dan susu."
Hmm, sepertinya lezat. Apa sudah ada sertifikat halal? ya tentu saja mana ada. Fiuh.
"Baiklah, aku akan memesannya."
"Oke, jadi semua tagihanmu termasuk menginap adalah 1 keping emas, 8 keping tembaga."
Aku memberikan sejumlah koin yang kupunya. Hmm, uangku tinggal 6 keping emas, 70 keping perak dan 12 keping tembaga. Aku khawatir dengan kondisi ekonomiku. Apa tempat ini tidak terlalu mahal?
"Ngomong-ngomong siapa namamu? Sebelum aku tinggal disini, setidaknya aku tahu nama pemilik penginapan agar lebih terbiasa di tempat ini."
Sebenarnya aku sangat lemah terhadap wanita, jadi aku gemetar saat berbicara. Ya mau gimana lagi, dulunya aku hampir tidak pernah ngomong sama cewek.
"Oh begitu... Perkenalkan namaku Airil, salam kenal."
Aku malu sekaligus senang berkenalan dengan wanita yang waras. Gak kayak tadi.
Airil pergi dan beberapa menit kemudian kembali dengan membawa pesananku.
"Ini pesananmu dan kunci kamarmu. Kamarmu di lantai dua belok kiri, paling ujung tempatnya.
"Oke, terima kasih."
Dia menyambut terima kasihku dengan senyuman dan pergi meninggalkanku sendiri.
Aku selesai dan pergi ke kamarku. Gile, enak banget njir makanannya tadi.
Wah ada sofa sama lemari baju juga, kasurnya juga empuk. Apa ini? Kamar mandinya mantep juga. Serasa di hotel bintang 5. Aku kagum dengan kebersihan dan kelayakan tempat ini. Ya tapi mahal banget njir tempat ini. Belum sehari di dunia ini, tapi aku malah hampir menghabiskan setengah dari seluruh uangku.
Aku menaruh pakaian kotorku di samping kamar mandi, membersihkan badan dan langsung jatuh ke tempat tidur.
Nyamannya~ Besok ngapain ya? Oh iya besok ada pertemuan dengan raja.
Aku tertidur tanpa kusadari...
...****...
Malam yang masih ramai lalu-lalang orang dari kerajaannya, tawa bahagia terlihat dari rakyatnya yang telah ia susah payah bangun.
Raja Azaka tidak ingin rakyatnya menderita apapun yang terjadi.
Kabar yang telah ia dengar dari Yuuki membuat jantungnya terus berdegup kencang, karena selama ini dia hidup tidak ada satupun ancaman atau peperangan yang membuat tanah airnya terancam.
Bahkan kegiatan perdagangan dan tingkat kemakmuran di kerajaannya cukup maju sehingga dia tidak perlu terlalu khawatir tentang masa depan kerajaannya.
Namun, jika kabar itu benar-benar terjadi, maka kemakmuran yang telah ia bangun akan sirna. Karena kerajaannya terlalu aman bagi penduduk dari para monster berbahaya, membuat cukup sulit untuk menemukan orang-orang kuat di kerajaanya, hal ini dikarenakan hasil dari perjuangan pahlawan di masa lalu.
Para petualang adalah organisasi netral yang terikat oleh hukum. Jadi, memerintah mereka akan dilarang, itulah yang membuat Raja Azaka kesulitan.
Namun, berbeda cerita kalau sesama petualang atau rakyat atau orang yang sama berada pada kedudukannya. Mereka bisa dibayar secara pribadi oleh sesamanya, layaklah pemburu bayaran.
Petualang itu seperti halnya dengan dasar namanya yaitu berpualang. Mereka diberi kebebasan untuk menetap di negeri manapun dan memilih negara manapun yang dipilihnya karena pada dasarnya mereka bertualang. Dengan catatan mereka sangat melarang pengkhianatan.
Pada saat malam hari itu Raja Azaka selalu memikirkan jalan keluar untuk mendapatkan orang-orang kuat dari kerajaanya tanpa melanggar hukum yang telah ditetapkan.
Setelah mengantarkan Yuuki dan kelompok Brauns, Raja Azaka dengan perasaan lelah memasuki ruangan di dalam kerajaan, dimana Raja Azaka menemui jenderalnya saat di lorong.
"Selamat datang kembali, Yang Mulia."
"Ya, Jenderal Meyyer. Kumpulkan para dewan besok pagi, aku akan mengadakan rapat darurat."
Meskipun Raja Azaka sangat lelah, dia tetap berbicara tegas kepada bawahannya agar bawahannya tidak khawatir terhadapnya.
"Baiklah Yang Mulia, memangnya apa yang terjadi?"
"Aku akan menjelaskannya besok dan perketat keamanan wilayah ibukota dan kirim mata-mata yang kau percaya ke Pegunungan Yatze, awasi tempat itu."
"Siap Yang Mulia."
****
Hari ini segini dulu ya, soalnya lagi panas bgt di daerah sini. Jadi bakal dilanjutin di chapter selanjutnya. Sorry klo kedikitan
Klo ada salah kata atau typo bertebaran mohon dimaklumi karna pemula ( ̄▽ ̄)ノ
Dah gitu aja. Arigatou ( ' ▽ ' )ノ
Assalamu'alaikum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments