Di perjalanan kami menuju ibukota Fioresd yaitu Florend, Raja Azaka mengejutkan kami ketika aku mengajukan pertanyaan terakhirku. Jika di sekitar pegunungan Yatze tidak ada rumor sedikitpun atau peristiwa yang pernah terjadi disana, maka kemungkinan yang kuberikan tadi hanya sekedar kata-kataku yang tidak berdasar.
"Apa itu Yang Mulia?"
Dengan tangan menyilang, Raja Azaka berkata, "Aku pernah membaca sebuah buku di perpustakaan kerajaan, legenda tentang naga berkepala tujuh, Hydra..." Raja Azaka mencoba mengingat legenda dari buku itu dan menjelaskan dengan kata-katanya "...Monster itu disegel sekitar 600 tahun yang lalu."
"Memangnya ada apa dengan 600 yang lalu?" Tanyaku.
"Dalam buku itu, mengatakan kalau 600 tahun yang lalu terjadi perang besar antara Kerajaan Fioresd dengan Kekaisaran Engrayn. Di tengah perang, terjadi pertempuran yang sangat dahsyat di sekitar Pegunungan Yatze, sehingga membuat Hydra marah dan membuat kehancuran bagi kedua belah pihak, menewaskan ratusan ribu jiwa. Kemudian membuat Hydra itu berevolusi, kehancuran dunia sudah di depan mata, tapi, pahlawan yang entah muncul darimana menyegel Hydra itu serta kemampuannya."
Aku tidak tahu apakah Hydra itu menyerap kekuatan dari manusia yang dibunuhnya atau tidak, kalau itu benar-benar terjadi berarti...
"Tapi kenapa Hydra itu tidak mengacau lagi, apakah monster itu mengumpulkan kekuatan atau semacamnya untuk mengamuk lagi?"
Pertanyaan Gorou berhubungan dengan ada yang di kepalaku. Tapi, sementara itu aku harus menahannya sementara waktu, toh mereka juga akan mengerti sendiri.
"Kita harus membuat skenario terburuk jika kita tidak ingin ceroboh di masa depan dan jika apa yang kita diskusikan akan terjadi, maka keadaan negeri ini akan sangat buruk."
Banyak pertanyaan yang terlintas di kepalaku, mereka juga kebingungan menghadapi hal ini, daripada itu kami sudah sampai di ibu kota Kerajaan Fioresd, Florend pada malam hari.
Diskusi kami belum mencapai titik akhir dan belum dapat kesimpulan yang jelas. Mereka semua juga belum bisa berkesempatan untuk berbicara dan kami butuh lebih banyak orang berbicara mengenai hal ini.
"Diskusi kita belum berakhir. Aku meminta kalian untuk datang ke istana besok pagi sebagai saksi di depan para dewan lainnya."
"Baik, Yang Mulia." Jawab mereka bertiga dengan serentak kecuali aku.
Haa? Aku juga dipilih... Sumpah, aku gak mau ikut-ikutan dengan urusan politik, itu sangat bertentangan dengan diriku. Tapi, kalau aku dapet nasi box juga gapapa.
Aku keluar dari kereta, kemudian Raja Azaka memanggilku.
"Tunggu Yuuki..."
Aku menoleh, apa? Apa nanti aku dapet 2 nasi box...?
"...Sepertinya kau akan menjadi bagian dari kerajaan ini, terima ini..." Raja Azaka melempar kepadaku sekantung uang. "...Kau pasti butuh itu, kau temanku dan sering-seringlah ke istanaku dan panggil aku dengan namaku aja."
Haa teman? Tapi gapapa, dapet THR ini.
"B-baiklah A-azaka, terima kasih atas pemberiannya."
Gile, sampe terbata-bata omonganku. Gapapa, yang penting saat ini aku harus mencari pakaian dan penginapan dulu.
"Dahh, sampai jumpa besok."
Raja Azaka meninggalkan kami di alun-alun kota dan melambai dari kejauhan. Kupikir dia adalah raja yang baik, ketika menurunkanku, orang-orang di sekitarku terlihat menyapanya dari kejauhan meskipun perhatian Raja Azaka masih di diriku. Aku sedikit berharap padanya.
"Kalau begitu, Ellena temani Yuuki berkeliling, dia pasti membutuhkanmu untuk berkeliling. Kemudian, kau tahu kan apa yang harus dikerjakan? Biar Gorou yang menyembuhkanku."
"Oke... aku akan merawatnya dengan baik, jangan pikirkan kami, pikirkan lukamu itu."
Perkataan Ellena dengan senyum liciknya membuatku merinding.
Kami berpisah di alun-alun dan tersisa aku dengan wanita ini. Kemudian kami berjalan menuju guild petualang, aku akan coba mendaftar petualang dan Ellena akan melaksanakan tugasnya. Tapi, yang sangat ku sebal dia ini terus senyum-senyum tanpa sebab di sampingku. Aku pikir dia cuman sedeng otaknya.
Tinggiku sekitar 175 cm dan tinggi Ellena hampir menyamaiku, kupikir orang-orang di dunia ini cukup tinggi juga, tapi sikapnya padaku sangat aneh.
"Jadi, ini kencan ya..."
WADEFAK!! Ini orang ngomong apa sih njirr. Dia ngomong kalau ini kencan tapi dia mengeluarkan aura negatif dan senyum-senyum tidak jelas. Lagipula aku disini untuk mencari informasi. Aku tersenyum kecut saat memikirkannya.
"Kau bercanda ya."
"Kau ini menggemaskan ya."
"Woi ngapain sih lu?!"
Ellena melompat ke arahku, memelukku, di tengah keramaian. Aku berusaha melepaskan diri dari pelukannya tapi dia tidak mau.
"Tenanglah Ellena! Aku selesaikan urusanku dulu lalu kau boleh melakukan apapun terhadapku."
Ellena mulai mengendurkan pelukannya.
"Benarkah?!" Tanya dia yang berbinar-binar.
Terlalu dekat!
Wajahnya mendekat kearahku, aku tidak tahu membuat wajah seperti apa yang kubuat.
"I-iya, tapi kau harus tahu batasanmu."
"Oke kalau begitu, Tu-an Yuu-ki."
Aku tidak mengerti caraku menghadapi wanita seperti ini. Dia cantik, tapi kelakuannya membuat penilaianku menurun terhadapnya. Kalau aku tidak hati-hati terhadap kata-kataku untuknya, maka akan membuat kebiasaan buruk Ellena menjadi-jadi.
"Ellena, tolong tunjukan jalan ke arah Guild petualang, temani aku sebentar."
"Tentu saja, lagipula aku juga akan menyelesaikan urusanku."
Tentang petualang itu ya
Kami menuju Guild petualang untuk mendaftar sekaligus melihat apa yang akan dikatakan Ellenas setelah datang ke tempat itu.
Jalan berkerikil, bangunan batu yang berbaris, banyak rumah yang dihiasi dengan papan nama kayu. Ada banyak aroma lezat yang mengambang di udara dari banyak arah sekaligus.
Setelah berjalan kaki beberapa menit, kami sampai di tempat itu. Gedung besar nan luas yang menyerupai museum, dinding di dalamnya terbuat dari keramik dan bermacam-macam orang yang berada di Guild itu, dari orang yang berseragam mewah berbalut armor sampai mereka yang menutupi tubuhnya dengan pakaian penyihir.
Di aula tengah terlihat papan Quest yang penuh kertas yang berisi misi-misi dari kesulitan terendah sampai tertinggi.
Namun, aku tidak mengerti bahasa itu sama sekali.
Kami sampai ke meja resepsionis.
"Permisi nona, saya ingin mendaftar."
"Baik." Nona resepsionis dengan cepat mengambil formulir pendaftaran.
Kertas itu sudah di depanku dengan pena yang sudah kupegang, tapi aku terdiam. Bangsat cok gue gak ngerti. Bahasa apa ini cok!!
Aku berbisik kepada Ellena, "Ellena, aku tidak mengerti tulisan ini. Bisa kau tuliskan untukku?"
"Oke." Ellena mulai menulis formulir itu.
Semoga dia gak nulis yang aneh-aneh.
"Nama panjangmu?" Tanya Ellena.
"Yuuki Ryuuji."
"Umur?"
"17 tahun."
"Hoo~ kau masih muda juga ya." Ellena tersenyum licik, menggodaku.
"Hey jangan nulis yang bukan-bukan."
"Santai, aku cuman menulis apa yang kutahu tentangmu."
Tiba-tiba Ellena memberikan pisau kecil, terkejut, aku sedikit bingung.
"Buat apa pisau ini?"
"Untuk melengkapi formulir dan identitasmu, kau harus memberikan stempel darah ke dalam kertas ini."
"Begitu ya?"
Aku menyetujuinya tanpa pikir panjang, aku menusuk jariku dan mengumpulkan darahku, lalu meneteskan darahku ke kertas formulir itu yang sudah tertera untuk tempat stempel darah.
Lalu Ellena menyerahkan formulir itu kepada resepsionis dan menunggu hasil yang akan diberikan.
"Oh iya, bagaimana dengan biaya pendaftarannya?"
"Tenang saja, aku sudah mengurusnya." Jawab Ellena dengan santai.
Tidak lama kemudian nona resepsionis tadi kembali dan memberikan pelat logam.
Sepertinya itu adalah pelat khusus yang terbuat dari mana sehingga dapat menampilkan statistik 3 dimensi. Aku takjub dengan itu.
"Jadi apa yang tertulis disini?"
Aku bertanya kepada Ellena dan dia menunjukkan sebuah statistik.
...| Nama : Yuuki Ryuuji |...
...| Umur : 17 |...
...| Ras : Manusia |...
...| Job Class : Swordmaster |...
...| Sword Skills : B |...
...| Magic Power : F |...
...| Martial Arts : A+ | ...
Ellena menjelaskan itu semua padaku.
"Kenapa kau tulis Swordmaster di kolom Job Class?"
"Hehehe, kupikir kau akan keren jika aku menulis begitu."
Hehehe ndasmu, aku salah menyuruh dia tapi aku juga tidak bisa tanpanya. Lagipula apa-apaan itu Swordmaster?
Aku menghela napas panjang, memegang kepalaku karena kelakuan Ellena hari ini.
"Lalu, apa kau yang menulis huruf ini di kolom statistik power?"
"Tidak, bukan aku..." Dia panik, mencoba membela diri, "...ini memang ada dengan sendirinya, dilihat seberapa besar kemampuanmu."
"Kenapa benda ini tahu kemampuanku?"
"Sederhana, karena kemampuan itu dilihat dari darah pengguna yang sudah kau berikan, misalkan kalau tidak ada darahmu, maka statistik power itu tidak terlihat atau terdaftar."
Aku takjub dengan benda ini, gile juga ada benda sebagus ini. Tapi, aku tidak akan terlalu memikirkan hal ini.
Selain itu penjelasan Ellena tidak bertele-tele, dia mengatakannya dengan jelas. Aku sedikit salut padanya.
"Ohh~ sepertinya Martial art milikmu sama denganku."
"Hmm, benarkah?"
Aku teringat dengan kata-kata Brauns sebelumnya bahwa meskipun Ellena adalah Sorcerer tapi dia juga cukup ahli dalam pertarungan tangan kosong. Tapi, sekali lagi aku melihatnya, kayaknya gak mungkin deh.
Aku cukup mengerti kalau Magic powerku rendah, aku tidak pernah menggunakan sihir, tapi Sword Skills ku cukup bagus.
Class ku mulai dari D ya...
Aku mengerti kalau Class ku adalah D, ya aku baru mulai, jadi paling bawah.
Kemudian Ellena bertanya lagi, "Apa kau tidak percaya dengan kekuatanku?"
Hmm? Emang aku gak percaya.
"Apa kau mau latih tanding?" Aku menantangnya.
"Boleh juga, sudah kuduga kau itu orang yang menarik."
Aku berani karena aku dulunya salah satu karate terbaik dalam perlombaan manapun. Sombong dikit nih.
Kemudian aku meminta Ellena untuk mengarahan ke toko senjata dan toko pakaian. Pakaianku banyak darah naga, aku tidak punya senjata, jadi aku ke toko itu karena aku butuh.
"Apa yang harus kita lakukan?"
"Kurasa akan bagus untuk mencoba mendapatkan beberapa peralatan dan armor yang lebih baik."
"Ide bagus. Dengan uang yang diberikan oleh raja, aku seharusnya bisa mendapatkan beberapa barang yang berkualitas."
Satu-satunya peralatan yang kupunya yaa... tidak ada. Jadi mendapatkan sebuah senjata adalah hal yang terpenting. Tanpa senjata, aku tidak akan punya peluang menang melawan monster. Mungkin, aku tidak akan berguna dalam kelompok jika aku tidak punya senjata.
Mempertimbangkan aku di dunia ini, tidak ada gunanya untuk bermalasan. Selain itu, meskipun aku terjebak di kelas yang lemah, mereka masih menemaniku.
Uang yang diberikan Raja Azaka adalah 10 keping emas, 20 keping perak, dan 20 keping tembaga. Kupikir yang dia berikan hanya uang sisaan.
Aku tidak tahu seberapa harga pasar untuk membeli semacam peralatan dengan uang ini. Sepertinya ini adalah pengetahuan dasar untuk mengenali perdagangan yang ada di dunia ini.
Ini juga bermanfaat di masa depan untuk menjual barang-barang yang berguna untuk mengatasi masalah ekonomiku.
Aku sangat, sangat bersyukur atas pemberian uang ini oleh Raja Azaka untuk kebutuhanku. Kepingan uang itu berbentuk koin dengan tampilan di sisinya ada banyak angka yang tidak kukenal. Kukira ini sistem penomoran dalam uang.
"Tunggu sebentar Ellena, apa kau sudah memeriksa orang yang kau kenal yang pergi ke pegunungan Yatze? Apa mereka kembali?"
Topik kami berubah, menjadi lebih serius. Kami berhenti di tempat.
"Tidak, mereka tidak ada di sana."
Dibalik senyum manis Ellena, terlihat ketakutan yang jelas di matanya. Aku pun tahu kalau dia berusaha menutupi ketakutannya.
Karena jika Monster Hydra itu benar-benar ada, maka itu akan menjadi monster kelas bencana.
*****
Fiuh~ capek cok tangan gw. Otak gw mumpung lagi fresh jadi gas aja.
Ni temen-temen gw ngajak mobile legend trus jadi agak keganggu, njir jadi curhat.
Kalau ada salah kata atau typo bertebaran maaf ya. maklum masih pemula.
Yang penting kelar. Jadi, dahlah segitu aj.
Terimakasih.
Arigatou gozaimashita.
Assalamu'alaikum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments