Kakek Cokro

Seusai sholat Subuh berjamaah, Aleta mengajak adik-adik panti melakukan tadabbur alam. Hari ini dia sengaja tidak membuat kue jajanan pasar, sehingga bisa menemani adik-adik berkeliling desa, sambil menikmati pemandangan alam di kaki pegunungan Seribu. Setiap hari Jum.at Aleta selalu meluangkan waktunya untuk mendampingi adik-adik membuat satu aktivitas bersama.

"Kak Aleta..., Susi sama Santi bisa kesana." tanya Susi dengan menunjuk ke tanggul sungai Birin. Sungai itu sebagai pembatas yang memisahkan desa Dengkeng dan Desa Kadilanggon.

"Pergilah, tapi jangan sampai melewati sungai ya." pesan Aleta.

"Iya kak, kami kesana ya." kata Susi dan Santi berlarian menuju pinggiran tanggul.

Sedangkan lima anak laki-laki lainnya berusaha menangkap binatang kepik yang banyak menempel pada tanaman krangkong.

Aleta berjalan kaki dengan meregangkan kedua tangannya menghirup udara kesegaran pagi. Senyum mengembang selalu terbit di bibirnya, melihat kebahagiaan adik-adik panti meskipun hanya dengan melakukan sesuatu yang sederhana.

Sesekali tetangga melintas dengan menggunakan sepeda untuk bekerja di sawah. Saat ini di desa sedang musim tanam padi, sehingga beberapa petani sudah berangkat ke sawah di pagi hari untuk melakukan pembuatan bibit dengan cara penyemaian.

"Mbak Aleta.., tumben jam segini masih jalan-jalan, apa hari ini tidak ke pasar." tanya Mbah Karyo tetangga panti yang tinggal di ujung desa.

"Mboten (tidak) Mbah, hari ini Aleta sudah janji sama adik-adik untuk jalan pagi sesudah sholat Shubuh. Mbah Karyo badhe tindak sabin (Mau pergi ke sawah)? jawab Aleta.

"Iya nak, mau tandur (tanam padi). Simbah duluan ya."

"Njih Mbah, Monggo. (ya Mbah, mari)."

Aleta tanpa sadar kakinya sudah berada di pinggir sungai Birin. Tiba-tiba terdengar teriakan Santi dan Susi

"Kak Aleta....ada mayat." teriaknya sambil menutup wajahnya, sedangkan satu tangannya menunjuk ke sisi tanggul.

Aleta segera bergegas menghampiri Susi dan Santi, kemudian menenangkan keduanya.

"Sudah sudah, tenang. Coba kakak periksa dulu. Coba kalian panggil Joko dan Iwan kemari ya."

Aleta melihat ada seorang kakek yang berlumuran darah tergeletak di pinggir tanggul. Akhirnya dia berjongkok, dan memberanikan diri memeriksa kondisinya. Aleta memegang dahi, dan mengambil pergelangan tangan kakek tersebut. Dia masih merasakan denyut nadi yang lemah, dan ada rasa hangat di dahinya yang menandakan bahwa masih ada kehidupan.

Tiba-tiba kakek itu membuka mata dengan lemah.

"Air." bisik kakek itu meminta air.

"Kalian pada kesini." Aleta memanggil adik-adik.

"Ada apa kak," tanya beberapa adik panti yang laki-laki.

"Tadi ada yang bawa air putih tidak dari panti."

"Saya bawa kak, tapi cuman satu botol kecil." sahut Koko.

Koko menyerahkan botol air minum kepada Aleta. Aleta menerima botol dari Koko, dan perlahan membukanya kemudian dengan hati-hati memberikan kepada kakek yang baru siuman. Setelah beberapa saat

"Assalamualaikum, kakek sudah sadar." tanyanya lembut.

Kakek menganggukkan kepalanya. Dia menatap gadis dan anak-anak di depannya satu persatu.

"Kakek, karena tubuh kakek lemah dan penuh luka, kakek kami bawa pulang dulu ke panti ya."

"Biar kami bisa mengobati luka-luka di badan kakek."

"Kakek kami papah dulu ya kek, karena kami tidak ada yang kuat kalau harus menggendong kakek."

Kakek itu tersenyum dan lagi-lagi hanya menganggukkan kepala. Kemudian Aleta dibantu beberapa adik-adik panti yang laki-laki memapah kakek, untuk membawanya beristirahat di panti.

******

Sesampainya di panti asuhan mereka membaringkan tubuh kakek di bale-bale yang ada di ruang tengah.

"Iwan, minta air panas di dapur ya kemudian ditaruh di ember terus di beri air kran.

"Susi, beritahu ibu panti ya kalau ada tamu yang sedang membutuhkan pertolongan."

"Santi ke dapur, minta Bu Ida untuk membuatkan bubur.'

Aleta membagi tugas satu-satu kepada adik-adik. Kemudian dia sendiri mengambil kotak obat dan beberapa kain kassa serta alkohol.

Tergopoh-gopoh Bu Rosna menuju ke ruang tengah.

"Ada apa nak, kakek ini siapa kok dibawa kesini." tanya Bu Rosna penuh rasa khawatir.

"Belum tahu Bu, tadi Aleta dan adik-adik menemukan beliau tergeletak di pinggir tanggul. Tubuhnya penuh luka, ini Aleta mau membersihkannya." Aleta menceritakan dengan singkat tentang kakek.

"Iya, ibu akan menyiapkan teh panas dulu di dapur."

Tak berapa lama Iwan membawa ember kecil ke ruang tengah. Setelah mencelupkan jarinya untuk test menandai tingkat kepanasan air, perlahan Aleta membasahi kassa dengan air tersebut. Kemudian dengan penuh ketelatenan, Aleta menyeka semua kotoran tanah yang ada di badan kakek itu.

"Koko, bantu kakak ya. Mintakan sarung pada ibu ya. Pakaian kakek sangat kotor sekali, nanti kalian bantu kakek ganti baju ya."

"Ya kak Aleta." jawab Koko kemudian beranjak untuk mencari Bu Rosna.

*****

Di ruangan tengah tampak Aleta dengan telaten menyuapi kakek yang baru saja ditemukannya di pinggir tanggul. Setelah badannya dibersihkan dan mengganti bajunya, kakek terlihat sangat bersih dengan beberapa bagian tubuhnya yang dibalut dengan kassa dan plester. Meskipun sudah tua, guratan ketampanan di masa lalu masih nampak tergambar di wajahnya.

"Terima kasih ya nak, kakek janji. Kakek akan membalas semua kebaikan penghuni panti ini." kata kakek dengan suara lemah.

"Kakek istirahat dulu ya, jangan banyak berpikir dulu. Yang penting kakek sembuh, baru memikirkan yang lain

" kata Aleta.

Setelah selesai menyuapi kakek, Aleta menyiapkan sebuah pil warna putih.

"Kakek, dokter di Puskesmas baru bisa kesini nanti sore."

"Setelah berkonsultasi dengannya, beliau menyarankan kakek untuk sementara minum obat ini dulu. Obat ini untuk menghilangkan rasa nyeri dan mencegah inflamasi." Aleta memberikan pil warna putih dan segelas air putih.

Kakek menuruti apa yang dikatakan Aleta. Beliau segera meminum obatnya.

"Nak, siapa namamu." tanya kakek dengan tersenyum. Beliau tidak berhenti memandangi wajah Aleta.

"Nama saya Aleta kakek. Saya salah satu anak asuh di panti ini. Orang tua saya keduanya sudah meninggal, dan saya diambil ibu panti untuk dibesarkan di panti ini." Aleta memperkenalkan dirinya.

"Nama yang bagus, sebagus hati dan perilakumu nak."

"Nama kakek adalah Cokrodirjo nak Aleta. Anak bisa memanggil kakek dengan sebutan Cokro."

"Baik kakek Cokro. Sekarang kakek istirahat dulu ya, Aleta mau membantu beres-beres di belakang." pamit Aleta pada kakek Cokro. Sebelum pergi Aleta menyelimuti badan kakek Cokro dengan kain Bali yang terbuat dari kain Santung.

Sepeninggalan Aleta, kakek Cokro dengan cepat tertidur, karena salah satu efek obatnya adalah dapat menimbulkan rasa kantuk.

Di dapur Aleta dengan cekatan membantu menyiapkan sarapan pagi. Bu Rosna juga tengah sibuk menggoreng tahu dan tempe.

"Ibu tidak keberatan kalau kakek Cokro untuk sementara disini sampai beliau sembuh." tanya Aleta pada ibu panti.

"Ya tidak to nak. Kita wajib menolong siapapun yang sedang kesulitan. Kebetulan kakek-kakek yang luka tadi sedang kesulitan dan membutuhkan bantuan kita." kata Bu Rosna sambil tersenyum tulus.

"Tapi kira-kira beliau itu orang yang jahat tidak ya Bu.Kalau ternyata jahat, gimana Bu."

"Aleta.., jangan kebanyakan berpikir yang tidak-tidak."

"Jahat atau tidak itu akan terlihat nanti. Yang penting saat ini tugas dan kewajiban kita untuk membantunya."

"Iya juga ya Bu. Tapi Aleta akan sangat merasa bersalah, kalau ternyata kakek Cokro ternyata orang jahat. Kan Aleta Bu yang membawanya ke rumah."

"O... namanya kakek Cokro."

"Kamu mulai lagi kan berpikir yang tidak-tidak."

"Sudah sana gih, tikarnya digelar sama adik-adikmu, kemudian makanan sama piringnya disiapkan."

"Kasian adik-adikmu keburu lapar. Sebentar lagi mereka akan berangkat ke sekolah."

"Baik Bu." tanpa membantah Aleta segera melaksanakan apa yang diperintahkan ibu Rosna.

*****

Terpopuler

Comments

Marc Lina Aczenk Lolo

Marc Lina Aczenk Lolo

awal yg baik... kebaikan akan terbalaskan dgn kebahagiaan

2022-12-14

0

Olan

Olan

hai thor. aku mampir kekarya mu dengan membawa beberapa like. salam dari Hate But Love😊 mari saling dukung

2021-09-07

2

trisss

trisss

baguusss kk ceritanyaa

2021-08-19

2

lihat semua
Episodes
1 Aleta
2 Panti Asuhan Rejeki
3 Kakek Cokro
4 Perhatian
5 Oh Angkot...
6 Diantar Pulang
7 Jemputan
8 Kembali
9 Amanah
10 Pendekatan
11 Kedekatan
12 Bimbang
13 Keputusan
14 Tadabbur Alam
15 Persiapan
16 Akad Nikah
17 Haris
18 Salah Paham
19 Malam Penggoda
20 Janji
21 Berdua
22 Keluarga Atmaja
23 Pertemuan Keluarga
24 Penindasan
25 Akhirnya....
26 Malu
27 Short course
28 Perbedaan
29 Dating
30 Berkunjung
31 Pengertian
32 Ngambek
33 Dia Istriku
34 Pelajaran pada Istriku
35 Pembelaan
36 Taktik
37 Ubud
38 Family gathering
39 Suasana Pagi
40 Wisata
41 Ijin
42 Rumah Baru
43 Bertemu Ferdinand
44 Bertemu Ferdinand
45 Saling Melindungi
46 Datangnya
47 Akhirnya
48 Kesalahpahaman
49 Jalan-jalan
50 Positif
51 Rencana Awal Rengganis
52 Syukuran
53 Kekacauan
54 Sisa Kekacauan
55 Kalut
56 Trauma psikologis
57 Rumah Kost
58 Bukan karena Perjodohan
59 Tekad
60 Magang
61 Mengikutinya
62 Aksi dulu Bicara kemudian
63 Melepaskan Kerinduan
64 Lapor Diri
65 Raditya
66 Strategi Baru
67 Konspirasi
68 Magang
69 Perlakuan Raditya
70 Keinginan Alami
71 Pengintaian
72 Bu Rosna
73 Rutinitas Magang
74 Ibu dan Anak
75 Pembebasan
76 Penanganan
77 Klarifikasi
78 Ijin
79 Tindakan Lanjutan
80 Siasat Cokro
81 Gelisah
82 Tak Sengaja
83 Kebersamaan
84 Suami dan Istri
85 Kunjungan
86 Rencana Ekspansi
87 Kejatuhan Rengganis
88 Terkuaknya Rahasia
89 Jalan-jalan
90 Ngemall
91 Kenyataan
92 Upaya Pencarian
93 Titik Terang
94 Kebenaran
95 Istriku
96 Kumpul Keluarga
97 Berita Bahagia
98 Pamit
99 Upaya Pendekatan
100 Kembalinya Maurin
101 Ketemu Teman
102 Nikmat Berkumpul
103 Test DNA
104 Test Ulang
105 Test Pack
106 Pregnant
107 Jawaban
108 Pengunduran diri
109 Persiapan Mitoni
110 Komitmen Bersama
111 Bicara Tua
112 Melahirkan
113 Arend dan Arick
114 Rencana Rolland
115 Doa Restu
116 Pesta
117 Daddy Rindu
118 Kembali
119 Teman baru
120 Auntie
121 Not Our Business
122 Kasih Sayang
123 Tamu
124 Insiden
125 KRITIS
126 Wasiat
127 Terima Kasih
128 Hubungan Darah
129 Galau
130 Perubahan dalam Hidup
131 Urusan yang Tua
132 Hak Waris
133 Wait and See
134 Oma dan Mama
135 Tutup Usia
136 Pemakaman
137 Posesif
138 Mommy Aleta
139 He is Your Father
140 Kamu Hanya Milikku
141 Kumpul
142 Kebersamaan
143 Oma dan Mama
144 Berdamai
145 Madu
146 Bimbang
147 Sepakat
148 Papa Biologis
149 Kesalahan Masa Lalu
150 Jealous
151 Field Trip
152 Selamat Tinggal Bandung
153 Chapter 153 Harvard
154 PENGUMUMAN
155 Chapter 154 EXTRA
156 Chapter 155 EXTRA 2
157 Cerita baru
Episodes

Updated 157 Episodes

1
Aleta
2
Panti Asuhan Rejeki
3
Kakek Cokro
4
Perhatian
5
Oh Angkot...
6
Diantar Pulang
7
Jemputan
8
Kembali
9
Amanah
10
Pendekatan
11
Kedekatan
12
Bimbang
13
Keputusan
14
Tadabbur Alam
15
Persiapan
16
Akad Nikah
17
Haris
18
Salah Paham
19
Malam Penggoda
20
Janji
21
Berdua
22
Keluarga Atmaja
23
Pertemuan Keluarga
24
Penindasan
25
Akhirnya....
26
Malu
27
Short course
28
Perbedaan
29
Dating
30
Berkunjung
31
Pengertian
32
Ngambek
33
Dia Istriku
34
Pelajaran pada Istriku
35
Pembelaan
36
Taktik
37
Ubud
38
Family gathering
39
Suasana Pagi
40
Wisata
41
Ijin
42
Rumah Baru
43
Bertemu Ferdinand
44
Bertemu Ferdinand
45
Saling Melindungi
46
Datangnya
47
Akhirnya
48
Kesalahpahaman
49
Jalan-jalan
50
Positif
51
Rencana Awal Rengganis
52
Syukuran
53
Kekacauan
54
Sisa Kekacauan
55
Kalut
56
Trauma psikologis
57
Rumah Kost
58
Bukan karena Perjodohan
59
Tekad
60
Magang
61
Mengikutinya
62
Aksi dulu Bicara kemudian
63
Melepaskan Kerinduan
64
Lapor Diri
65
Raditya
66
Strategi Baru
67
Konspirasi
68
Magang
69
Perlakuan Raditya
70
Keinginan Alami
71
Pengintaian
72
Bu Rosna
73
Rutinitas Magang
74
Ibu dan Anak
75
Pembebasan
76
Penanganan
77
Klarifikasi
78
Ijin
79
Tindakan Lanjutan
80
Siasat Cokro
81
Gelisah
82
Tak Sengaja
83
Kebersamaan
84
Suami dan Istri
85
Kunjungan
86
Rencana Ekspansi
87
Kejatuhan Rengganis
88
Terkuaknya Rahasia
89
Jalan-jalan
90
Ngemall
91
Kenyataan
92
Upaya Pencarian
93
Titik Terang
94
Kebenaran
95
Istriku
96
Kumpul Keluarga
97
Berita Bahagia
98
Pamit
99
Upaya Pendekatan
100
Kembalinya Maurin
101
Ketemu Teman
102
Nikmat Berkumpul
103
Test DNA
104
Test Ulang
105
Test Pack
106
Pregnant
107
Jawaban
108
Pengunduran diri
109
Persiapan Mitoni
110
Komitmen Bersama
111
Bicara Tua
112
Melahirkan
113
Arend dan Arick
114
Rencana Rolland
115
Doa Restu
116
Pesta
117
Daddy Rindu
118
Kembali
119
Teman baru
120
Auntie
121
Not Our Business
122
Kasih Sayang
123
Tamu
124
Insiden
125
KRITIS
126
Wasiat
127
Terima Kasih
128
Hubungan Darah
129
Galau
130
Perubahan dalam Hidup
131
Urusan yang Tua
132
Hak Waris
133
Wait and See
134
Oma dan Mama
135
Tutup Usia
136
Pemakaman
137
Posesif
138
Mommy Aleta
139
He is Your Father
140
Kamu Hanya Milikku
141
Kumpul
142
Kebersamaan
143
Oma dan Mama
144
Berdamai
145
Madu
146
Bimbang
147
Sepakat
148
Papa Biologis
149
Kesalahan Masa Lalu
150
Jealous
151
Field Trip
152
Selamat Tinggal Bandung
153
Chapter 153 Harvard
154
PENGUMUMAN
155
Chapter 154 EXTRA
156
Chapter 155 EXTRA 2
157
Cerita baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!