Akad Nikah

Pukul empat pagi, Aleta mulai bersiap-siap untuk dirias MUA. Setelah mandi, sholat Subuh Aleta menuju ruang tengah untuk menemui perias yang sudah menunggunya. Di pintu masuk, Aleta berpapasan dengan Devan yang bersedekap dan menyandarkan badannya yang tinggi besar di pintu. Merasa terhalang, Aleta mendongakkan wajahnya ke atas.

"Permisi pak Devan, Aleta mau masuk."

Devan tidak bergeming, malah balik memandang wajah Aleta.

"Permisi pak, Aleta sudah ditunggu perias di dalam."

Tiba-tiba Devan mencengkeram lengannya.

"Batalkan sekarang mumpung masih ada waktu"

Aleta hanya tersenyum sinis, tidak menjawab.

"Tolong pak Devan minggir, Aleta mau lewat."

Akhirnya Devan menggeser tubuhnya, membiarkan Aleta lewat.

"Mbak Aleta cantik sekali, pipi sudah tirus jadi tidak perlu tambah shading. Tinggal dibuat segar saja ya mbak mukanya." kata MUA sambil merias wajah Aleta.

"Minimalis saja mbak, jangan menor," ucap Aleta.

"Iya mbak, saya sesuaikan usia juga."

"Pengantin lelakinya yang mana mbak, mau rias bareng disini atau di tempat lain,"

"Tidak tahu mbak." ucap Aleta cepat.

Di kursi dekat pintu, Devan duduk disana tanpa bergerak. Dari tadi dia mengamati Aleta yang sedang dirias.

"Cantik," tanpa sadar bibirnya menggumam pelan.

"Mbak Aleta, sudah hampir jam tujuh, pengantin laki-laki nya mana,"

"Kan dari tadi saya dah bilang mbak, Aleta tidak tahu,"

"Ga tahu yang mana pengantin laki-laki, atau ga tahu ada dimana nih jawabannya."

"Dua-duanya."

"Hah, yang benar mbak. Mbak Aleta ga tahu mana yang akan jadi suaminya?"

"Iya," jawabnya singkat.

Perias MUA berpandangan dengan temannya, kemudian terdiam.

"Apa benar dia belum tahu kalau aku yang akan jadi suaminya," batin Devan.

Devan mendekat ke perias MUA.

"Hai pak Devan, kenapa kesini? Disini baru digunakan untuk merias." seru Aleta.

Devan diam tidak menjawab, hanya matanya menengok sekilas.

"Masnya tahu tidak dimana pengantin laki-laki, sudah jam tujuh lewat lima menit nih, harus disesuaikan baju sama perlengkapan dengan pengantin wanita." kata perias MUA.

"Sudah rias cepat'"

"Lho ternyata masnya to pengantin laki-laki nya. Ini mbak Aleta dari tadi tak tanya bilang tidak tahu, padahal masnya dari tadi sudah nunggu di ruangan ini. Maaf ya mas,"

"Pak Devan...., bapak calon suami Aleta, bukan kak Rolland." Aleta bertanya dengan polosnya.

"Kamu maunya nikah sama Rolland? Kenapa ga bilang dari kemaren, bikin ribet saja."

"Dari tadi aku sudah bilang kan, batalin mumpung masih ada waktu. Malah sok-sokan masa bodo."

"Ya kalau pak Devan mau batalin, silakan pak Devan sendiri yang bilang sama kakek Cokro dan ibu." sahut Aleta kesal.

Kedua perias MUA saling berpandangan penuh tanda tanya melihat pengantin yang mereka rias malah cekcok di depannya.

"Maaf mbak, mas....memang kalian berdua tidak tahu kalau dinikahkan hari ini. Terus kok bisa buat pesta dan lain-lainnya."

"Diam,, berisik" bentak Devan.

Perias langsung terdiam dan cepat menyelesaikan riasannya. Sedangkan Aleta ikut terdiam dan tidak menyangka kalau laki-laki kasar, dingin, perokok, dan mAhal senyum itu yang akan menjadi suaminya. Sampai tadi dia masih berpikir jika Rolland yang akan menikahinya.

*****

Aleta dan Devan tanpa ada senyum, tanpa sinar bahagia di matanya saat ini sudah duduk di depan penghulu. Di samping Devan duduk kakek Cokro dan Rolland yang juga hanya terdiam tidak bicara. Bu Rosna duduk di samping Aleta, dan beberapa anak panti tampak bahagia duduk di belakang calon pengantin.

Perangkat desa, dan tetangga sekitar panti asuhan Rejeki sudah memenuhi kursi yang disediakan untuk tamu undangan. Meskipun acara disiapkan hanya dalam waktu singkat, semua persiapan pesta sudah sangat lengkap dan tertata dengan sempurna.

"Apakah semua sudah siap, kalau sudah semua mari acara kita segerakan, karena untuk memenuhi salah satu sunah Rasulullah yaitu adanya anjuran untuk menyegerakan pernikahan." ucap pak Penghulu.

"Sudah pak, mari segera kita mulai." jawab kakek Cokro yang hari ini tampak kebahagiaan menyertainya.

"Baiklah untuk para saksi dan wali nikah, harap segera menempatkan diri."

"Pak penghulu, kami mohon pihak KUA yang menjadi wali hakim untuk anak saya Aleta ya, mengingat kalau Aleta sudah yatim piatu," kata Bu Rosna lirih.

Mendengar ucapan Bu Rosna, tanpa dapat ditahan air mata mengalir dari kedua mata Aleta. Dari kemarin sore Aleta sudah tidak mampu lagi mengeluarkan air mata, tapi perkataan Bu Rosna barusan mengingatkan kembali kerinduan Aleta akan sosok seorang ayah.

Devan yang duduk di sebelahnya tidak tahu apa yang menyebabkan, tiba-tiba hatinya ikut merasakan sakit. Tanpa diduga Devan mengambil sapu tangan dari saku jasnya, kemudian dengan lembut menyeka air mata yang mengalir di pipi Aleta. Semua orang yang ada di sekitarnya terkejut dengan perlakuan Devan kepada Aleta. Devan yang dingin, sombong, sedikit kasar pagi ini memperlihatkan sisi kelembutannya.

"Baiklah Bu Rosna, saya sendiri yang akan menjadi wali hakim untuk ananda Aleta dan akan menikahkan ya. Mohon para saksi untuk segera bersiap-siap."

Acara ijab qobul terlaksana dengan sangat khidmat dan lancar. Bu Rosna tidak henti-hentinya mencucurkan air mata haru pernikahan putrinya. Setelah akad nikah selesai, Bu Rosna merangkul pasangan pengantin dan mengajaknya ke pelaminan untuk menerima ucapan selamat dari para tamu yang datang.

Kakek Cokro ikut menemani cucu laki-laki kesayangannya berdiri menyambut tamu di pelaminan. Devan dan Aleta dari tadi hanya diam tak bersuara. Mereka berdua merasa seperti bermimpi sedang melangsungkan pernikahan.

"Nak, Ayuk Salami suamimu sebagai tanda bakti seorang istri kepada suami." bisik Bu Rosna lembut di telinganya.

Aleta bingung kemudian menatap Bu Rosna. Bu Rosna tersenyum dan mengangguk. Devan hanya berdiri mematung bingung mau melakukan apa. Kakek Cokro tiba-tiba mendekat ke arah Devan.

"Bertindaklah bagaimana menjadi seorang laki-laki." bisik kakek Cokro yang cukup membuat Devan kaget.

Devan juga menatap kakek.

"Apa yang harus Devan lakukan kek," jawabnya sambil berbisik.

"Gandeng tangan istrimu, jika perlu cium istrimu disini."

"Apa," bisik Devan sambil melotot.

"Sudah turuti kakek."

Devan betul-betul merasa bingung mati gaya. Dia berpikir lebih mudah mendapatkan perempuan di club' dan membawa ke tempat tidur langsung, dibandingkan harus berada di acara seperti ini.

Akhirnya dengan senyum kecut di hati, Devan bergeser mendekati Aleta. Dengan kaku Devan perlahan memegang tangan Dev dan menggenggamnya. Aleta yang baru dikursus singkat oleh Bu Rosna, tiba-tiba membungkuk dan dengan perasaan gugup mencium tangan suami yang baru saja menikahinya.

Kaget mendapatkan perlakuan manis dari Aleta, Devan reflek memegang kedua bahu Aleta kemudian mengangkatnya untuk berdiri. Setelah berdiri, tiba-tiba Devan mencium kening Aleta dengan lembut. Aleta merasa kaget seperti ada sengatan listrik yang mengalir di badannya, segera dia bergeser menjauhkan wajahnya dari Devan. Kakek Cokro dan Bu Rosna saling berpandangan dan tersenyum penuh arti.

Acara walimahan sederhana yang diadakan di halaman panti berakhir sebelum memasuki adzan Dhuhur. Tamu-tamu yang hadir mulai berpamitan dan menghampiri kedua pengantin untuk memberikan ucapan selamat.

Para tetangga dan tamu yang hadir, menyaksikan dengan perasaan iri terhadap keberuntungan Aleta yang mendapatkan suami dari keluarga kaya. Sedangkan Aleta hanya berpikir untuk mengalir mengikuti arus dalam menjalani kehidupan pernikahan ke depannya.

*****

Terpopuler

Comments

Selamet Turipno

Selamet Turipno

baguslah dinikahkan daripada terus berbuat maksiat

2025-02-08

0

Dwi Alviana

Dwi Alviana

gara: ibu panti nya neh silau harta hadeh gk mikirr kebahagiaan aleta 😒

2021-10-21

0

Richa Wahyuni Permana

Richa Wahyuni Permana

devan seorang cassanova kah thor?
kasihan alita

2021-08-21

3

lihat semua
Episodes
1 Aleta
2 Panti Asuhan Rejeki
3 Kakek Cokro
4 Perhatian
5 Oh Angkot...
6 Diantar Pulang
7 Jemputan
8 Kembali
9 Amanah
10 Pendekatan
11 Kedekatan
12 Bimbang
13 Keputusan
14 Tadabbur Alam
15 Persiapan
16 Akad Nikah
17 Haris
18 Salah Paham
19 Malam Penggoda
20 Janji
21 Berdua
22 Keluarga Atmaja
23 Pertemuan Keluarga
24 Penindasan
25 Akhirnya....
26 Malu
27 Short course
28 Perbedaan
29 Dating
30 Berkunjung
31 Pengertian
32 Ngambek
33 Dia Istriku
34 Pelajaran pada Istriku
35 Pembelaan
36 Taktik
37 Ubud
38 Family gathering
39 Suasana Pagi
40 Wisata
41 Ijin
42 Rumah Baru
43 Bertemu Ferdinand
44 Bertemu Ferdinand
45 Saling Melindungi
46 Datangnya
47 Akhirnya
48 Kesalahpahaman
49 Jalan-jalan
50 Positif
51 Rencana Awal Rengganis
52 Syukuran
53 Kekacauan
54 Sisa Kekacauan
55 Kalut
56 Trauma psikologis
57 Rumah Kost
58 Bukan karena Perjodohan
59 Tekad
60 Magang
61 Mengikutinya
62 Aksi dulu Bicara kemudian
63 Melepaskan Kerinduan
64 Lapor Diri
65 Raditya
66 Strategi Baru
67 Konspirasi
68 Magang
69 Perlakuan Raditya
70 Keinginan Alami
71 Pengintaian
72 Bu Rosna
73 Rutinitas Magang
74 Ibu dan Anak
75 Pembebasan
76 Penanganan
77 Klarifikasi
78 Ijin
79 Tindakan Lanjutan
80 Siasat Cokro
81 Gelisah
82 Tak Sengaja
83 Kebersamaan
84 Suami dan Istri
85 Kunjungan
86 Rencana Ekspansi
87 Kejatuhan Rengganis
88 Terkuaknya Rahasia
89 Jalan-jalan
90 Ngemall
91 Kenyataan
92 Upaya Pencarian
93 Titik Terang
94 Kebenaran
95 Istriku
96 Kumpul Keluarga
97 Berita Bahagia
98 Pamit
99 Upaya Pendekatan
100 Kembalinya Maurin
101 Ketemu Teman
102 Nikmat Berkumpul
103 Test DNA
104 Test Ulang
105 Test Pack
106 Pregnant
107 Jawaban
108 Pengunduran diri
109 Persiapan Mitoni
110 Komitmen Bersama
111 Bicara Tua
112 Melahirkan
113 Arend dan Arick
114 Rencana Rolland
115 Doa Restu
116 Pesta
117 Daddy Rindu
118 Kembali
119 Teman baru
120 Auntie
121 Not Our Business
122 Kasih Sayang
123 Tamu
124 Insiden
125 KRITIS
126 Wasiat
127 Terima Kasih
128 Hubungan Darah
129 Galau
130 Perubahan dalam Hidup
131 Urusan yang Tua
132 Hak Waris
133 Wait and See
134 Oma dan Mama
135 Tutup Usia
136 Pemakaman
137 Posesif
138 Mommy Aleta
139 He is Your Father
140 Kamu Hanya Milikku
141 Kumpul
142 Kebersamaan
143 Oma dan Mama
144 Berdamai
145 Madu
146 Bimbang
147 Sepakat
148 Papa Biologis
149 Kesalahan Masa Lalu
150 Jealous
151 Field Trip
152 Selamat Tinggal Bandung
153 Chapter 153 Harvard
154 PENGUMUMAN
155 Chapter 154 EXTRA
156 Chapter 155 EXTRA 2
157 Cerita baru
Episodes

Updated 157 Episodes

1
Aleta
2
Panti Asuhan Rejeki
3
Kakek Cokro
4
Perhatian
5
Oh Angkot...
6
Diantar Pulang
7
Jemputan
8
Kembali
9
Amanah
10
Pendekatan
11
Kedekatan
12
Bimbang
13
Keputusan
14
Tadabbur Alam
15
Persiapan
16
Akad Nikah
17
Haris
18
Salah Paham
19
Malam Penggoda
20
Janji
21
Berdua
22
Keluarga Atmaja
23
Pertemuan Keluarga
24
Penindasan
25
Akhirnya....
26
Malu
27
Short course
28
Perbedaan
29
Dating
30
Berkunjung
31
Pengertian
32
Ngambek
33
Dia Istriku
34
Pelajaran pada Istriku
35
Pembelaan
36
Taktik
37
Ubud
38
Family gathering
39
Suasana Pagi
40
Wisata
41
Ijin
42
Rumah Baru
43
Bertemu Ferdinand
44
Bertemu Ferdinand
45
Saling Melindungi
46
Datangnya
47
Akhirnya
48
Kesalahpahaman
49
Jalan-jalan
50
Positif
51
Rencana Awal Rengganis
52
Syukuran
53
Kekacauan
54
Sisa Kekacauan
55
Kalut
56
Trauma psikologis
57
Rumah Kost
58
Bukan karena Perjodohan
59
Tekad
60
Magang
61
Mengikutinya
62
Aksi dulu Bicara kemudian
63
Melepaskan Kerinduan
64
Lapor Diri
65
Raditya
66
Strategi Baru
67
Konspirasi
68
Magang
69
Perlakuan Raditya
70
Keinginan Alami
71
Pengintaian
72
Bu Rosna
73
Rutinitas Magang
74
Ibu dan Anak
75
Pembebasan
76
Penanganan
77
Klarifikasi
78
Ijin
79
Tindakan Lanjutan
80
Siasat Cokro
81
Gelisah
82
Tak Sengaja
83
Kebersamaan
84
Suami dan Istri
85
Kunjungan
86
Rencana Ekspansi
87
Kejatuhan Rengganis
88
Terkuaknya Rahasia
89
Jalan-jalan
90
Ngemall
91
Kenyataan
92
Upaya Pencarian
93
Titik Terang
94
Kebenaran
95
Istriku
96
Kumpul Keluarga
97
Berita Bahagia
98
Pamit
99
Upaya Pendekatan
100
Kembalinya Maurin
101
Ketemu Teman
102
Nikmat Berkumpul
103
Test DNA
104
Test Ulang
105
Test Pack
106
Pregnant
107
Jawaban
108
Pengunduran diri
109
Persiapan Mitoni
110
Komitmen Bersama
111
Bicara Tua
112
Melahirkan
113
Arend dan Arick
114
Rencana Rolland
115
Doa Restu
116
Pesta
117
Daddy Rindu
118
Kembali
119
Teman baru
120
Auntie
121
Not Our Business
122
Kasih Sayang
123
Tamu
124
Insiden
125
KRITIS
126
Wasiat
127
Terima Kasih
128
Hubungan Darah
129
Galau
130
Perubahan dalam Hidup
131
Urusan yang Tua
132
Hak Waris
133
Wait and See
134
Oma dan Mama
135
Tutup Usia
136
Pemakaman
137
Posesif
138
Mommy Aleta
139
He is Your Father
140
Kamu Hanya Milikku
141
Kumpul
142
Kebersamaan
143
Oma dan Mama
144
Berdamai
145
Madu
146
Bimbang
147
Sepakat
148
Papa Biologis
149
Kesalahan Masa Lalu
150
Jealous
151
Field Trip
152
Selamat Tinggal Bandung
153
Chapter 153 Harvard
154
PENGUMUMAN
155
Chapter 154 EXTRA
156
Chapter 155 EXTRA 2
157
Cerita baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!