Rasa lelah seolah tak ada artinya ketika hal yang paling dicari muncul sebagai jawaban atas perjuangan. Fira merasakan itu, ia melihat sosok laki-laki berperawakan tinggi yang kini tengah berdiri dihadapannya.
“hai,” sapanya terdengar canggung. Untuk pertama kalinya fira menghampiri seorang pria, meskipun ia sudah banyak bertemu berbagai macam spesies laki-laki dibumi ini, entah kenapa ia begitu tertarik dan penasaran pada laki-laki yang ia ketahui bernama Galen.
“ngapain?” suara serak milik Galen membuat fira serasa tengah melayang di surga. Kedua sudut bibirnya berangkat membentuk garis melengkung.
“cari kamu,” jawabnya.
Jika ada kata yang bisa menggambarkan dirinya saat hanya bahagia, sangatlah bahagia. Meskipun ekspresi galen hanya datar, tapi fira memiliki kebanggan tersendiri ketika menemukan laki-laki itu.
Galen duduk di kursi yang berada diteras rumahnya dan mempersilakan gadis itu untuk duduk, galen tidak mengenalnya, hanya pernah bertemu di sebuah minimarket dan sedikit membantunya.
“tau rumah gua dari mana?”
“oh itu, kemarin aku nemuin kartu pelajar kamu, terus pas temen aku liat katanya dia kenal kamu jadi aku kasih dia buat balikin ke kamu.”
Galen berpikir sejenak, ia lupa siapa yang mengembalikan kartu pelajarnya. Kemudian ia teringat kejadian di toko bunga tempo hari, jadi adella adalah teman dari gadis ini. Dunia sesempit daun kelor memang, lihat bagaimana ia bertemu dengan orang-orang yang berada disekitar adella.
“kamu ga berniat tau namaku?”
“Lo ga bisa pake lo-gua aja ya? Aneh aja kalo pake aku-kamu, kita ga sedekat itu.” Seketika hati fira berdenyut nyeri, seolah ia baru saja tertusuk bambu runcing tak kasat mata yang menghantar dadanya.
Ga sedekat itu?
Fira lupa, bahkan mereka hanya bertemu sekali. Ini yang membuatnya membenci manusia berjenis kelamin laki-laki. Di saat ia membuka hatinya, justru ia mendapatkan perilaku yang menyakitkan. Apa begini yang mereka rasakan ketika ia menolak secara mentah-mentah? Sakit, tapi tak berdarah.
“oke, kalo gitu gua pulang dulu.” Tanpa basa-basi lagi, fira langsung berdiri dan meninggalkan galen yang kini dipenuhi tanda tanya.
Galen mengerutkan keningnya, “dasar aneh.”
***
Pukul 22.00 wib, adella sudah bersiap dengan menggunakan rok sepaha, hoodie oversize berwana krem serta topi dan kacamata yang wajib dibawa. Malam ini tujuannya bukanlah markas, melainkan tempat ramai yang mungkin bisa membantunya untuk mendapatkan informasi.
Kali ini, ia meninggalkan motor besarnya dan memilih untuk menggunakan mobil agar tidak ada yang curiga dengannya, bagaimana pun pandangan orang-orang disini sangatlah dangkal, mereka pasti akan membicarakan dirinya jika ia naik motor yang jarang digunakan wanita.
Adella memarkirkan mobilnya satu meter dari pusat keramaian di depan sana, suara teriakan mereka membuat adella merasa jika gendang telinganya sebentar lagi akan pecah, ditambah suara bising motor dan suara gesekan antara ban motor dengan aspal, keadaan ini sungguh membuat adella pusing. Meskipun bukan yang pertama kali, tetap saja ini terlalu drama untuknya.
Ia merasa jijik melihat gadis-gadis itu melompat seraya memanggil beberapa nama, tapi ada satu nama yang membuatnya terdiam sejenak.
“Semangat Alaska.”
Ya, Alaska. Alasan utama dirinya berdiri disini. Adella ikut bergabung dengan para suporter yang berjejer di tepi arena balap, ia menerobos kerumunan tersebut dan berdiri di jajaran paling depan. Terlihat jelas alaska dan beberapa orang yang ia lihat di foto yang tertempel di dinding rumah alaska. Dan satu hal yang paling mencolok di matanya, jaket itu, jaket yang mereka berlima pakai, jaket berlogo singa, jaket yang sama dengan seseorang yang merusak mobil ayahnya.
Apakah mereka salah satunya?
Ia mengeluarkan ponselnya lalu diam-diam memotret mereka karena di rumah alaska ia tidak bebas memotret.
Beberapa menit kemudian balapan motor dimulai, beberapa motor melaju dengan kecepatan tinggi. Jadi, apa yang berbeda dari geng motor? Alaska bilang jika mereka hanya berteman, bersahabat, dan hanya berkumpul, lalu berkumpul yang dimaksud adalah balapan liar dan membuat keresahan para warga?
Adella mengirim foto-foto yang ia ambil pada gavin, mungkin Gavin bisa mencari tahu siapa mereka selain Alaska. Adella kembali mendongakkan kepalanya, ia terkejut melihat dua orang teman alaska yang tidak ikut balapan sudah tidak ada di sebrang sana.
Ponsel adella kembali bergetar, buru-buru ia mengeceknya, takut kakaknya yang membalas tapi ternyata notifikasi itu berasal dari grup yang berisikan dirinya, caca, dan fira. Ia mengerutkan keningnya ketika melihat nama grup itu sangat aneh.
CIWI-CIWI PEMBASMI KEJOMLOAN
Fira : apani maksudnya? Menghina banget lo Ca mentang-mentang udah official
Caca : halah, lo juga lagi otw kan? Adel juga lagi dekat sama si Alaska.
Fira : ngaco aja lo kutu kucing, maaf-maaf ni ye gua mah anti cinta-cintaan
Caca : yakin? Bukannya tadi ada yang nyampering Babang Galen ke rumahnya?
Adella mengerukan keningnya ketika membaca balasan caca, Fira ke rumah Galen? Waw, berita besar macam apa ini? Baru saja ia ingin mengetik tetapi seseorang menepuk bahunya hingga ia mengurungkan niatnya.
Ia menoleh, seketika napas nya terhenti, jantungnya berdetak lebih kencang, tubuhnya mendadak menggigil. Kenapa manusia itu muncul lagi dihadapannya? Apakah dia mengenali dirinya?
“Lo ngapain di sini?” ujar orang itu. adella hanya diam, jika ia bersuara laki-laki itu akan tahu siapa dirinya, “Gua tahu lo adella, kacamata sama topi lo ga berhasil ngebohongin gua,” lanjutnya.
Adella menghembuskan napasnya, seharusnya tadi ia mengenakan masker juga untuk menghindari kejadian seperti ini, bertemu mantan. Ya, dia adalah Karelino Bagaskara, laki-laki yang pernah singgah dihatinya dan mampu mengobrak-abrik hidupnya.
“Gua ada di sini atau engga juga bukan urusan lo, kan?” kata adella.
“Jadi lo liatin Alaska, kan?”
Mata adella hampir sama keluar, beruntung ia masih memakai kacamata jadi tidak terlalu kentara jika ia tengah terkejut. Apa karel memiliki indra keenam hingga bisa membaca pergerakannya? Atau dia sebenarnya tidak tahu dan hanya asal menebak saja?
“Gua juga tahu akhi-akhir ini lo dekat sama dia.”
“lo mata-matain gua?” tanya adella dengan nada yang tertahan, ingin sekali ia membentak laki-laki itu tapi apalah dayanya yang tengah berada di kerumunan.
Dari balik kacamata hitamnya, ia dapat melihat senyuman miring laki-laki itu. jangan sampai Karel tahu mengenai misinya tentang Alaska dan Alfi.
“Ga penting gua mata-matain lo apa engga,” ujar Karel.
“Siapa yang ngasih info ke lo? Pasti lo ada orang suruhan kan?” karel terkekeh mendengar tebakan Adella yang tepat sasaran, ia tahu gadis itu jauh lebih berpengalaman darinya ia hanya pura-pura tidak tahu saja.
Tiba-tiba satu nama terlintas di kepalanya, “Fany?” ujarnya seraya menganggukkan kepalanya.
“jadi dia tangan kanan lo? Buat apa? Supaya gua terus terikat sama lo? Lo ga usah mimpi balik lagi,” ujar Adella.
Karel menarik kacamata Adella, gadis itu sempat menghindar tetapi terlambat. Lagi-lagi Adella melihat senyuman menjijikan dari Karel.
“perempuan murahan kaya lo ga pantas buat siapapun, termasuk Alaska.” Adella mengepalkan kedua tangannya, napasnya sudah tidak beraturan, berani sekali laki-laki itu berbicara seperti itu.
Adella melayangkan sebuah tamparan pada pipi kiri Karel hingga menimbulkan suara nyaring dan membuat seluruh atensi semua orang tertuju padanya, bahkan adella tidak tahu sejak kapan balapan itu selesai, ia tidak peduli lagi jika saat ini Alaska melihatnya.
Sekarang adella mengerti mengapa Karel mencari masalah dengannya, karena dia tahu alaska sudah berada di sana, sepertinya Karel ingin membuatnya dalam masalah.
“Murahan?” tanya adella, “apa yang gua lakuin sampe lo nyebut gua kaya gitu? Karena gua ada di sini? Itu artinya lo juga ngatain perempuan yang ada di sini murahan gitu maksud lo?” kata adella dengan nada yang meninggi. Seketika Karel gelagapan, ia melihat para perempuan yang berada di sini menatapnya dengan tatapan mematikan.
“oh iya, pengecut kaya lo cuma berani main di belakang, sama kaya yang lo lakuin ke gua dengan jadi pengkhianat, lo juga ngelakuin itu kan ke keluarganya Alaska? Lo bikin Kakak dia koma berapa bulan?” tanya adella dengan nada yang terdengar mengejek.
“Gila lo, apa hubungannya sama Alaska? Gua ga kenal sama keluarga dia.”
“oh gitu, kayanya gua perlu ngingetin lo deh kalo lo sengaja nabrak kakaknya Alaska karena dia pegang rahasia lo, kan? Terus sekarang lo hidup tenang setelah lo berhasil bikin dia kehilangan memorinya? Manusia lo?” ujar Adella.
Karel hendak membawa adella menjauh dari tempat itu, tapi suara alaska menghentikan pergerakannya. Alaska melepaskan tangan Adella dari genggaman laki-laki itu, “lo akan dapat hukuman yang sesuai sama tindakan lo.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments