kehadiran Fany (revisi)

Seperti yang sudah disepakati, Alaska semakin gencar mendekati gadis yang menjadi bahan taruhan dirinya dengan Alfi untuk membuktikan jika semua wanita itu sama seperti mamahnya.

hari ini, entah informasi dari mana, Alaska sudah bertengger di depan gerbang rumah yang ia yakini adalah rumah Adella. pagi-pagi sekali ia sudah berada di saja, takut jika Adella sudah pergi.

Matanya berbinar ketika melihat pintu utama rumah gadis itu terbuka, menampilkan sosok gadis berparas cantik dengan rambut yang terikat satu. Alaska melambaikan tangannya pada Adella yang di sambut dengan kerutan dikening Adella.

"Ngapain Lo di sini?" tanya Adella dengan nada yang tidak suka.

"Jemput Lo, ayok naik." Alaska memberikan sebuah helm, tapi Adella hanya diam.

Karena Adella tidak kunjung menerima helmnya, Alaska langsung mengenakan helm tersebut ke kepala Adella. ia dapat melihat wajah kesal dari Adella karena memaksanya untuk berangkat bersama.

"Lo gila ya? gua bisa berangkat sendiri," kata Adella. ketika gadis itu hendak membuka kembali helmnya, Alaska langsung menahannya.

"Gimana kalo gua kasih tau orang-orang kalo ternyata Lo itu...." Adella menelan salivanya, ia merasa gugup ketika ditatap oleh Alaska.

Jangan-jangan Alaska juga tahu siapa dirinya?

"Apa?"

"Kalo Lo, ternyata mantannya Karel."

Adella menghembuskan napasnya, ia tidak mengelak karena memang benar.

"Oke, gua ikut, puas Lo." Alaska tersenyum penuh kemenangan.

ia menyodorkan sebuah helm berwarna biru muda pada gadis yang berdiri di hadapannya, tapi Adella tidak kunjung mengambilnya. Karena kesal, Alaska langsung memakaikannya ke kepala Adella.

Terlihat Adella kesal dan tidak suka dengan tindakan dirinya, anggap saja ini langkah selanjutnya untuk mendekati Adella.

***

Setibanya di sekolah, Adella buru-buru turun dari motor Alaska. ia merasa risih melihat beberapa siswi secara terang-terangan membicarakan dirinya, ia sudah menduganya dari awal.

Raut wajahnya kini sangat jelas terlihat kesal bercampur malu. Ia tidak pernah menjadi perbincangan para siswi, dan hari ini, tercoreng sudah nama baiknya.

"Kenapa Lo?" tanya Alaska.

Ingin sekali Adella mencekik laki-laki yang masih bertengger di atas motornya itu, dia masih bertanya kenapa pada dirinya?

tanpa menjawab, Adella langsung berjalan cepat meninggalkan Alaska. Tapi ternyata laki-laki itu memang kurang kerjaan karena mengejarnya dan jalan di sebelahnya.

"Lo ngapain lagi sih?" tanya Adella seraya menghentikan langkahnya.

"Nganterin Lo ke kelas." ucapan santai dari mulut Alaska semakin membuat Adella emosi dan ingin menjahit mulut laki-laki bernama Alaska ini.

"Gua ga tau ya Lo ngapain, mau Lo apa sih? kemarin sok nanya tugas, sekarang pake acara ngejemput. cuma karena gua kenal dekat sama adik Lo bukan berarti lo sama gua juga jadi dekat, jadi ga usah macem-macem, jauh-jauh Lo dari hidup gua."

Alaska terkekeh hingga membuat Adella bingung, reaksi macam apa itu? ia baru saja mengatakan hal yang begitu menusuk, tapi laki-laki itu malah tertawa.

"Gua cuma mau jadi teman Lo, kalo bisa jadi pacar juga gapapa," ujar Alaska.

"Ga waras Lo, ngimpi aja terus."

Lagi-lagi Alaska dibuat terkekeh sambil menatap tubuh Adella yang semakin menjauh.

Satu hal yang Alaska sadari, Adella memang bukan tipe kebanyakan perempuan. Dia bisa menebak semua tindakannya dengan mudah, ya meskipun sudah pasti tertebak. Tapi Adella tanpa ragu mengatakannya, seolah gadis itu bisa membaca pikiran seseorang dan pergerakan seseorang.

Kata-katanya pun terlalu galak dan kasar untuk perempuan, beberapa orang pasti akan terpesona dengannya, tapi Adella justru ingin dirinya menjauh.

Sebelum misinya selesai, maka tidak akan ada kata menyerah untuk Alaska Regantara.

***

"Guys, dikelas kita ada anak baru," ujar Rafly, ketua kelas 11 IPA 1, kelas Adella, Caca, dan Fira.

Tidak lama, seorang gadis muncul. sontak seisi kelas dibuat menganga, terutama para laki-laki.

"Ya ampun cantik banget."

"Dewi turun dari mana ini ya Allah."

"Emang benar ya, ternyata kelas kita itu kumpulan bidadari tak bersayap."

"Apakah Adella merasa tersaingi?"

Seketika Adella menoleh pada sumber suara, ia terusik dengan kalimat itu.

"Halo semuanya, perkenalkan nama aku Fanya Sintia panggil aja Fany, aku pindahan dari Bogor," ujar gadis berambut hitam sebahu itu.

Adella tidak tertarik, ia memilih melanjutkan membaca novel yang baru ia baca setengah. Keadaan kelas mulai bising dengan godaan-godaan para laki-laki untuk Fany, dan menyebalkannya hari ini guru Fisika berhalangan hadir karena sakit, jadilah dua jam ke depan kelasnya free.

Fany duduk di belakang Adella, gadis itu menoel dirinya. mau tidak mau ia menoleh, "Nama aku Fany, nama kamu?" tanyanya.

"Adella." kemudian Adella kembali memusatkan perhatiannya pada novel kesayangannya.

Caca dan Fira sudah mengobrol dengan anak baru itu, Adella tidak begitu berminat untuk berteman dengan siapapun. sudah cukup Caca dan Fira menjadi sahabatnya yang selalu merepotkan.

Bukannya tidak ingin, kepergian ayahnya membuat dirinya semakin berhati-hati terhadap orang baru, karena ayahnya menjadi korban pengkhianatan.

Ia sadar, jika semua orang memiliki dua wajah, entah keduanya baik, kedua nya jahat atau satu baik dan satunya jahat.

"Adel, Alaska nyariin nih," teriak Rafly dari luar kelas.

Saat ini yang ingin Adella lakukan adalah menghilang. Andai saja ia punya kekuatan untuk menghilang, maka ia sudah melakukannya saat ini. Kenapa Alaska terus-menerus mengusik hidupnya yang damai? Adella merasa hari-hari buruknya akan segera dimulai.

Beberapa menit kemudian, Alaska masuk dengan tidak tahu dirinya. tetapi laki-laki itu berhenti di depan, memperhatikan dirinya dengan tatapan aneh.

"Hai Alaska," sapa gadis di belakang Adella.

Sekarang Adella mengerti maksud tatapan Alaska. tatapan itu bukan ditujukan untuknya melainkan Fany. Adella baru sadar satu hal, sejak kapan anak baru itu dan Alaska saling mengenal?

Adella menepis semua pertanyaan yang mendadak menyerang kepalanya, apa pedulinya? tidak ada urusannya juga dengan dirinya.

"Ngapain Lo di sini?" tanya Alaska yang sudah berdiri di samping tempat duduk Adella.

"Aku sekolah," jawab Fany.

Alaska merampas novel yang Adella baca dan meletakkannya diatas meja.

"Ga sopan," ujar Adella.

tanpa memedulikan ucapan Adella, Alaska menarik tangan gadis itu dan membawanya keluar. berkali-kali Adella meronta tapi Alaska tidak juga melepaskannya.

Beberapa teman sekelas Adella menatap keduanya dengan tatapan heran.

"Tuh kan gua bilang apa Ra," kata Caca mengompori Fira yang terdiam.

"Apa apa ya mereka? tanya Fany.

"Ga tau sih, tapi akhir-akhir ini mereka keliatannya dekat," jawab Caca. "Eh Lo kenal Alaska?"

fany mengangguk sembari tersenyum. Alasan dia ke Jakarta pun karena Alaska, bagaimana ia tidak mengenal laki-laki itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!