Di hari minggu ini, adella memutuskan untuk menyelidiki alaska lebih jauh. Meskipun sebenarnya Rafa bisa melakukannya, mengingat laki-laki itu sangat dekat dan sangat mengerti alaska. Tapi adella merasa jika ia akan puas ketika ia yang menemukan jawabannya sendiri, bukan karena ia tidak percaya dengan Rafa, tapi Rafa juga adalah sahabat dari alaska bukan?
Beberapa hari terakhir ini Alaska sangat gencar mendekatinya, entah laki-laki itu memiliki tujuan apa, tapi yang jelas Alaska tidak akan mendekatinya tanpa sebuah alasan, terlihat jelas dari cara laki-laki itu tiba-tiba mendekatinya padahal sebelum-sebelumnya Alaska tidak tertarik untuk mengenalnya bahkan hingga dirinya menemani Alika ke rumah sakit.
Adella mengintip rumah alaska dari balik pohon, rumah laki-laki itu sangat besar, sepertinya lebih besar dari rumahnya. Jelas saja rumahnya sebesar ini, ibunya seorang model terkenal, kakaknya pemilik stasiun televisi, lalu ayahnya seorang pebisnis. Ia berjinjit untuk melihat ke arah pos satpam, ada beberapa orang yang berjaga. Adella tidak bisa masuk begitu saja, lagi pula rumah sebesar ini pasi memakai CCTV.
Adella mulai berpikir bagaimana caranya ia masuk dengan mudah ke dalam sana, ia harus mencari tahu mengenai logo di jaket milik alaska itu.
Seketika kedua sudut bibi adella tertarik, benar, jaket. Jaket laki-laki iu masih berada di tangannya. Ia langsung berlari menuju mobil miliknya yang terparkir jauh dari rumah Alaska, agar tidak ada yang mencurigainya jika ia tengah memantau rumah tersebut.
Adella memutar mobil nya menuju rumah Alaska dan parkir tepat di depan rumah laki-laki itu, dengan begini ia bisa masuk tanpa menyelinap.
“permisi pak, saya mau cari Alaska ada?” tanya adella pada salah satu satpam yang tengah berjaga.
“mba siapa ya? Dan ada keperluan apa?”
“saya temannya Alaska, mau nganterin barangnya yang ketinggalan.” Adella mengangkat paperbag coklat yang berada ditangannya.
Satpam itu pun akhirnya membuka gerbang dan membiarkan dirinya masuk, ternyata tidak sesulit yang ia kira. Saat ia mengetuk pintu, seorang wanita paruh baya yang membukanya.
“mba cari siapa?” tanyanya
“cari Alaska bu, ada?”
“oh ada, mba pacarnya den Alaska ya?” adella langsung menggelang sembari menggerakkan tangannya seperti melambai yang menandakan jika perkiraan tersebut salah.
Dari caranya berbicara adella dapat menebak jika wanita tadi adalah asisten rumah tangga. Ia dipersilakan masuk, selama wanita paruh baya itu memanggil Alaska, ia mengambil kesempatan itu untuk menjelajah seisi ruang tamu ini.
Ia melihat sebuah foto keluarga berisikan lima orang, adella sudah tahu dan sudah mengenalnya, lalu ada sebuah foto segerombolan remaja, entah kenapa adella merasa jika mereka termasuk geng berlogo singa itu. Adella buru-buru mengambil ponselnya, ia hendak memotretnya tapi ia menghentikan pergerakannya, sepertinya di ruang tamu ini juga memiliki CCTV, bagaimana jika saat alaska melihat rekamannya dan mencurigai dirinya.
“Waw, kejutan banget nih buat gua.”
Adella membalikkan tubuhnya, alaska sudah berdiri sambil bersedekap. Sepertinya laki-laki itu baru saja selesai mandi, terlihat dari rambut laki-laki itu yang masih basah dan berantakan, bahkan alaska hanya mengenakan celana pendek selutut serta kaos putih oversize yang terlihat sangat manarik.
“Kenapa? Terpesona?” tanyanya dengan nada menggoda. Adella lantas memutar bola matanya.
Ia menyodorkan paperbag yang sedari tadi berada ditangannya, “jaket lo,” ujar adella. Alaska mengambilnya lalu meletakkannya di atas meja.
“ini teman-teman lo?” taya adella menunjuk satu figura yang tadi ingin ia potret.
“iya, mereka anak-anak motor.”
“hah? Jadi lo anak motor?” tanya adella dengan nada meremehkan. Tiba-tiba Alaska menoyor kepala adella hingga gadis itu mencebikkan bibirnya.
Sebenarnya Adella ingin mendorong tubuh alaska ke tembok, berani-beraninya laki-laki itu menoyor kepalanya. Sampai detik ini, selain kakaknya dan Rafa, tidak ada lagi yang berani memegang kepalanya.
“bukan geng motor kaya yang lo pikirin.”
“terus?” tanya adella kepo.
“ya anak motor yang gua maksud, mereka suka motor, suka balapan gitu doang.” Adella menganggukkan kepalanya lalu kembali menelusuri beberapa jejeran foto yang tertempel di dinding rumah alaska, “mulai penasaran ya sama gua?” tanya alaska.
“coba ya tolong tingkat kepedean lo diturunin dikit,” jawab adella. Meskipun ia memang penasaran sebenarnya, bukan untuk hal lain, ia butuh informasi alaska dan orang terdekat laki-laki itu.
“oh iya, jaket lo yang tadi itu kok ada gambar singanya sih, lo suka singa?”
Alaska terkekeh lalu ia mengangguk, “iya gua suka sama singa, lo singanya,” ujarmya
“benar-benar cari masalah lo ya.”
“gua ga mau dibilang geng motor juga sih, ya itu Cuma buat samaan aja sama mereka berempat,” jelas Alaska.
Saat ini mereka berlima yang adella curigai, ia tidak tahu mereka itu siapa saja tetapi ia akan mencari tahu lebih jelas.
Alaska izin ke dapur untuk mengambil minum, sedangkan adella kembali menelusuri ruang tamu rumah Alaska. Matanya tidak sengaja melihat sebuah undangan yang begitu aneh, karena penasaran adella melihatnya tanpa meminta izi terlebih dahulu.
“undangan balap motor? Malam ini?” gumam adella. “balap motor pake undangan juga? Ga sekalian ngadain resepsi biar pada kondangan?”
Adella tersenyum, sebuah ide brilian tiba-tiba muncul begitu saja.
***
"Ngapain sih Lo nelpon gua?" kata Fira pada seseorang yang sedang berbicara di teleponnya.
Di saat orang lain mengabiskan akhir pekan dengan menonton film, bersenang-senang, Fira justru mempersulit hidupnya dengan mencari alamat seseorang.
Karena ia kesulitan mencari menggunakan mobil di komplek perumahan elit ini, akhirnya Fira meninggalkan mobilnya di dekat pos satpam dan berjalan kaki untuk melihat satu per satu nomor rumah di sana.
Sebenarnya bisa saja ia meminta tolong pada satpam untuk menunjukkan rumah yang ia cari, tapi Fira justru membuat dirinya sengsara seperti saat ini.
"Lo lagi ngapain sih emang?"
"Gua lagi nyari rumah masa depan gua," kata Fira.
"Gila Lo."
Fira menutup ponselnya begitu saja, ia malas mendengar celotehan sahabatnya yang bucin itu, paling-paling Caca memintanya untuk menemaninya di rumah atau jalan-jalan. Ada yang lebih penting dari pada menemani gadis itu.
setelah penantian panjangnya, akhirnya ia menemukan rumah yang sejak tadi memuat kakinya terasa mati rasa.
ia memencet bel beberapa kali, tapi tidak ada yang membukakan gerbang untuknya. Ia pun nekat membuka gerbang tinggi itu sendiri, beruntungnya tidak dikunci.
Rumah bercat putih ini terlihat mewah dengan halaman yang luas, banyak bunga-bunga di sana.
Fira mengetuk pintu rumah itu beberapa kali, lalu memencet bel. tidak ada tanda-tanda ada kehidupan di rumah ini.
dan akhirnya......
ceklek
Fira ternganga melihat sesosok dewa berdiri dihadapannya dengan wajah khas orang yang baru bangun tidur.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments