Mendengar desas-desus tentang Adella dan Alaska. Gadis dengan nametag Keisya Margaretha itu mendidih. kabar Alaska mencoba mendekati Adella sudah menyebar luar ke seluruh penjuru sekolah, bahkan saat ini Alaska terang-terangan tengah mencegat Adella yang hendak pulang.
Keisya yang melihat itu tidak tinggal diam, ia sudah menyimpan rasa kepada Alaska selama dua tahun sejak mereka menginjakkan kaki di Mandala. ia bahkan ikut chearleader untuk melihat Alaska bermain basket, tapi Alaska justru berlari pada gadis jutek yang keberadaannya tidak pernah dianggap seperti Adella.
Keisya menghampiri Adella dan Alaska, gadis itu secara sengaja mendorong tubuh Adella dari belakang tetapi Alaska langsung menangkapnya agar tidak terjatuh.
"Lo kenapa sih kei?" tanya Alaska.
"Punya masalah apa Lo tiba-tiba dorong gua?" Keisya tersenyum miring melihat Adella yang ternyata begitu berani. meskipun mereka seangkatan tapi banyak yang memilih tidak mencari masalah dengan Keisya, karena sekali bermasalah maka tidak akan ada habisnya.
"Centil banget sih Lo."
"Kei, mulut Lo," tegur Alaska.
"Al, dia udah mempermalukan Lo, dia nolak Lo secara ga langsung dan Lo masih belain dia? apa coba yang bikin Lo lebih tertarik sama dia dari pada gua?"
"Oh, jadi Lo suka sama dia?" tanya Adella sembari menunjuk laki-laki yang berada di sampingnya, "nih ambil, Lo bawa pulang gih," ujarnya dengan mendorong Alaska agar mendekat pada Keisya.
Adella membalikkan badannya, ia hendak pergi meninggalkan dua manusia aneh itu. Tapi sepertinya Keisya memang ingin mencari masalah dengan dirinya, buktinya gadis itu kini berdiri di hadapannya.
"Kenapa Lo kabur? ngerasa kalah?" tanya Keisya dengan senyuman miringnya. Gadis itu melipat kedua tangannya di atas perut, dagunya sedikit dinaikkan, dan raut wajahnya seolah menantang Adella.
Adella berjalan ke samping dan melewati gadis itu, tapi Keisya menarik Rambutnya. Emosi Adella sudah memuncak, ia memelintir tangan Keisya dan menampar pipi kiri gadis itu dengan keras hingga Keisya tejatuh duduk di lantai.
"Adel," Tegur Alaska. laki-laki itu membantu Keisya bangun.
Adella merutuki dirinya, bisa-bisanya ia kelepasan. ia tidak boleh menunjukkan kemampuannya di sini. di sekolah, ia hanya gadis biasa yang lemah.
"Lo berani nampar gua?"
Adella hanya diam, "Lo yang narik rambut gua duluan," bela Adella.
"Kalian tuh kenapa sih? kaya anak kecil tau ga." Suara lantang Alaska membuat keduanya bungkam.
"Gua tantang Lo tanding basket besok di jam istirahat pertama," kata Keisya.
"Buat apa? buat rebutin Alaska? gua ga tertarik sama dia dan gua udah suruh lo bawa kan? kenapa sih Lo mau banget nyari masalah sama gua?" ujar Adella. memang benar, ia tidak melakukan apapun tapi gadis itu mendorongnya dan menjambaknya.
"Kita liat aja besok."
***
Alaska mendadak gelisah, ia terus berguling ke kanan dan ke kiri, memikirkan kejadian demi kejadian di sekolah hari ini. Kedatangan Fany saja membuatnya sangat terkejut, ditambah pertarungan Keisya dan Adella yang semakin memanas.
Alaska bangkit dari tidurnya, lalu ia menghubungi seseorang untuk sekadar menanyakan keputusan untuk besok.
"Ngapain sih Lo nelpon malem-malem?"
"Ya ampun galak banget sih Lo."
"Kenapa?"
"Besok Lo seriusan lawan basket sama Keisya?"
"Iya, tapi bukan buat Lo ga usah kepedean, gua Nerima tantangan dia buat harga diri gua."
Alaska mendengar suara motor yang bising dari sebrang sana, apakah Adella sedang berada di luar rumah? ia menoleh pada jam dinding, sudah pukul 11.30 tidak mungkin kan seorang gadis berada di luar selarut ini?
"Lo lagi di luar ya? lagi di mana?"
"Ngaco Lo, di rumah lah."
"Kok gua ngeder suara motor sih?"
"Ya emang di rumah gua ga ada motor? itu Abang gua baru pulang. udah lah gua mah tidur."
Tut.
sambungan terputus begitu saja. kenapa ia merasa ada yang ganjal dari kalimat Adella.
***
Adella menepuk dahinya, kenapa juga ia menerima panggilan Alaska di saat seperti ini.
Adella sudah menginfokan tentang keberadaan Galen pada kakaknya, mereka semua sepakat untuk membawa Galen ke markas.
"Apa yang Lo maksud informasi penting?" tanya Gavin.
Adella sibuk dengan ponselnya, tidak memedulikan Galen yang saat ini tengah di interogasi oleh Sang kakak.
"Arasya Alfian bukan orang dibalik kecelakaan itu," ujarnya.
Ah iya, Adella lupa mengenai Alfi. ia memang tidak menemukan tanda-tanda mencurigakan dari Alfi, bahkan Rafa pun tidak menemukan bukti jika Alfi terlibat kasus percobaan pembunuhan ayahnya dua tahun silam.
"Dari mana?" tanya Gavin lagi. kali ini, Adella meletakkan ponselnya di atas meja rapat, dan memfokuskan perhatiannya pada Galen, manusia misterius yang entah datang dari mana.
Galen mengeluarkan sebuah foto yang diujungnya bertuliskan sebuah tanggal beserta jam. "Di sini sudah jelas, Alfi berada di salah satu mall ketika kecelakaan itu terjadi."
Adella menatap curiga pada laki-laki itu, "Lo bisa dapet foto ini dari mana? jangan-jangan bener ya kalo Lo itu sebenarnya mata-mata? mau ngadu domba siapa?" tanya Adella begitu menohok.
"Gua udah bilang, gua beneran mau bantu kalian, karena ini misi gua."
"Misi?" tanya Adella sedikit menyindir. "Misi memata-matai kita?" tanyanya lagi.
"Bukan, maksud gua misi membantu kalian."
"Awas aja ya kalo sampe Lo benar-benar ngekhianatin kita, Lo ga akan pernah bisa lari," ancam Adella. Galen mengangguk mantap.
"Gua punya sedikit kecurigaan sih," ujar Galen.
"Kecurigaan?" ulang Gavin.
"Di hari itu, Pak Wijaya ketemu kan sama rekan-rekan bisnisnya? kalian ga mencurigai mereka?"
Adella mengerutkan keningnya,bahkan dia tahu jika ayahnya bertemu dengan beberapa rekan bisnis sebelum diberi tahu. Adella curiga jika Galen bisa melihat masa lalu.
melihat tatapan Adella yang mengerikan, Galen menunjukkan beberapa berkas yang ia ambil dari tas nya.
"Gua dapat ini di ruang kerja ayah gua."
"Itu artinya, ayah Lo juga harus curigai, kan?" tanya Adella.
Gavin mencubit pinggang adiknya itu, Adella memang selalu ceplas-ceplos jika berbicara dengan seseorang, terutama pada orang yang dia curigai.
"Iya, gua ga ngelak tentang itu. Mungkin juga ayah gua ada terlibat, tapi kalian bisa percaya sama gua."
"Terus rencana Lo?" kata Rafa yang ingin segera mendengar susunan rencana orang baru yang dibawa oleh Adella ini.
"Salah satu anak dari rekan bisnis Pak Wijaya adalah Alfi dan Alaska. orang tua mereka bisa dibilang dekat, Lo sama Adel bisa awasin mereka. Tapi gua juga curiga sama Keisya, mengingat ayah pernah menjadi musuh meski akhirnya menjadi rekan bisnis Pak Wijaya."
Keisya? mengingat nama itu Adella menjadi kesal. betapa lancangnya gadis itu mendorong dirinya, mengatainya, dan menarik rambutnya seolah ia adalah kambing. tidak tahu saja jika ia bisa mematahkan tulang gadis itu dalam sedetik. Ditambah Keisya mengajak dirinya untuk bertanding.
Keisya terlalu percaya diri bukan jika dia adalah yang paling hebat, tapi dia lupa jika diatas langit masih ada langit.
akan Adella buktikan, jika dirinya bukan gadis lemah seperti kebanyakan siswi yang dia tindas. Adella tidak akan membiarkan harga dirinya diinjak-injak, ia tidak akan mengizinkan siapapun menggores harga dirinya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments