sepulang sekolah Alaska disambut dengan suara teriakan yang saling bersahutan, ditambah dengan suara tangisan perempuan yang meraung dengan keras.
Alaska bergegas masuk dan menuju sumber suara tangisan tersebut, ia melihat adiknya terduduk di sudut rumah sambil menutup telinganya dengan kencang, mata gadis itu tertutup tapi tetap mengeluarkan butiran air bening yang membasahi kedua pipinya.
Alaska melempar tasnya ke sofa lalu berjalan menuju adiknya, Alika Rahmania Regantara. ia mengambil earphone di saku celananya yang sudah terpasang di ponselnya, lalu ia memasang kan earphone tersebut ke telinga adiknya dan mulai memutar lagu yang disukai oleh adik perempuannya itu.
Seketika tangis Alika mereda saat sadar jika Alaska sudah berjongkok dihadapannya. Alika langsung memeluk kakaknya itu.
Kemudian Alaska menggendong Alika keluar rumah. Teriakan kedua orang tuanya semakin menjadi-jadi. keretakan keluarganya sudah lama terjadi, bahkan mereka sudah mendaftarkan diri ke pengadilan agama untuk bercerai.
Apakah mereka tidak punya hati nurani? bagaimana bisa berteriak seperti itu disaat adiknya tengah berada di rumah? apakah mereka tidak mengingat jika mereka memiliki gadis kecil di rumah ini?
Alika memang sudah berusia 9 tahun, dia memang sudah bersekolah, tetapi dia tetaplah anak kecil yang belum mengerti banyak hal. Ditambah masalah serius yang dialami Alika, apa mereka tidak ingat?
"Abang, Alika mau lolipop kaya waktu itu," pinta Alika.
"Abang pernah kasih lolipop?" tanya Alaska, ia tidak ingat pernah memberi lolipop pada Alika.
"Bukan. ada kakak cantik yang kasih ke aku," jawab Alaska. Akhirnya Alaska mengangguk dan membawa Alika menuju ke taman di dekat rumahnya untuk membeli lolipop, karena biasanya di sana ada banyak tukang lolipop.
***
"Berapa pak semuanya?"
"35 ribu mba." Adella mengeluarkan uang berwarna biru dari dompetnya dan memberikannya kepada penjualnya.
"Pak, lolipopnya habis?" tanya seseorang.
"Habis mas, di borong si mba nya."
Adella menoleh, ternyata laki-laki aneh yang tempo hari menuduhnya mengempesi ban motornya, jika tidak salah dia juga adalah sahabatnya Rafa.
"Gua beli satu dong," kata Alaska. Adella menggeleng sebagai jawaban, "Adik gua pengen banget, satu aja," pinta Alaska.
Adella membawa paperbag yang berisi lolipop tersebut tanpa menghiraukan Alaska. tetapi saat hendak berjalan, seseorang memanggil Alaska, secara spontan Adella membalikkan tubuhnya.
ia terkejut melihat gadis mungil itu, anak kecil yang ia tabrak ketika dirumah sakit.
"Hai kakak cantik," sapa gadis itu.
Adella berjongkok, "Hai gadis manis, kamu yang waktu itu di rumah sakit, kan?"
"Iya, yang kakak tabrak waktu itu terus di kasih lolipop." Adella terkekeh, ia lalu memberikan dua buah lolipop warna-warni pada gadis itu.
"Oh, jadi Lo yang ngasih adik gua lolipop. Lo tahu ga, permen itu bisa merusak gigi, adik gua ga pernah di kasih permen dan Lo malah ngasih dia lolipop." Adella mendongak sebentar, lalu kembali menatap gadis yang menjadi adik dari manusia nyebelin itu.
"Nama kamu siapa? nama kakak Adel."
"Nama aku Alika, kakak mau temenan sama aku?" Alika menjulurkan kelingkingnya pada Adella.
Beberapa menit Adella terpaku melihat tindakan Alika, jari kelingking itu mengingatkan dirinya pada sang ayah yang selalu memintanya untuk menautkan kelingking mereka ketika Adella diminta berjanji.
ia tersenyum, lalu menautkan jari kelingkingnya, "Oke, kita temenan ya sekarang," kata Adella.
ia tersentak ketika Alika memeluk dirinya begitu saja, ia tidak memang tidak mudah berkomunikasi dengan orang lain, tetapi berbeda halnya ketika dengan anak kecil, ia jauh lebih akrab dengan anak-anak polos sepantaran dengan Alika.
Alaska hanya diam, memperhatikan interaksi dua orang itu yang terlihat sangat dekat, seolah mereka sudah saling mengenal selama bertahun-tahun.
"Kakak mau ga besok temenin aku ke rumah sakit?" tanya Alika.
"Alika," tegur Alaska.
"Kan ka Adel temen aku, Abang."
Adella mengangguk, "Oke, besok kakak temenin ya, tapi kakak harus pulang dulu ya, bye bye."
"Bye kak."
Adella berdiri lalu pergi dari hadapan mereka berdua.
***
Bukan tanpa alasan Adella memborong seluruh permen lolipop di taman tadi, Adella membeli bukan hanya untuk dirinya tetapi untuk beberapa anak yang berada di pinggir jalan.
Tadi ketika ia hendak pulang dari rumah sakit sang Ayah, ia tidak sengaja melihat segerombolan anak kecil yang duduk di pinggir jalan, jadi ia berinisiatif untuk memberi mereka hadiah kecil.
Adella turun dari mobil yang ia tumpangi, lalu menghampiri anak-anak kecil tersebut dan memberikan mereka beberapa lolipop. jujur ia senang ketika melihat mereka tersenyum bahagia hanya dengan permen lolipop, di usia mereka yang sangat muda, mereka terpaksa mencari uang untuk melanjutkan kehidupan.
Adella tahu mereka, karena ini bukan pertama kalinya bertemu, sudah berkali-kali hingga ia hapal dengan nama-nama mereka. kebanyakan dari mereka sebatang kara, ada yang kedua orang tuanya sudah meninggal, ada yang tengah sakit, ada yang dengan sengaja meninggalkan mereka, dan ada juga yang memaksa mereka untuk menjadi pengemis seperti ini.
ia sempat membujuk mereka semua untuk tinggal di panti asuhan, tapi mereka semua menolak, terutama mereka yang masih memiliki orang tua.
"Ka Adel, kenapa Kakak jarang keliatan?" tanya salah satu anak.
"Ka Adel ada urusan, ayah kakak lagi sakit jadi ka Adel harus nemenin ayah kakak," jawab Adella yang ikut duduk di trotoar jalan bersama kelima anak tersebut.
"Ayah kakak sakit apa? ibu aku juga lagi sakit makanya aku cari uang." seketika kalimat itu membuatnya ingin menangis, sudah banyak memang kasus seperti mereka ini di ibukota Jakarta, mereka yang terpaksa mengemis dan terpaksa untuk berhenti sekolah.
"Ayah kakak habis kecelakaan, jadi dia di rawat," kata Adella.
"Ka Adel yang sabar ya, kita pasti doain supaya ayahnya ka Adel cepet sehat lagi." Adella tersenyum kemudian mengangguk.
"Kalian udah makan belum? ka Adel traktir yuk?"
"Hayuk ka," ujar mereka berlima serempak.
Adella membawa mereka ke sebuah warung pecel lele yang tidak jauh dari tempat mereka duduk. Sejak dulu, ayahnya selalu mengajarkan dirinya untuk melakukan kebaikan sekecil apapun, terutama untuk mereka yang sangat membutuhkan, seperti anak-anak kecil ini.
Meskipun hidup mereka penuh dengan keterbatasan, tetapi mereka tidak pernah mengeluh kepada kehidupan, dan tidak pernah bertanya tentang nasib mereka. Terkadang ia merasa insecure pada dirinya sendiri melihat anak-anak itu, mereka selalu tersenyum di keadaan apapun, seolah tidak ada beban hidup yang mereka tanggung.
tapi dirinya? ia selalu menanyakan nasib nya, padahal jika dibandingkan dengan anak-anak itu, maka Adella sangat jauh lebih dari cukup. Ia selalu meragukan keputusan tuhan untuk dirinya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments