Dev memutuskan untuk menginap di 'A Sunset Beach Resort", dengan tarif agak mahal jika dibandingkan dengan penginapan lainnya. Namun dengan mempertimbangkan aspek keamanan karena dia menginap sendiri, tarif tersebut sebanding dengan fasilitas yan diperoleh. Selain itu, resort ini memiliki akses ke bibir pantai, dengan track outdoor yang cukup luas.
Setelah breakfast, dengan menggunakan sepeda kayuh fasilitas hotel, Dev berencana untuk mengelilingi pulau kecil Trawangan. Selain Cidomo, sepeda merupakan alternatif sarana transportasi di Gili Trawangan. Karena pulau ini lumayan kecil, terdapat larangan penggunaan sepeda motor di wilayah ini.
Melihat spot-spot foto di sepanjang pantai, hembusan angin pantai membawa ketenangan hati Dev. Dia memarkirkan sepedanya di bawah pohon Cemara, kemudian duduk bersandar di batang pohon sambil menyaksikan perahu nelayan yang berlayar, dan perbukitan dari seberang pulau.
Di kejauhan, Dev melihat ibu-ibu membawa barang dagangannya, dan mungkin karena masih pagi terlihat dagangannya masih banyak.
"Ibu jualan apa." teriak Dev memanggil ibu pedagang.
"Gorengan non. Non mau?" jawab ibunya sambil mendatangi Dev.
Dev membantu pedagang itu menurunkan dagangannya.
"Masih panas ya?"
"Iya non, barusan ibu keluar. Jadi masih utuh dagangan ibu."
"Saya mau teh panas sama pisang gorengnya bu."
"Baik non saya siapkan." dengan cekatan dia menyiapkan pesanan.
"Kok sendirian non, yang lainnya masih tidur ya." tanya ibunya.
"Tidak Bu, saya memang sendirian datang kesini."
"Darimana asalnya."
"Kota "Y","
Akhirnya mereka mengobrol dengan seru. Tidak tahu alasannya Dev merasa seperti menemukan seorang ibu yang mendengarkan keluh kesah anaknya. Ibu Rosna nama pedagang itu.
"Jadi non sudah menikah? Apapun alasannya non, pernikahan kalian itu sah. Jadi tidak ada pernikahan mainan, yang menjadikan mainan adalah manusia itu sendiri."
"Ingat ayat 82 dalam Surat Yasin. Ku Fayakun. Bagi Allah, tidak ada sesuatu yang mustahil non. Jika Allah menghendaki sesuatu, hanya berkata "Jadilah", maka jadilah sesuatu itu."
"Mohon maaf ya non, bukannya ibu menggurui. Ibu hanya mengingatkan karena kita sesama muslim." lanjut beliau dengan sabar.
"Tidak apa-apa ibu. Saya sangat senang dan bahagia ada yang mengingatkan saya. Pagi ini saya seperti bertemu kembali dengan almarhumah ibu saya." ucap Dev sambil meneteskan air mata.
"Bolehkah saya memeluk ibu."
"Silakan non."
Keduanya berpelukan erat, dan Dev menumpahkan air matanya di pundak Bu Rosna. Dengan penuh kasih, Bu Rosna mengelus-elus punggung Dev.
"Ibu yakin, Sabtu kemarin Allah menunjukkan kuasa-Nya melalui ayat itu, sehingga yang tidak mungkin terjadi,. akhirnya bisa terjadi pernikahan itu."
"Allah menggantikan kekasih non yang berkhianat, dengan suami yang Inshaa Allah akan jauh lebih baik."
"Tapi saya tidak tahu asal-usul lelaki itu ibu. Kemaren saya hanya mengambil keputusan tanpa berpikir panjang."
"Yakinlah non, karena orang baik akan selalu dibawah perlindungan Allah."
"Pesan ibu, setelah hati non tenang. Segeralah kembali ke kota "Y", temui suami non, berbaktilah kepadanya."
"Kalau dia menolak saya bagaimana,"
"Jangan berburuk sangka dulu non. Terkadang pikiran kita yang akan menjadikan sesuatu itu terjadi."
"Jika memang akhirnya dia tidak mengakui non sebagai istrinya, tinggalkan dan tetap lanjutkan hidup non. Tapi, kalau dia terbuka menerima non, berbaktilah. Karena surga seorang istri ada pada ridho suami."
Tanpa disadari sudah dua jam lebih mereka berbicara seperti ibu dan anak. Karena sudah mulai beranjak siang, Bu Rosna pamitan untuk melanjutkan dagangannya. Dev mengulurkan uang 200 ribu kepada Bu Rosna.
"Ambil kembaliannya Bu, terimakasih atas nasehatnya pagi ini." kata Dev sambil mencium tangan Bu Rosna.
"Ini terlalu banyak non,. jajannya cuman habis 25 ribu."
"Ga pa pa Bu, saya ikhlas."
"Baiklah saya terima ya non, semoga Allah selalu menjaga Non dimanapun berada. Aamiin. ibu pamit sekalian ya non."
"Aamiin, baik Bu Rosna, hati-hati."
Dev mengambil sepeda dan mengayuh pulang kembali ke hotel. Kalimat Bu Rosna terasa lembut menyemangati dirinya.
*****
Meresapi kalimat demi kalimat yang disampaikan Bu Rosna, Dev merasakan kesejukan dalam hatinya. Beban dan masalah berat yang dirasakannya selama ini, seperti menguap terbawa angin.
Tiba-tiba dia merasa rindu pada para sahabatnya, rekan kerjanya yang selama ini selalu support dan setia mendampinginya.
"Hhu... mereka pasti mencariku kemana-mana." batin Dev.
"Aku menyesal menjadikan mereka tumpuan kesalahanku, padahal mereka melakukan itu semua karena untuk melindungiku."
"Secepatnya aku akan mengabari mereka tentang keberadaan ku."
******
Dengan bertelanjang kaki, Dev menyusuri hamparan pasir putih di pantai yang menyatu dengan Resort. Melihat ayunan di pinggir pantai, tiba-tiba terbersit keinginan untuk melakukan foto Selfi dengan background lautan biru untuk untuk memperbarui status media sosialnya.
Dev menengok sekitarnya untuk minta bantuan seseorang mengambilkan foto dirinya. Akhirnya dia menemukan seorang wisatawan asing yang sedang sendirian menikmati panorama laut lepas.
"Excuse me, can I ask your help to get the photo." sapa Dev dengan sopan.
"Ok, where are we going to take pictures."
jawabnya tersenyum ramah.
"There.' I want to do a photo on the swing." ucap Dev sambil menunjuk ayunan di pinggir pantai.
Wisatawan asing itu mengambil gambar Dev dengan berbagai gaya. Dev juga gantian membantu wisatawan tersebut untuk mengambil gambar.
"Thank you sir for your help. I hope we can meet again."
"You're welcome,"
*****
Sampai di kamar, Dev mengambil chip lama, kemudian memasangnya. Kebetulan ponselnya memiliki fitur dual chip.
Setelah terpasang, dia mengaktifkan ponselnya, dan begitu nomornya online, ratusan chat masuk tanpa henti di aplikasi WhatsApp nya. Malas membaca chat, semua chat yang masuk di clear chat. Kemudian Dev memperbarui profilnya dengan foto yang barusan diambil, dan membuat status baru.
"Ada dan tiada adalah sama, karena semua akan berakhir hampa." bunyi status yang Dev tulis di WhatsApp, dengan background foto dirinya duduk di ayunan, tampak punggung menghadap ke laut biru.
"Drtttt," tiba-tiba ada panggilan masuk.
"Andre is calling" dengan cepat Dev mereject panggilan dari Andre, kemudian memblokir nomornya. Meskipun rasanya kepada Andre sudah mati rasa, dia tidak mau terkoneksi lagi dengannya.
"Drttt" Sasa ia calling.
"Assalamualaikum Sa," sapa Dev pelan.
"Wa Alaikum salam, Dev loe ada dimana. Maafkan kami ya Dev, kami tidak bermaksud membohongi Loe." jawab Sasa.
"Sudahlah Sa, tidak ada salah menyalahkan. Aku hanya butuh waktu sebentar untuk menyendiri. Inshaa Allah tiga hari lagi aku pulang."
"Alhamdulillah aku sudah tenang sekarang. Tidak perlu kalian semua mengkhawatirkan aku." lanjut Dev.
"Posisi Loe di kota mana Dev, biarkan aku, Ivan dan Reno menyusul."
"Jangan Sa, kapan-kapan kita liburan bareng. Saat ini aku benar-benar ingin menikmati waktuku sendiri. Me time."
"Baiklah Dev, sekarang ini yang penting Loe sudah bisa dihubungi, dan yang utama adalah Loe baik-baik saja."
"Aku akan membiarkan Loe istirahat dengan baik, sekali lagi maafkan kami ya. See you again later, Dev. We love you forever. Wassalamu alaikum."
"Wa Alaikum salam, bye Sasa."
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Yolla
👍👍👍👍👍
2024-08-01
0
Murti Yatni
beruntung sekali Devina bertemu ibu Rosna yang membuka jalan dan pintu hati Dev untuk menyadari dari kegalauan nya
2023-07-16
0
Momy Victory 🏆👑🌹
seneng banget bacanya ada sahabat sejati,yang selalu mencari Dev..... paling sedih klo gak punya sahabat diantara sekian banyak teman 🌹🌹🌹
2021-12-28
0