Mengejar Dira

Anton masih menunggui Sila dan Dira agar bisa cepat beradaptasi dengan Hans,sampai akhirnya di rasa cukup maka dia pun segera pamit pulang.

Sepeninggal Anton,suasana ruangan pun menjadi sangat dingin,padahal AC yang ada pun belum sempat dinyalakan. Sila terus berinteraksi dengan Hans,bertanya tentang ini dan itu yang bersangkutan sengan skripsinya. Tapi tidak dengan Dira,netranya sibuk mantengin laptopnya. Sesekali dia bertanya dengan Sila tanpa bertanya langsung pada Hans. Hans beberapa kali mencoba mengajak Dira bicara,tapi Dira mengabaikannya dan justru bertanya kepada Sila. Melihat situasi yang tak sehat ini,membuat Sila berfikir untuk memberikan waktu kepada mereka berdua untuk berbicara.

"Emm kak,Sila pamit ke toilet sebentar ya?"

Hans mengangguk.

"Eh elu mau kemana? Gue ikut..."

"Selesaiin tugas lu dulu deh...gue cuma sebentar kok..."

Selesai bicara,Sila pun langsung menghilang di balik pintu. Sementara Hans menahan tangan Dira yang hendak mengkuti Sila.

"Duduklah,ada yang ingin aku sampaikan padamu...please..."

Dira tampak mendengus kesal,dia mengkibaskan tangan Hans yang tengah menahan tangannya sambil melotot ke arah Hans.

"Ups...sori..."

Dira pun kemudian membantingkan pantatnya ke sofa untuk kembali duduk.

'Lucu dan imutnya kamu kalau sedang marah...' bathin Hans yang tanpa sadar membuat dia tersenyum-senyum sendiri melihat tingkah Dira.

"Apa senyum-senyum? Cepet mau nyampein apa..." bentak Dira.

"Ih galak amat..."

Hans mengeluarkan dompet Dira dari balik saku jasnya.

"Nih...ini dompetmu kan? Tapi sori foto cowok yang ada di situ aku buang..."

"Bikin cemburu aja..." gumam Hans yang masih terdengar oleh Dira.

"Kok dompet saya bisa ada sama bapak?"

Kini gantian Hans yang melotot karna dia di panggil oleh Dira 'bapak'.

"Bapak...bapak...sejak kapan aku nikah sama ibumu...?"

"Anda kan sekarang dosen saya,wajar dong kalo saya panggil 'bapak'...Pak Santoso,Pak Wijaya dan Pak Budi aja nggak pernah protes saya panggil gitu..." jawab Dira cuek.

"Aku kan belum setua mereka...lagi pula kamu aja bisa panggil Anton 'kakak' kenapa kamu nggak manggil aku juga seperti itu?"

"Bapak nggak minta..."

"Emang dulu Anton yang minta kamu manggil 'kakak'?"

Dira mengangguk.

"Kalo gitu panggil aku 'kakak' atauuu panggil aku 'mas' seperti waktu itu?"

"Saya nggak mau inget-inget waktu itu..."

"Ups...maaf..."

"Ckk...bapak ngecekin dompet saya ya...lancang amat sih..." ucap Dira kesal sambil cemberut.

"Aku cuman penasaran aja sama isi dompet calon istri aku...apa itu salah? Lagian juga nggak ada yang hilang kan? Satu lagi...jangan panggil aku 'bapak',aku kan sudah memintanya"

"Jelas salah dong...saya kan bukan calon istri bapak...bapak juga nggak berhak membuang foto Damar...itu privasi saya... Dan satu lagi,saya nggak mau panggil 'kakak' sama bapak...saya akan panggil bapak...bapak dan bapak...puas?"

Dira menghentakan kakinya tanda kesal,dia pun berdiri hendak pergi tapi lagi-lagi tangan kekar Hans menahannya.

"Apaan sih?"

Dira kembali mengibaskan tangan Hans yang memegang tangannya.

"Mau kemana? Masih ada yang ingin aku bicarakan denganmu,soal..."

"Saya tidak ingin membahas masalah yang sudah berlalu,bapak juga nggak usah mikirin saya lagi. Dan bapak pun tidak perlu memperistri saya hanya karna rasa bersalah bapak. Saya hanya mau membahas soal skripsi saya saja,biar saya cepet lulus dan cepet pergi dari kota ini,kota yang telah membuat saya merasa sangat menyedihkan. Selamat siang..."

Dira segera keluar dan berlalu,panggilan Hans berkali-kali tak dihiraukannya.

"Argh...Dira...kalo kamu tau...aku sudah jatuh cinta sama kamu dari sejak kamu masih SMA..."

Hans mengacak-acak rambutnya seperti orang yang frustasi,lalu dia mengambil ponselnya dan membuka galery untuk melihat sebuah foto yang tersimpan disana.

FLASHBACK ON

"Kak Hans...." panggil Sila ketika melihat Hans yang baru selesai joging. Dia pun langsung mendekati Sila.

"Wuiih...tumben dandan cantik,mau kemana? Mau kawinan atau kamu mau dikawinin nih,tumben pake kebaya..." goda Hans.

"Iih apaan sih kak...Sila mau wisuda kelulusan SMA..."

"Waah selamat dong..."

"Makasih...Tapi jangan cuma kasih selamat dong...hadiahnya mana?"

"Kamu tinggal bilang mau apa,tar kakak beliin..."

"Serius?" ucap Sila kegirangan,sementara Hans mengangguk sambil tersenyum.

"Oya kak...bisa minta tolong nggak?"

"Apa?"

"Tolong fotoin Sila sama sahabat Sila ya..."

"Oke...mana sahabatmu?"

"Tunggu...dia belum selesai di make up..."

Selang 10 menit Sila sudah keluar bersama Dira yang sudah selesai di make up.

"Kak Hans...kami dah siap di foto..." panggil Sila.

Hans yang sedang memainkan ponselnya pun langsung melihat ke arah Sila dan Dira...Sejenak Hans tampak bengong saking terpesonanya dengan penampilan Dira yang terlihat sangat cantik.

"Kak Hans ayooo...malah bengong..."

"Eh iya..."

Cekrak...cekrek...Hans pun menjadi fotografer dadakan.

"Sekarang gantian Sila yang ambil foto kakak sama Dira..."

"Eh kok gitu sih Sil...mending kita buruan berangkat deh,udah cukup foto-fotonya,tar kalo Kak Alex dah sampe sana gimana?"

"Iih...brisik,kalo lu banyak ngomong ya jadi lama...buru dong...Kak Hans..."

"Tapi Kakak belum mandi ni...mosok foto sama cewek cantik pake baju kaya gini...belum mandi lagi..."

"Iih...jangan ikutan brisik deh...buru..."

Cekrak...cekrek...akhirnya sesi foto pun selesai...

FLASHBACK OFF

"Argh...andai kamu tau Dira...aku ingin menikahimu bukan hanya karna rasa bersalahku padamu,tapi juga rasa cinta yang ku biarkan terpendam lama..." gumamnya sambil mengelus-elus foto Dira dan dia diponselnya.

'Tok tok tok'

"Permisi kak...Lho Dira mana?" tanya Sila yang langsung nyelonong masuk tanpa menunggu jawaban Hans.

"Dia pergi 10 menit yang lalu...Sepertinya dia benar-benar membenciku...Tadi dia pergi pun dalam keadaan marah..."

"Kenapa bisa begitu? Eh maaf kak...foto di ponsel kakak ituuu...foto kakak dan Dira waktu kami mau berangkat wisuda SMA dulu kan?"

"Iya..." jawab Hans singkat sambil memperlihatkan foto itu diponselnya.

"Ya ampun...kakak masih menyimpannya? Jangan-jangan...Akh,jangan bilang kalo selama ini sebenarnya kakak diam-diam mencintai Dira?"

"Memang...sejak dulu...sejak pertama bertemu dengannya,tapi dulu aku masih punya kekasih jadi rasa itu terpendam begitu saja..."

"Akh,Sila malah lupa dengan peristiwa itu,Sila pikir kakak belum pernah bertemu dengan Dira,ternyata... Tapi waktu itu Dira juga masih punya pacar,jadi tak begitu merhatiin kakak juga..."

"Oya? Apa sekarang dia masih berpacaran dengan cowok itu? Sebab dia tadi terlihat marah ketika aku membuang foto cowok dalam dompetnya..."

"Apa? Jadi selama ini kakak yang menemukan dompet Dira?"

Hans mengangguk.

"Ceritakan soal dia dan pacarnya Sil..." pinta Hans.

Sila pun menceritakan tentang hubungan Dira dengan Damar detail,termasuk tentang penghianatan Damar dengan Angel yang diketahui sendiri malam itu.

'Akh kasihan...berarti malam itu,hatinya pasti hancur sehancur-hancurnya...' gumam Hans dalam hati.

"Lalu menurutmu sekarang aku harus bagaimana Sil?"

"Iih kakak kan lebih tua dari aku,kok nanya sama aku..."

"Aku minta pendapatmu karna kau tau betul sifat sahabatmu itu..."

"Mainlah cantik,kejar dia pelan-pelan..."

Sila menjelaskan yang di maksud main cantik,sementara Hans manggut-manggut mengerti.

.

.

.

.

.

.

.

Bersambung...

Episodes
1 Dunia Dira
2 Awal Pertemuan
3 Keluarga
4 Persahabatan
5 Cerita Masa Lalu
6 Rainbow Billyard and Cafe
7 Malapetaka
8 Penghianatan
9 Dira Dimana
10 Berkunjung Ke Makam
11 Ternyata Dia
12 Agni
13 Bertemu Sila
14 Kegalauan Damar
15 Putus
16 Cemburu
17 Kenapa dia lagi
18 Mengejar Dira
19 Memar
20 Oh Papa
21 Sehari Bersama Papa
22 Tak Sengaja Bertemu
23 Transferan
24 Pertengkaran Di Rumah Prasetya
25 Sikap Yang Mulai Melunak
26 Menjenguk Papa
27 Pengakuan Hans
28 Permohonan Hans
29 Dendam Damar
30 Insiden Kedua
31 Salah Faham
32 Di Kantor Polisi
33 Penolakan Dira
34 Ternyata Kakek
35 Akhir Dari Persaingan
36 Kemurahan Hati Dira
37 Terjawab Sudah
38 Senasib
39 Menanti Jawaban
40 Masak Dan Makan Bersama
41 Draf Perjanjian
42 Hanna
43 Tamunya Cewek Apa Cowok
44 Makan Siang
45 Kenapa Selalu Aku Yang Salah
46 Cukup Aku Saja Yang Mencintaimu
47 Pernikahan Rahasia
48 Perlakukan Dia Seperti Yang Seharusnya
49 Aditya
50 Belajar Menjadi Istri Yang Sholehah
51 Gara-gara Mati Lampu
52 Dinas Ke Luar Negeri
53 Telepon
54 Terbongkar
55 Teryata Sila Sedang Patah Hati
56 Dira Pingsan
57 Dira Hamil
58 Rencana Jessica
59 Fitnah
60 Tuduhan
61 Wisuda
62 Surprise
63 Datang Untuk Kecewa
64 Mengurai Kebenaran
65 Babak Baru
66 Tempat Tinggal Baru
67 Mencari Petunjuk
68 Perkenalkan Dengan Dokter Haris
69 Penyesalan Hans
70 Persalinan Dira
71 Akhirnya Dira Sadar Dari Koma
72 Keputusan Dira
73 Ungkapan Haris
74 KKN
75 Bertemu Dengan Hanna
76 Pertemuan Hans Dengan Hara
77 Bertemu Hans
78 Pertemuan Haris dengan Hans
79 Bersatu Kembali
80 Kekuatan Cinta
81 Emosi Hara Tak Seimut Emosi Dira
82 Para Penggibah
83 Bertemu Jessica Lagi
84 Kembali Ke Ibukota
85 Kesalahpahaman Kecil
86 Telpon Dari Dokter Haris
87 Sarapan Bersama
88 Bertemu Damar
89 Kecurigaan Alex
90 Pelan Pelan Beraksi
91 Jebakan Jessica
92 Masakan Papa
93 Dress Kenangan
94 Dia Bukan Istri Saya
95 Jessica Terjebak
96 Curhatan Dira
97 Masih Piknik di Pantai
98 Kambing Guling
99 Kedatangan Hanna
100 Dira Positif Hamil Lagi
101 Janji Cerita
102 Nggak Mau Adik Ileran
103 Felisha
104 Adik Ipar
105 Jessica Bertobat
106 Dira Keguguran
107 Kepulangan Dira
108 Mencari Keadilan
109 Penculikan Felisha
110 Feli Diserahkan Ke Kantor Polisi
111 Kewalahan Menghadapi Hara
112 Cemburu Nggak Jelas
113 Positif Lagi
114 Kado
115 Pesta Nasi Kebuli
116 Amarah Dira
117 Selamat Ulang Tahun Dira
118 Kedatangan Angel
119 Kado Dari Damar
120 Karena Kartu Ucapan
121 Dia Suami Saya
122 Cinta Posesif Hans dan Dira
123 Tak Bolehkah Aku Curiga
124 Penjelasan Hans
125 Maaf
126 Kedatangan Tamu Kakak Beradik
127 Akhir yang bahagia
Episodes

Updated 127 Episodes

1
Dunia Dira
2
Awal Pertemuan
3
Keluarga
4
Persahabatan
5
Cerita Masa Lalu
6
Rainbow Billyard and Cafe
7
Malapetaka
8
Penghianatan
9
Dira Dimana
10
Berkunjung Ke Makam
11
Ternyata Dia
12
Agni
13
Bertemu Sila
14
Kegalauan Damar
15
Putus
16
Cemburu
17
Kenapa dia lagi
18
Mengejar Dira
19
Memar
20
Oh Papa
21
Sehari Bersama Papa
22
Tak Sengaja Bertemu
23
Transferan
24
Pertengkaran Di Rumah Prasetya
25
Sikap Yang Mulai Melunak
26
Menjenguk Papa
27
Pengakuan Hans
28
Permohonan Hans
29
Dendam Damar
30
Insiden Kedua
31
Salah Faham
32
Di Kantor Polisi
33
Penolakan Dira
34
Ternyata Kakek
35
Akhir Dari Persaingan
36
Kemurahan Hati Dira
37
Terjawab Sudah
38
Senasib
39
Menanti Jawaban
40
Masak Dan Makan Bersama
41
Draf Perjanjian
42
Hanna
43
Tamunya Cewek Apa Cowok
44
Makan Siang
45
Kenapa Selalu Aku Yang Salah
46
Cukup Aku Saja Yang Mencintaimu
47
Pernikahan Rahasia
48
Perlakukan Dia Seperti Yang Seharusnya
49
Aditya
50
Belajar Menjadi Istri Yang Sholehah
51
Gara-gara Mati Lampu
52
Dinas Ke Luar Negeri
53
Telepon
54
Terbongkar
55
Teryata Sila Sedang Patah Hati
56
Dira Pingsan
57
Dira Hamil
58
Rencana Jessica
59
Fitnah
60
Tuduhan
61
Wisuda
62
Surprise
63
Datang Untuk Kecewa
64
Mengurai Kebenaran
65
Babak Baru
66
Tempat Tinggal Baru
67
Mencari Petunjuk
68
Perkenalkan Dengan Dokter Haris
69
Penyesalan Hans
70
Persalinan Dira
71
Akhirnya Dira Sadar Dari Koma
72
Keputusan Dira
73
Ungkapan Haris
74
KKN
75
Bertemu Dengan Hanna
76
Pertemuan Hans Dengan Hara
77
Bertemu Hans
78
Pertemuan Haris dengan Hans
79
Bersatu Kembali
80
Kekuatan Cinta
81
Emosi Hara Tak Seimut Emosi Dira
82
Para Penggibah
83
Bertemu Jessica Lagi
84
Kembali Ke Ibukota
85
Kesalahpahaman Kecil
86
Telpon Dari Dokter Haris
87
Sarapan Bersama
88
Bertemu Damar
89
Kecurigaan Alex
90
Pelan Pelan Beraksi
91
Jebakan Jessica
92
Masakan Papa
93
Dress Kenangan
94
Dia Bukan Istri Saya
95
Jessica Terjebak
96
Curhatan Dira
97
Masih Piknik di Pantai
98
Kambing Guling
99
Kedatangan Hanna
100
Dira Positif Hamil Lagi
101
Janji Cerita
102
Nggak Mau Adik Ileran
103
Felisha
104
Adik Ipar
105
Jessica Bertobat
106
Dira Keguguran
107
Kepulangan Dira
108
Mencari Keadilan
109
Penculikan Felisha
110
Feli Diserahkan Ke Kantor Polisi
111
Kewalahan Menghadapi Hara
112
Cemburu Nggak Jelas
113
Positif Lagi
114
Kado
115
Pesta Nasi Kebuli
116
Amarah Dira
117
Selamat Ulang Tahun Dira
118
Kedatangan Angel
119
Kado Dari Damar
120
Karena Kartu Ucapan
121
Dia Suami Saya
122
Cinta Posesif Hans dan Dira
123
Tak Bolehkah Aku Curiga
124
Penjelasan Hans
125
Maaf
126
Kedatangan Tamu Kakak Beradik
127
Akhir yang bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!