Eliot merasakan perubahan dalam tubuhnya seketika matanya kembali normal dan taringnya menghilang.
Hana melepaskan ciumannya, menatap Eliot yang termangu oleh serangan Hana yang menjadi liar.
"Bagaimana kau melakukannya?" ucap Eliot yang hampir tidak percaya dengan perbuatan Hana bisa menahan semua emosi Eliot. Hana bisa menjadi penawar bagi dirinya yang benar-benar sedang kehausan darah segar.
"Maksudnya?" Hana yang memang tidak mengerti apa-apa, tadi dia memang hanya ingin mencegah agar Eliot tidak memakannya malam ini.
"Yang barusan" ucap Eliot lagi, Hana hanya menggeleng.
"Aku tidak tahu, itu spontan saja kulakukan... " sahut Hana yang masih berada di pangkuan Eliot, kedua tangan Hana masih berkalung di leher Eliot dan Hana menyandarkan kepalanya di pundak Eliot.
Eliot berpikir keras namun dirinya pun tidak menemukan jawaban yang logis, yang dia rasakan kobaran api haus akan darah segar langsung surut ketika Hana mencium nya.
Eliot melihat Hana,
"Hei" ucap Eliot menggerakkan tubuh Hana yang sudah kelelahan dan tertidur di pundaknya.
"Bisa-bisa kau tidur setelah menyalahkan api dalam tubuhku... " ucap Eliot kesal, namun saat dia membalikkan tubuh Hana yang sudah tertidur pulas, Eliot jadi tak tega memakannya.
Eliot merebahkan perlahan tubuh Hana dan menutupi tubuhnya dengan selimut.
"Tidurlah sayang, aku akan menjagamu di sini" ucap Eliot sambil memberikan satu kecupan di kening Hana, Hana sedikit terusik membalikkan tubuh nya membelakangi Eliot.
Ck, ck, ck... makin berani kau bertingkat, untung kau bukan lagi makananku. Pekik Eliot lalu membenarkan posisi, membaringkan tubuhnya di sisi Hana yang tertidur...
.
.
.
Lucas membuka jendela kamar Rani yang di lantai 6 dan menurunkan Rani secara perlahan.
Jantung Rani berdebar dengan hebat, kepalanya celingak celinguk melihat ke sekeliling, Rani takut ada yang melihat kedatangannya yang tidak lazim.
Rani berbalik dan melihat Lucas yang sedang berkeliling di kamar nya, "Kau gila kenapa membawaku masuk dari jendela" ucap Rani spontan memukul pundak Lucas, Lucas berbalik dan menatap tajam Rani.
Melihat tatapan Lucas, Rani segera memundurkan tubuhnya, "E-eh, maaf bukan begitu... ya sudah terima kasih" ucap Rani memberi isyarat tangan seperti mengusir anak ayam, menyuruh Lucas pergi.
Lucas tak bergeming masih menatap Rani dengan tajam,
"Oh, Ok, ok... baiklah terserah kau saja" ucap Rani menjauh dari Lucas, melemparkan sembarangan tas yang dia selempang kan di leher. Lucas terus mengamati gerak gerik Rani.
Rani meraih handuk, baju tidurnya dan masuk ke kamar mandi untuk mencuci wajah dan mengganti baju dengan baju tidurnya.
Rani keluar kamar mandi sambil mengelao wajahnya dengan handuk dan setelah itu Rani melemparkan handuknya dengan sembarangan.
Lagi-lagi mata tajam Lucas terus mengekorinya. Rani menoleh sesaat dia bergidik lalu segera melompat ke tempat tidur dan menarik selimutnya.
Kini kaki Lucas bergerak dan menghampiri ranjang Rani, Rani yang tidak bisa memejamkan mata karena tatapan Lucas dan Lucas menghampiri ranjangnya segera membenarkan posisinya menjadi duduk dan menarik selimutnya.
"Kau pulanglah, aku tidak nyaman jika tidur di tatap olehmu" seloroh Rani yang tidak perduli dengan sikap Lucas.
Lucas duduk di ranjang Rani menarik tubuh Rani berdekatan dengan wajahnya,
"Jangan pernah kau berpikir melakukan kencan buta hanya untuk meminta seseorang bertanggungjawab atas perbuatanku semalam" bisik Lucas di telinga Rani seperti sebuah ancaman jika Rani melanggar dia akan mati di tangan Lucas. Rani hanya mengangguk perlahan, dia masih terkejut oleh cengkraman kuat Lucas tanpa Rani sadari salah satu tali dari baju tidurnya turun hingga kebagian dada dan langsung terlihat dengan jelas oleh Lucas salah satu belahan milik Rani.
Lucas menelan salivanya sepersekian detik matanya Lucas berubah warna dan menarik tubuh Rani yang sudah bergetar ketakutan saat melihat perubahan mata Lucas. Tangan Lucas bergerak di salah satu milik Rani yang terlepas, Lucas memainkan seperti meremas squsi.
"Ah" suara yang keluar dari mulut Rani dan dia sudah terbaring polos dengan Lucas yang sudah berada di atas tubuhnya...
.
.
.
PLOK!!! PLOK!!!
Suara tangan dan kaki Hana yang berbalik pada tubuh Eliot yang menjadikannya sebagai guling.
Eliot sengaja membalikkan tubuhnya dan menatap wajah Hana yang tertidur pulas sambil memeluknya dengan erat.
Kau sungguh sangat berbahaya istriku, bagaimana jika kau bersama dengan kaum-ku kau pasti sudah di makan mereka sampai habis.
"A-ayam goreng... jangan pergi, aku sangat lapar" ucap Hana mengelus lengan kekar Eliot dengan pipinya.
Astaga. Astaga. Bagaimana kau bisa seimut ini. Pekik Eliot dengan wajahnya yang merona saat melihat tingkah Hana yang sedang bermimpi makan ayam goreng.
.
.
.
Alarm di kamar Hana berbunyi, ia menggerakkan tubuhnya dan membuka mata.
Saat membuka mata Hana melihat sosok Eliot di hadapannya sambil tersenyum menyambut nya,
"Selamat pagi, kau sudah bangun sayang... " ucap Eliot bersuara lemah lembut menghipnotis pagi Hana.
Hana tersenyum, "Ah... aku masih mimpi ternyataa, selamat pagi juga sayang" ucap Hana tersenyum membalas senyuman Eliot dan mengalungkan kedua tangannya di leher Eliot, Hana masih mengira dirinya bermimpi. Dan...
CUP.
Satu kecupan mendarat di bibir Hana. Mata Hana langsung mendelik dan benar-benar terbuka lebar...
"Argghhh!! " teriak Hana histeris dan terbangun dari tidurnya.
"Ah, kau berisik sekali sayang... tidak bisakah kau tenang seperti semalam kau tertidur dalam pelukanku" ucap Eliot terdengar ringan dan santai. Eliot bangun dan berhadapan dengan Hana tanpa mengenakan baju.
"A-aku? Tidur di pelukanmu?" ucap Hana tidak percaya menunjuk dirinya sendiri.
"Tidak mungkin kau pasti bercanda" ucap Hana menggeleng tak percaya dengan ucapan yang keluar dari mulut Eliot.
"Jangan buang waktu lagi sayang, sarapan mu sudah aku siapkan di meja, sekarang waktu nya aku yang sarapan!" seringai Eliot menatap Hana, Hana yang langsung mengerti atas ucapan Eliot langsung menggelengkan kepalanya.
"Tidak... jangan pagi ini, aku akan bekerja" ucap Hana turun dari ranjang nya, Eliot yang ikutan turun langsung menerjang tubuh Hana, membawanya masuk ke dalam kamar mandi.
"Maaf sayang... aku sudah kelaparan dari semalam, bukankah manusia makan tiga kali sehari" ucap Eliot menjentikan jarinya, air dari shower pun langsung menyala dan satu jentikan lagi semua baju Hana sudah terjatuh di lantai. Hana terus menggeleng tapi tak kuasa menahan amukan pagi yang bergejolak dari Eliot...
.
.
.
Satu jam berlalu, Hana sudah berada di dalam taksi bersama dengan Eliot yang terus memeluk pinggang Hana, bergelantungan di pundak Hana.
"Sampai kapan kau akan mengikuti-ku? Aku tidak mungkin membawamu ke kantor" ucap Hana yang risih dengan sikap manja Eliot yang kelewatan.
Eliot tak bergeming malah memeluk pinggang Hana makin erat,
"Kau gila!" Hana menyikut perut Eliot dengan keras, Eliot bergerak dan membuka matanya.
"Berikan aku satu jam lagi sarapan seperti tadi sayang..., sebelum nanti makan siang aku menjemputmu" bisik Eliot di telinga Hana membuatnya bergidik kegelian.
Argghhh, dasar kau serigala kelaparan!! Teriak Hana di hatinya.
"Kau benar sayang, aku selalu kelaparan bila sudah di dekatmu" sahut Eliot yang membaca isi hati Hana.
Hana membalikkan wajahnya menatap Eliot sambil menggeleng kan kepalanya.
"Astaga kau sungguh membaca isi hatiku" gerutu Hana kesal, Eliot tersenyum dan menarik hidung Hana.
"Tentu saja kau kan istriku" jawab Eliot membuat Hana kalah telak dari Eliot, Hana tak bisa berbicara lagi...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Winar
ini kapan up nya, jangan bilang pindah lapak,
woooo tak Santet online klo pindah lapak
2021-09-03
6
Elisabeth Ratna Susanti
keren😍
2021-08-31
3
Zlyn
Next!!
2021-08-28
12