Di ranjang Hana,
Hana sudah tertidur dalam lengan kekar Eliot, Eliot menaruh perlahan kepala Hana di bantal, mengecup keningnya sebelum dia beranjak dari Hana.
Lucas muncul di hadapan Tuannya dengan menggendong Rani yang sudah tak sadarkan diri.
Eliot hanya melirik sambil memakai pakaiannya, Lucas menaruh tubuh Rani di samping tubuh Hana.
"Hmm... rupanya kau juga puas bermain dengan-nya" ucap Eliot yang menatap orang kepercayaan-nya sangat perhatian terhadap Rani teman Hana.
"Iya Tuan, terima kasih" ucap Lucas menunduk malu.
"Jadi kau juga mengikat-nya" tanya Eliot sambil mengancingkan kemejanya.
Lucas tidak menjawab, hanya tertunduk malu-malu di depan Eliot.
"Hmmm, baiklah kita tinggalkan mereka dulu, sepertinya ada yang mencari-ku" Eliot memejamkan mata sesaat dalam visinya dia melihat beberapa orang sedang menuju ke dekat kastil-nya, lalu Eliot dan Lucas pun menghilang.
Hana menggeliat, terbangun perlahan matanya terbuka dan melihat Rani sudah di sebelahnya yang berantakan sama seperti dirinya.
"Aarggghhh" teriak Hana, Rani terperanjat kaget melihat Hana menutupi dirinya dengan selimut, dan melihat dirinya sendiri yang sudah berantakan dengan pakaian yang sudah compang camping.
"Aarggghhh" Rani yang sekarang berteriak histeris, kedua orang itu tampak prustasi dengan apa yang terjadi. Mereka berdua terlihat benar-benar gila.
"Kau bagaimana bisa" ucap Hana menatap Rani yang tidak percaya.
"Aku juga tidak tahu Han, itu... manusia itu membawaku ke dalam sarang burung raksasa dan dia... dia... " ucap Rani menggeleng tak bisa meneruskan ucapannya, Rani masih tak bisa percaya dengan apa yang terjadi semalam sambil menutup wajah malunya dengan kedua tangan.
"Mereka bukan manusia" ucap Hana telak langsung menohok tenggorokan Rani membuatnya tersedak tak bisa bicara.
"Bagaimana, bagaimana kau bilang, me-mereka bukan manusia" ucap Rani tergagap, perlahan turun dari ranjang Hana mencari pakaian ganti untuknya.
Hana mengangguk sambil meraih pakaiannya di lantai dan segera memakainya dan duduk di meja makan.
Rani menghampiri Hana yang sudah duduk di meja makan setelah meminjam baju ganti Hana dan mata Rani takjub dengan apa yang dia lihat di meja.
"Hana kapan kau menyiapkan ini semua?" ucap Rani yang teralihkan dengan berbagai makanan yang tersedia.
"Hurff, sepertinya aku harus mulai terbiasa dengan ini semua dan seperti nya aku tidak akan pernah bisa pergi atau pun lepas darinya" keluh Hana sambil menundukkan wajahnya yang prustasi.
"Kau, kau sungguh benar-benar sudah menikah dengan lelaki itu Han" tanya Rani sambil mengambil salah satu sandwich untuk sarapan mereka.
Hana mengangguk, "Yaa... seperti katanya, dia adalah suamiku, bahkan aku tidak tahu kapan aku pergi kecatatan sipil Ran" ucap Hana mode on menangis pura-pura.
"Hmmm, tapi wajahnya benar-benar lebih tampan dan pastinya dia jauh lebih kaya juga dari Morris kan Han" ucap Rani yang memang mata duitan.
"Tampan dan kaya sih Ran, tapi kan dia bukan manusia... " cibir Hana.
"Eh iya, apa yang terjadi dengan mu semalam? Bukankah kau ingin bertemu dengan Morris, kenapa tiba-tiba kau malah dia bawa masuk olehnya" ucap Rani dengan mulutnya yang masih mengunyah makanan.
Hana tidak menjawab, dia jadi kepikiran Morris, bagaimana keadaan sekarang ya. Hana tidak kehilangan akal,
"Ran, boleh aku meminta tolong... " ucap Hana seperti orang bodoh ia celingak celinguk dulu ke seluruh ruangan.
Rani yang binggung melihat tingkah Hana, menepuk punggung tangannya,
"Aw, sakit" ucap Hana terperanjat kaget.
"Kenapa sih Han" ucap Rani setengah berbisik yang ikutan bodoh celingak celinguk melihat sekitar.
Hana menggerakkan bibirnya tanpa bersuara, "Bisakah kau menelpon Morris sekarang, tanyakan kondisi nya" ucap Hana benar-benar tak mengeluarkan suara hanya dengan gerakan bibirnya.
Rani melonggo seperti orang bodoh, "Apaan sih Han" ucap Rani dengan suara keras, Hana spontan memukul bahu Rani dan memberikan kode untuk jangan berisik.
Dan Hana kembali memberikan bahasa kalbu pada Rani meminta Rani menelpon Morris dengan gerakan pantomim-nya.
Rani pun berusaha mengerti usaha Hana, tanpa bertanya dahulu Rani pun menekan nomor Morris.
Deringan ketiga kali baru di angkat oleh Morris, mungkin karena nomor Rani tidak tersimpan jadi Morris tidak mengangkatnya.
"Halo" suara wanita dari sebrang telpon yang mengangkat telpon Morris.
Rani menjauhkan telpon nya memeriksa kembali nomor yang di perlihatkan Hana pada ponselnya menyamakan dengan ponsel Hana.
"Ha-halo, Morris nya ada" suara Rani terdengar ragu, dia takut salah tekan nomor.
"Oh, dia sedang di kamar mandi, ini siapa ya" suara wanita tadi terdengar menyelidiki.
"Saya ingin bahas kontrak tapi seperti nya dia sedang sibuk... " pancing Rani.
"Eh, kontrak ya, seperti nya dia sedang tak bisa keluar untuk sementara waktu" ucap wanita tadi menjelaskan.
"Apa ada masalah?" sahut Rani lagi.
"Kedua tangannya sedang terluka, mungkin perlu istirahat beberapa hari baru bisa beraktivitas" jelas wanita tadi.
"Ok, baiklah, ini saya berbicara dengan siapa ya" pancing Rani lagi.
"Lona, tunangannya" ucap wanita tadi yang mengaku bernama Lona, Rani pun langsung mematikan telpon tanpa membalasnya.
Sedang Lona yang kebingungan hanya menatap ponsel Morris,
"Siapa sayang" suara Morris di belakang Lona, baru saja keluar kamar mandi.
"Dia mencarimu katanya ingin bahas kontrak" jelas Lona.
Morris mengambil telponnya, melihat nomor panggilan yang tertera dan mencoba menghubungi lagi, namun nomor telpon nya langsung tidak aktif.
"Tidak bisa di hubungi, rasanya aku tidak ada janji dengan klien hari ini" ucap Morris mengingat-ingat.
"Sayang bagaimana dengan uangnya, apa semalam kau sudah mendapatkan-nya, aku ingin memberi tas keluaran terbaru" ucap Lona bergelayut di pinggang Morris, merajuk dengan manja.
"Sudahlah jangan bahas uang dulu, bagaimana aku memintanya, jika semalam dia ku sentuh pun tak bisa" ucap Morris masih geram dengan kejadian semalam.
"Jadi kau belum ada uangnya, bagaimana ini aku akan berkumpul dengan teman-teman sekarang" ucap Lona yang merenggek membuat kepala Morris pusing tujuh keliling.
"Memangnya uang yang kemarin kuberikan sudah habis, hah" ucap Morris menjauhkan tubuh Lona dan duduk di sofa sambil menyalakan rokoknya.
"Sudah sayang, aku kan ada janji traktir teman-teman... tidak enak pas kemarin kumpul masa mereka yang bayarin aku lagi" ucap Lona terus bergelayut di lengan Morris.
Morris mengeluarkan dompetnya dan memberikan satu kartu pada Lona,
"Di situ hanya ada sepuluh juta, berhemat-lah, transferan dari Hana belum masuk karena aku belum sempat berbicara dengan nya semalam" pesan Morris.
Cih, hanya sepuluh juta, kalau tahu akan seperti ini lebih baik tadi aku terima tawaran tidur dengan Arnold, seratus juta ku menghilang gara-gara kau Hana. Batin licik Lona berbicara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Puspa Trimulyani
si Lona yg harus nya dibakar
2023-01-16
0
Puspa Trimulyani
aku mulai mengerti sekarang
2023-01-16
0
Elisabeth Ratna Susanti
lanjut😍
2021-08-22
4