Hana menghempaskan tubuhnya di kasur kamarnya, ponselnya berdiri kembali, Rani menelpon nya.
Dengan rasa bingung Hana mengangkat telponnya.
"Hanaaa... darimana saja? Ponselmu tidak aktif, apa yang kau lakukan sampai tidak mengabariku? Kau sakit apa? Apa kau baik-baik saja" suara cempreng khawatir Rani di ujung telpon membuat Hana tambah pusing.
Hana tidak mungkin menceritakan kejadian gilanya setengah hari ini, bisa-bisa dia pun di anggap tidak waras.
Dan dalam dunia lain yang tidak bisa di lihat Hana, Eliot ada di kamar Hana, terus mengawasi nya.
"Raniii... bisakah kau datang, aku bingung ceritanya... " ucap Hana berguling kesana kemari di atas kasurnya.
Eliot hanya tersenyum melihat tingkah istrinya, yang menurutnya sangat lucu. Belum pernah sekalipun dalam kehidupan abadinya Eliot sampai memperhatikan sosok seperti manusia.
Bel Hana berbunyi,
"Ah, kok cepat sekali, aku kan baru saja menutup telponnya" pekik Hana bangun dari kasurnya, berjalan malas membuka pintu.
CEKLEK!!
"Selamat malam, pesanan anda Nona" ucap seorang pengantar makanan yang sudah berdiri di depan pintu Hana.
"Makanan? Maaf, aku tidak pesan, mungkin kau salah alamat" ucap Hana akan menutup pintunya.
"Saya tidak mungkin salah Nona, anda Nona Hana kan?" pengantar makanan tadi menahan pintu yang akan Hana tutup, Hana mengangguk.
"Tapi saya tidak merasa pesan" ucap Hana lagi.
"Pesanan ini sudah di bayar Nona, anda tinggal menerimanya saja" pengantar makanan tadi tetap memaksa untuk menerima makanannya.
"Hah, sudah di bayar? Memangnya siapa yang pesan sih?" ucap Hana terlihat sewot.
"Di sini hanya tertulis suami anda, Nona" jelasnya lagi.
"Su-su-suami, aku kan belum... " ucapan Hana terpotong.
DEG.
Jangan bilang dari orang mesum itu, bagaimana dia bisa tahu alamatku, memangnya dia sudah kesini, aku kan hanya pernah merasa bertemu dengan nya, tapi kan belum... Batin Hana.
"Nona, Nona... maaf saya taruh di mana ini, saya harus bergegas mengantar pesanan yang lain" ucapnya terburu-buru.
Akhirnya Hana menyerah...
"Ya sudah Pak... silahkan masuk tolong taruh di atas meja yaa" ucap Hana berjalan mengambil tas dan mengeluarkan dompet, mengambil beberapa lembar uang untuk tip dan langsung dia berikan kepada pengantar makanan tadi.
Mata Hana membulat lebar dengan beberapa kotak makanan juga minuman.
Hana duduk dan menghela nafasnya, "Bagaimana aku menghabiskan ini" keluh Hana.
Hana bangkit dari kursi matanya tertunduk pada ponsel barunya, dan...
DUGH.
Hana menabrak sesuatu yang keras di hadapannya. Ia menarik wajahnya...
"Ahh" tubuh Hana melompat kaget ke belakang, namun tangan Eliot segera menariknya.
"Ba-bagaima kau bisa ma-masuk? A-aku sedang tidak bermimpi kan?" ucap Hana mengucek kedua matanya, tubuhnya kembali tegang panas dan dingin.
"Aku bisa masuk kapan pun yang aku mau" ucap Eliot memutar tubuhnya dan duduk di kursi yang tadi sempat di duduki Hana.
"Kau ini hantu yaa... seenaknya sendiri selalu muncul mendadak" sewot Hana kesal.
"Hantu? Bukanlah... aku ini lebih keren dari mereka" sahut Eliot tangannya mengambil satu minuman yang di kirim tadi dan memberikannya kepada Hana.
"Maksudnya? Lebih keren" Hana menggaruk kepalanya sendiri.
"Minumlah, kau pasti haus setelah teriak-teriak barusan" ucap Eliot.
"Tidak! Terima kasih, aku tidak haus" ucap Hana menepis tangan kekar Eliot.
"Kau sungguh berani yaa... "
TING TONG TING TONG.
Bel Hana terdengar kembali.
"Kau pergilah, kalau itu Rani aku akan sulit menjelaskan nya, pergilah" usir Hana mengibas kedua tangannya, celingak celinguk sendiri dan berjalan kearah pintu, Hana membuka pintu.
"Hanaaa... aku kangenn" suara teriakan Rani langsung melompat ke pelukannya.
"Ah, ayo... masuk-lah!" Hana menarik tangan Rani.
"Han, lihat-lah aku bawa ini... " ucap Rani yang menunjukkan satu kantong plastik minuman.
"Kau gila!" pekik Hana.
"Biarlah, malam ini kita mabuk sampai puas, lagipula besok libur kan" ucap Rani langsung mengambur ke meja makan dan melihat beberapa kotak makanan sudah tersaji.
Hana sempat melirik.
Ah, untunglah dia sudah tidak ada. Tapi darimana dia masuk ya. Aneh sekali. Batin Hana.
Hana duduk kemabli di kursi tadi, yang Hana tak bisa lihat dan rasakan dia sekarang sedang duduk di pangkuannya Eliot.
"Hmm, enaknya... kau menyambut ku dengan banyak makanan begini" ucap Rani yang sudah mengigit satu potong ayam goreng.
"Iyah... makanlah sampai puas, kalau masih kurang aku akan pesan lagi" ucap Hana sambil menyibakkan rambutnya ke depan, membuat Eliot yang melihat leher putih Hana menelan salivanya.
Bisa-bisa dia menggodaku di saat seperti ini. Istriku kau selalu saja membangkitkan rasa lapar ku. Eliot.
Baru saja Hana mengambil satu ayam goreng, tiba-tiba tubuhnya menegang, ada getaran yang tak bisa Hana jelaskan. Panas dingin di sekujur tubuhnya tidak bisa dia jelaskan.
"Ah" ucapnya tanpa sadar Hana menjatuhkan ayam goreng tadi dan tangannya memegang kedua meja, Hana seperti menahan suatu gelora yang membuatnya tak bisa menahan, ia pun menggigit bibirnya sendiri.
Rani yang melihat gelagat Hana seperti melakukan sesuatu adegan panas, ia pun menutup kedua mulutnya...
"Ha-Hana... kau, kau... " ucap Rani tak percaya ketika melihat sekujur tubuh Hana mulai berpeluh, namun Rani tak melihat siapapun kecuali Hana yang sudah terlihat berantakan dengan baju nya yang sudah mulai sedikit terbuka.
Hana mengangguk tak berdaya, menahan semua rasa yang terus membuat nya makin panas,
"A-a-aku mohon hen-tikan El-liot" ucap Hana yang terus terdengar seperti mendesah.
Sekejap, tiba-tiba semua yang di rasakan Hana berhenti, Hana menghela nafas panjang di hadapan Rani.
"Apa yang terjadi, kau sedang apa Hana?" ucap Rani gelisah melihat Hana merapikan dirinya yang sudah berantakan.
"Ini yang mau aku cerita kan, tapi aku takut kau berpikir aku tidak waras" ucap Hana membanting pelan wajahnya di meja.
"Apa maksud-mu? Kau tidak sedang berpikir bercinta dengan Morris kan sampai kau melakukan hal seperti tadi kan... " ucap Rani melipat kedua tangannya, seolah menginterogasi Hana.
"Bukan begitu Ran... hik... hik... hik... aku masih berharap ini semua hanya mimpi, tapi kenyataannya... " sodor Hana menunjukkan ponselnya keluaran terbaru dengan wajah tertekan nya.
Rani melihat ponsel yang Hana keluaran, matanya membulat lebar... "Wow... bagaimana bisa... tidak dalam satu hari kau mendapatkan ponsel semacam ini, katakan siapa sugar daddy-nya, aku yakin ini bukan Morris kan... " selidik Rani.
"Aagghhhh... bisa-bisa kau berkata seperti itu kepadaku Ran, aku ini sedang tertekan, kesusahan dan sangat menderita" teriak Hana histeris, berdiri sambil mengacak-acak rambutnya sendiri dengan kasar.
"Oh... ya, tapi saat tadi aku melihatnya... kau juga seperti menikmati, tidak ada wajah yang kau bilang barusan... " sahut Rani menatap tajam pada Hana.
"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Winar
ohohoho, keren, mereka yg berbuat
aku yg jungkir walik😂😂
2021-08-18
7