Hana menyerah. Dia tidak ingin bersuara ataupun berbicara lagi melawan kuasa Eliot. Daripada berbuntut panjang.
"Sayangg...," ucap Eliot lagi dengan menunjukkan wajah memelas seperti anak kecil.
"Tidak Eliot sebentar lagi aku akan sampai dan jangan buat aku terlambat" Hana yang langsung menolak mentah-mentah ajakan Eliot.
"Kau meremehkan suamimu, hah! Aku pastikan kamu tidak akan terlambat" sahut Eliot yang masih bersikeras meminta waktu satu jam lagi bersama Hana.
"Aku mohon jangan sekarang ya..., aku sungguh banyak pekerjaan yang harus aku kejar karena ulah-mu sampai tiga hari aku tidak masuk kantor kemarin" rayu Hana segera bergelayutan tak tahu malu di lengan kekar Eliot.
Bisa-bisa dia membuat wajah seimut ini lagi di hadapanku. Pekik Eliot di hati.
Eliot masih tak bergeming dengan sikap Hana.
Ya ampun, sulit sekali sih merayu nya. Batin Hana kesal sambil mengigit bibirnya pelan.
Eliot menjentikan jarinya, seketika waktu terhenti dia menolehkan wajahnya melihat Hana yang berhenti tepat saat dia mengigit bibirnya.
"Berani sekali dia mengumpat ku dan mengigit bibirnya seperti ini, apa dia sudah tak melihat lagi" ucap Eliot menarik tubuh Hana kepangkuan nya, menarik perlahan wajah Hana yang terdiam karena jentikan tangan Eliot.
Eliot mengusap perlahan bibir Hana dengan tangannya, memajukan wajahnya dan kecupan hangat dan dalam mengalir bagai desiran di tubuh Hana membuat Hana bangkit dari hipnotis Eliot yang menghentikan waktu.
Hana mengedipkan kedua matanya saat berlangsung nya hawa yang membara dari bibir Eliot, saat Hana berusaha menghentikan dengan sekuat tenaga namun usahanya tak membuahkan hasil sehingga Hana pasrah dengan semua keinginan Eliot.
Eliot melepaskan perlahan ciumannya menatap wajah kesal Hana karena perbuatannya barusan.
"Kau serigala licik masih saja menggunakan trik dan kekuatan mu, " dengus Hana bergerak turun perlahan dari pangkuan Eliot dan seketika semua kembali normal, taksi pun melaju kembali.
"Aku hanya minta DP nya saja loh, belum sarapan tambahannya" sahut Eliot dengan seenak jidatnya.
"DP, DP..., memang kau mau menyewa apartemen" dengus Hana makin kesal.
"Ha-hahahahh... " tawa Eliot menggema dalam taksi.
Hana membuka pintu taksi baru saja menurunkan satu kakinya, pinggangnya di tarik masuk kembali oleh Eliot.
"Aw, apaa lagi sih?" ucap Hana yang terkejut spontan memukul lengan Eliot.
"Kau lupa berpamitan dengan ku" seringai Eliot dengan senyuman nya yang begitu menggoda, membius siapa pun yang melihat kecuali Hana.
Hana menolehkan wajahnya tanpa basa basi dan tak mau berlama-lama Hana mengecup pipi Eliot dan segera berlari meninggalkan taksi Eliot yang penuh dengan gelora.
"Lucas"
TRING.
Lucas sudah berada di sebelah Eliot.
"Kau sedang ber-kawin dengan teman istriku" ucap Eliot sambil melirik wajah Lucas yang terlihat malu-malu.
"Iya... Tuan" sahut Lucas.
"Lalu apa rencana kita selanjutnya sebelum semua tercium oleh Aaron, dia pasti akan segera mengetahui nya. Aku khawatir dengan Hana. Aaron pasti tidak akan tinggal diam" ucap Eliot terdengar sangat serius dengan ucapannya.
"Apa Tuan akan menyembunyikan nona Hana di gua terlarang?" sahut Lucas sambil menatap wajah Eliot tak kalah serius.
"Jika aku bawa dia kesana pun, aku yakin Aaron dengan sangat mudah melacak nya. Aku takut Hana akan menjadi mangsa yang sangat mudah" balas Eliot dengan wajahnya yang lurus penuh kekhawatiran tetap tertuju ke depan.
Lucas hanya berpikir keras, dia pun merasa harus mengatur rencana untuk dirinya dan Rani kalau sampai tercium oleh Aaron.
.
.
.
Hana menghampiri meja kerjanya dengan lemas, dia melirik Rani yang sudah datang terlebih dahulu dan membenamkan wajahnya di meja.
"Ran" sapa Hana menyentuh pundak Rani.
Perlahan Rani mengangkat wajahnya, menatap Hana perlahan, mimik wajah Rani sudah on dalam meringis tapi tidak menangis.
"Ada apa Ran? Kau tidak apa-apa kan? Kau pulang dengan selamat kan?" ucap Hana yang khawatir memeriksa seluruh kondisi tubuh Rani, Hana takut Lucas melukai Rani.
Rani hanya pasrah dengan pemeriksaan tubuhnya oleh Hana.
"Astaga... apa ini Ran?" pekik Hana membekap mulutnya tak percaya ketika Hana tak sengaja menyibakkan rambut Rani.
"Kau sungguh main gila dengan-nya" ucap Hana lagi hampir tak percaya dengan melihat begitu banyak stempel merah yang menempel di leher Rani.
"Aarggh" teriak Rani makin prustasi setelah interogasi dari sahabat nya.
"Harusnya kemarin malam aku tidak menuruti mu" ucap Rani setengah meringgis lagi.
"Enak saja menyalahkan ku, kau sendiri kenapa mau di perlakuan oleh Lucas sampai seperti ini" sewot Hana tidak terima sambil menunjuk-nunjuk leher Rani yang di penuhi stempel.
"Habis dia mengancam ku, kalau aku sampai berani menjalani kencan buta dan meminta pertanggungjawaban orang yang kutemui di kencan buta, dia tak akan segan untuk membunuhku" pekik Rani berubah menunjukkan wajah cemberut nya.
"Idihhh takut sih takut tapi kok takut sampai ketagihan dua kali" seloroh Hana berkata sinis sambil memutarkan kedua bola matanya.
"Iya, iya... habisnya tubuhnya itu begitu kekar dan kuat... Han... " ucap Hana menunjukkan wajah berbinar saat menceritakan Lucas.
"Ya ampun Rannn... ihhh... elap dulu tuh ilernya" ucap Hana yang seolah melihat Rani menjatuhkan air liur di pinggir bibirnya.
"Apaan sih Han... " ucap Rani yang malu segera mengusap pinggir bibirnya yang di tunjuk Hana barusan.
"Ha-hahahahh... kau kena Frank!!! " ucap Hana cekikikan geli sendiri saat mengerjai sahabat nya. Hana segera duduk di bangku kerjanya setelah puas meledak Rani.
"Sudah Ran... kau akui saja dan terima nasib seperti aku" ucap Hana, tangannya mulai menyalakan komputer di meja kerjanya.
Hana segera mengecek pekerjaan nya yang tertinggal tiga hari lalu. Tangannya bergerak dengan cepat saat mengetik semua laporan...
Ponsel Hana berdering, Hana masih sibuk dengan pekerjaan nya. Ponsel masih berdering kembali.
"Siapa sih, sangat mengganggu" pekik Hana merogoh ponsel dalam tasnya.
Satu nomor tak di kenali terlihat di layar, Hana mengangkat perlahan.
"Hallo" sapa Hana.
"Hai... Hana, aku Lona teman kampus-mu dulu... " suara dari sebrang mengaku sebagai Lona.
Hana menjauhkan ponselnya sesaat, berpikir ada maksud apa Lona menelponnya,
"Oh... Hai, ada apa ya... " sahut Hana datar tidak ingin Lona curiga kalau Hana sudah mengetahui perselingkuhan nya dengan Morris sang pacar Hana.
"Kau sudah makan siang belum... ayo kita makan bersama" ucap Lona terdengar penuh semangat saat mengajak Hana makan siang.
"Emm... bagaimana ya aku sudah ada janji" sahut Hana malas berpanjangan lebar berurusan dengan Lona.
"Ya ampun Han... kita kan sudah lama nggak ketemu... nggak ada salahnya kan kita sesekali makan siang bersama" ucap Lona terdengar sedikit kesal karena penolakan Hana, Lona berusaha terus menekan Hana mengajaknya makan siang.
Kenapa dia begitu memaksa, apa yang sedang pasangan penghianat itu rencanakan padaku. Batin Hana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
hadir 😍
2021-10-19
3
Winar
kenapa up nya cuma dikit😭😭
2021-09-05
7